Senin, 21 Maret 2022

Hidup Apa Adanya - Kim Suhyun

Edit Posted by with No comments

 

Hidup Apa Adanya (I decided to Live as Myself)  – Kim Suhyun


 

Tidak merasa dengki terhadap diriku yang biasa-biasa saja. Agar dapat hidup apa adanya, tanpa memikirkan pandangan orang lain.

Bagian 1 : Agar bisa hidup dengan menghormati diri sendiri

a.      Tak perlu bersikap baik terhadap orang yang tidak bersikap baik / tidak menghormati pada kita. Seseorang bisa merasa harga dirinya bergitu jatuh. Bukan karena perlakuan tidak adil, tetapi karena sikapnya yang menyerah/ diam begitu saja. Janganlah merasa hina karena mereka. Kita perlu memasang sikap sedikit melawan dalam diri kita, agar martabat kita terjaga dari penghinaan oleh orang lain. Rasa sakit yang muncul bukanlah akibat penyiksaan, tetapi akibat rasa sesal atas keinginan untuk tetap tegar di depan orang lain kala itu (dengan bodohnya bersedia menerima perlakuan buruk dari pihak yang seenaknya mengacuhkan orang lain, tanpa sedikitpun memberinya pelajaran).

b.      Jangan habiskan tenaga untuk menyengsarakan diri sendiri. Membanding-bandingkan kehidupan diri sendiri dengan mengintip kehidupan orang lain adalah cara termudah untuk menyengsarakan diri sendiri. Bagi kita, kehidupan kita sendirilah yang paling penting. Tidak perlu jadi penonton dalam kehidupan orang lain. Kamu itu bukan iri tapi kamu lupa terhadap apa yang kamu miliki sekarang. Kenapa perasaan iri itu bisa menghancurkan? Karena kita berpikir bahwa apa yang dimiliki tidak bernilai sama sekali.

c.       Bangga terhadap diri kita yang berani. Paham meritokrasi : paham yang berarti bahwa siapapun yang memiliki kemampuan dan usaha akan bisa sukses. Tapi nyatanya, kemampuan dan usaha hanyalah satu diantara kunci yang ada. Ada hal-hal non-usaha seperti keberuntungan dan lingkungan yang mendominasi. Coba lihat sekitar:

-          Apakah sedikit orang yang mendapatkan kekayaan karena keberuntungan atau warisan dari keluarganya?

-          Apakah sedikit orang yang hidup jujur dan tekun meskipun dalam keadaan miskin?

Si kaya yang banyak uang begitu gagah, meskipun dia kaya dengan cara praktis dan mengeksploitasi yang lemah. Si miskin harus merasa malu meskipun sudah menjalani hidup dengan jujur dan sungguh-sungguh. Kita seharusnya bangga dan puas diri setelah dengan berani menjalani hidup dan bekerja sebaik mungkin meskpiun berada dalam kemiskinan. Seperti adanya kekayaan yang dapat membuat malu, ada pula kemiskinan yang membuat bangga.

d.      Jangan sakit hati pada orang-orang yang hanya melintas dalam hidup kita. Orang-orang yang tidak disukai atau tidak akrab dengan kita hanya akan melintas dalam hidup kita. Tapi biasanya kita akan mengorbankan hati, menahan rasa sakit, dan menumpuk kebencian pada celaan yang dihiasi dengan kekhawatiran dan pada ketidaksopanan yang dihiasi banyak pertanyaan. Menghabiskan energi untuk meraih eksistensi – yang sebenarnya akan hilang dalam hidup kita – termasuk kegiatan yang menyia-nyiakan perasaan. Janganlah kita gunakan lagi perasaan untuk mereka yang eksistensinya bukan apa-apa dalam hidup kita.

e.      Hapuslah angka dari kehidupanmu. Kita terbiasa menilai diri sendiri dengan kisaran angka. Dalam kehidupan yang seperti ini, kita menjadi takut untuk mendapatkan angka rendah. Selalu was-was terhadap posisi dan tingkat yang sedang kita duduki. Kalau begitu, memangnya semua hal dalam hidup ini bisa kita ukur dengan angka? IQ tidak bisa mengukur sifat bijak seseorang. Jumlah gaji tidak bisa mengukur sifat seseorang. Besaran luas rumah tidak bisa dijadikan ukuran kebahagiaan suatu keluarga. Nilai yang dimiliki teman tidak bisa dijadikan ukuran seberapa dalamnya hubungan pertemanan yang dijalani. Maka, jika ingin menjadi individu yang dinilai unggul yang tidak bisa dibanding-bandingkan dengan yang lain, kamu harus menghapus segala angka yang ada di kehidupanmu (nilai ipk, gaji tahunan, level pendidikan, bb, luas rumah).

f.        Janganlah terpengaruh dengan perkataan orang lain. Di dalam dunia maya, ada orang-orang yang suka berlebihan, yang tidak bisa mengatasi masalah pribadinya sendiri, yang cuman bisa komentar buruk di setiap postingan orang lain. Jika komentar itu berupa kritikan, kamu tidak perlu sedih atau marah. Coba cari tahu kebenaran dari kritikan itu. Jika kritik itu memang sebuah kebenaran, anggaplah sebagai suatu hal yang harus dibenahi. Namun jika itu hanyalah buatan komentator, anggap saja anjing mengonggong berlalu. Jika dia terus menggongong, jangan diam, tegur dengan tegas (kejahatan ITE). Ngga usah pakai mulut kita untuk orang-orang kayak gitu, dekatkan cermin ke mereka yang suka berisik.

g.      Tak perlu hidup sengsara. Ujaran kebencian (hina- menghina) yang biasa diutarakan dalam kehidupan sehari-hari mengatakan bahwa cara yang paling mudah untuk mengisi kehampaan dalam dunia yang tidak mau mengakui standar yang biasa-biasa saja ini adalah dengan mencela orang lain – karena orang- orang dari kalangan itu (menengah atas) memiliki rasa kekhawatiran pada posisinya sehingga menyingkirkan orang lain. Jadi demi mendapatkan balasan atas rasa kalah dan mengembalikan harga diri yang sempat membungkuk, serta demi merasakan rasa unggul yang asal lewat, seseorang akan mencela orang lain. Orang yang gemar mengejek orang lain disebut loser. Dalam situasi banyaknya orang yang suka mengutarakan kebencian dan khawatir menjadi bahan tertawaan orang lain, membuat kita menjadi lebih berhati-hati dan agak sensitif.

h.      Tidak perlu mencari-cari alasan untuk diri sendiri. Lawan kata cinta bukanlah benci / amarah, melainkan tidak perhatian. Lawan kata hidup bukanlah mati atau degenerasi, melainkan berpura-pura hidup. Kita tetap tidak boleh menghabiskan waktu hanya dengan terus terikat pada masa lalu. Mau apapun alasannya, janganlah pelihara rasa dendam atau menyalahkan diri sendiri. Terimalah dirimu apa adanya. Memang dunia ini sudah begini adanya. Kita harus berbangga diri terhadap usaha keras yang kita lakukan selama masa kuliah dulu. Nafsu yang akhirnya jatuh pada kegagalan juga harus bisa diterima apa adanya. Yang harus dirasa malu dan menyedihkan adalah bukan karena tidak bisa kerja di suatu tempat yang bagus atau karena belum bisa sukses. Melainkan sikap selalu mencari-cari alasan dan tidak melakukan apapun terhadap diri sendiri.

Meskipun diri ini tidak sesuai dengan ekspetasi diri sendiri dan terasa sangat mengecewakan. Janganlah kita menghindar dari diri kita sendiri dengan menambah-nambah alasan ini dan itu. Lalu, di saat kita berani menghadapi diri sendiri, di situlah titik awal yang baru sedang menunggu kita. Yang terpenting, kita harus membebaskan diri dari pertentangan yang terjadi dalam diri kita sendiri.

i.        Ingatlah bahwa tak ada seorang pun yang hidup sempurna. Kita memang selalu berpikir bahwa orang lain memiliki keadaan lebih baik ketika kita menemukan kekurangan diri kita. Sama halnya dengan kehidupan kita yang hanya dilihat dari permukaannya  saja oleh orang lain, kita pun hanya bisa melihat kehidupan orang lain lewat permukaannya saja. Masing-masing memiliki kekurangan dan luka yang berbeda dan tidak ada kehidupan yang tak tergores luka sama sekali.

Jadi kenyataan pasti yang harus kamu ketahui adalah kehidupan siapapun itu tidak ada yang sempurna. Kenyataan itu sewaktu-waktu bisa menjadi penghibur diri sendiri.

j.        Berbahagialah dengan keberadaan diri sendiri. Kalau dipikir-pikir, titik dimana kita sadar bahwa ternyata kita hanyalah seorang dewasa yang biasa-biasa saja (belajar menerima), titik dimana kita telah rela melepas masa kecil (dunia khayalan) kita maka disitulah titik dimana masa puber dewasa kita dimulai. Memang ada begitu banyak batasan dalam hidupku dan aku pun tak punya jaminan apa-apa. Tapi ada banyak hal yang bisa kita lakukan dalam kehidupan yang biasa-biasa ini. Masa puber kita akan berakhir saat kita bisa mengisi kehidupan dengan hal bermanfaat, saat itulah kita menjadi orang dewasa yang sesungguhnya.

k.       Tidak perlu memasang standar penilaian terhadap diri sendiri. Yang kubutuhkan hanyalah orang yang sejalan denganku. Bukan orang yang hanya bisa menilaiku. Jadi jika ada orang yang berani memasang angka pada diriku? Enak aja, lo semua juga bakal gue nilai nol, tahu!

l.        Tidak perlu merendahkan diri hingga membuatmu menciut. Di negara barat yang mengutamakan karakteristik dan kebebasan, orang-orangnya dilatih untuk menganggap diri sendiri sebagai suatu eksistensi yang spesial. Di sistem pendidikan di korea, lebih banyak diajarkan tentang pentingnya memikirkan perasaan dan sudut pandang orang lain, ketimbang berlatih untuk menggagap penting dan menghargai pola pikir diri sendiri. Lalu di ujung kedisiplinan yang panjang, agar bisa akrab dengan orang-orang, dan agar dijauhkan dari suara-suara miring akibat salah menempatkan diri, kita terpaksa merendahkan diri untuk memperhatikan pandangan orang lain. Tanpa henti, merasa ragu terhadap kemampuan diri sendiri.

Ya memang sih, sikap rendah diri merupakan sikap terpuji yang menghormati perasaan orang lain. Tapi hal itu bukanlah sesuatu yang harus membuat kita menciut karena takut akan pandangan orang lain. Bukanlah menjadi sesuatu yang baik jika kita tidak bisa menyatakan perasaan hanya karena mengkhawatirkan perasaan orang lain. Maka dari itu, kamu juga tidak perlu capek-capek memikirkan pandangan orang lain, dan tidak perlu merendahkan diri sendiri, apalagi sampai menciut segala. Orang yang harus selalu kamu hargai, tidak lain dan tidak bukan adalah dirimu sendiri. Sikap my way dan semau gue memang perlu, kawan!

m.    Ketahuilah bahwa kamu punya hak untuk dihormati oleh orang lain.

-          Karena ada kegagalan yang muncul dari ekspetasi berlebihan tentang masa depan dan kebiasaan mendiskriminasi orang tanpa sebab, akhirnya membuat diri kita menjadi malu sendiri. Tidak mau mengakui bahwa kita ternyata sama dengan orang-orang itu. Alasan mengapa buruh selalu dianggap rendah adalah karena pemikiran yang selalu merendahkan ini (diskriminasi).

-          Kekhawatiran akan pandangan rendah dan kejatuhan martabat (seperti pekerja buruh) menjadi motivasi utama dalam belajar, dan ketika kekhawatiran itu berkurang, malah kalimat-kalimat sindiran itu kembali dicari-cari. Memang rasa cemas dan rasa tegang yang bersifat sementara dapat meningkatkan efisiensi dan menghasilkan motivasi (penggerak hidup). Tapi itu sama saja seperti orang tua yang mendidik anaknya lewat ungkapan merendahkan orang lain yang sebenarnya hal itu hanya akan menenggelamkan anaknya ke dalam lautan kecemasan selama hidup.

-          Keberhasilan yang didapatkan dari ketakutan atas diskriminasi dan penghinaan akan melahirkan kesombongan. Rasa takut akan jatuh yang ditimbulkan akan begitu besar dan jika sudah terjatuh maka rasa sakit yang timbul juga akan terus menyiksa (tenggelam pada kesedihan dan kekesalan yang luar biasa karena sama saja dengan menjatuhkan martabat mereka ke dalam jurang yang begitu dalam). Berbeda dengan orang eropa yang bisa beradaptasi dengan keadaan atau kondisi yang berubah meskipun dapat membuat standar hidup mereka menjadi turun.

-          Begitulah, yang namanya diskriminasi sungguh terasa memalukan bagi yang mengalaminya dan terasa begitu mengkhawatirkan bagi yang melakukannya. Intinya, hal itu tidak berkontribusi apapun dalam hidup kita. Seandainya kamu terus mengembangbiakkan rasa khawatir dan jika kamu merasa begitu malu karena hidupmu yang sekarang tidak sesuai dengan masa depan yang pernah diimpikan, kamu harus beritau dirimu sekarang. Yang namanya hidup, bisa begini dan bisa begitu. Tak ada yang salah dengan kehidupan kita. Terserah kamu mau kerja keras atau belajar dengan mati-matian. Yang penting, janganlah kamu hina hidup orang lain. Kita punya hak untuk saling menghormati kehidupan masing-masing. Sebagai ganti dari penghinaan terhadap hidup orang lain, anak menjadi sasaran ketidakpuasan orangtuanya sendiri.

 

Bagian 2 : Agar bisa hidup sebagai diriku sendiri.

 

Daripada aku dicintai karena kebohonganku, lebih baik aku dibenci karena apa adanya diriku <Kurt Cobain>

 

a.      Pasang harga diri yang tepat. Pada dasarnya, harga diri itu dipengaruhi oleh cara didik orang tua dan pengalaman masa kecil. Apabila kasih sayang yang diberikan orang tua kurang atau ada kekerasan, ejekan, mencampakkan atau kritikan yang dialami masa kecil maka harga diri akan mengalami masalah. Untuk harga diri yang sehat diperlukan 2 hal yaitu kemantapan (kemampuan mengatasi masalah yang ada dan melindungi diri sendiri) dan rasa hormat terhadap diri sendiri (pola hati yang percaya bahwa setiap pribadi berhak untuk dicintai dan dihargai).

Dunia ini sedang berubah menjadi tempat yang melelahkan untuk bertahan tanpa harga diri dan setiap pribadi juga tengah kesulitan untuk menegakkan harga dirinya. Caranya untuk mengatasi masalah harga diri adalah pasang sikap hormat menghormati sewajarnya tanpa syarat (tanpa melihat jabatan, gaji, jenis kelamin) terhadap diri sendiri dan orang lain. Harga diri bukanlah kesombongan atas keunggulan ataupun kepuasan sesaat yang didapat karena diakui dan dicintai oleh seseorang. Melainkan kepercayaan terhadap diri sendiri sekaligus kehormatan diri yang menganggap bahwa masing-masing pribadi berhak mengejar kebahagiaan. Perasaan tersebut akan muncul apabila ada pengalaman keberhasilan dalam mencapai sebuah target, dan paling penting subjeknya diri sendiri. Pribadi yang tidak menyadari kemampuan dirinya sendiri akhirnya terus terseret dalam pandangan yang dibentuk orang lain dan masyarakat hingga membuat harga dirinya tidak terbentuk. Meminta pertolongan orang lain demi bisa membangun harga diri sendiri = memberikan kekuasaan kepada orang untuk mengendalikan hidup kita.

b.      Mencari hidupku sendiri. Diri sendiri akan lebih memilih untuk mempelajari kewajiban dari perannya dan mementingkan praktiknya. Karena bertingkah laku mengikuti apa yang diharapkan masyarakat itu dianggap sebagai kehidupan yang indah. Dengan begitu, orang-orang jadi terbiasa hidup mengikuti instruksi dari masyarakat dan orangtua ketimbang membangun sendiri filsafat dan aturan hidupnya sendiri. Banyak orangtua yang tidak mengijinkan anaknya mengatur diri mereka sendiri (menghilangkan proses tumbuh anak menjadi dewasa), yang akhirnya pribadi tersebut cenderung takut dalam memutuskan sesuatu dan selalu mencari mentor kesana kemari meskipun usianya terus bertambah.

Hidup sebagai diri sendiri adalah belajar untuk bisa menimbang dan memutuskan sesuatu secara sendiri lewat berbagai pengalaman dan eksplorasi. Membuat tulisan tentang dirimu sendiri mungkin bisa menjadi salah satu cara yang baik. Perhatikan dirimu, bagaimana kamu hidup sampai sekarang, hidup seperti apa yang kamu inginkan, apa bedanya kamu dengan yang lain. Carilah identitas dirimu sendiri. Anak yang baik adalah tanpa ada suruhan dari orangtua, bisa melakukannya dengan baik secara mandiri (percaya pada diri sendiri).

c.       Jangan menunda lagi segala pertanyaan tentang hidupmu sendiri. Tiba-tiba suatu hari keluar kalimat seperti ini: “Aku nggak tahu sebenarnya apa yang ingin kulakukan. Apa nggak ada hal yang aku lakukan karena memang aku suka?”. Orang yang hanya fokus terhadap kewajibannya dan terus mengubur keinginannya di dalam hati maka lama-lama akan lupa terhadap apa yang sebenarnya disukai dan inginkan. Jika kehidupan ini tidak dijalani atas apa yang diinginkan, yang tersisa hanyalah kehampaan semata. Jadi, coba hidupkan lagi inderamu dan temukan lagi hal yang kamu inginkan, bukan selalu memikirkan apa yang wajib kamu lakukan.

d.      Layangkan pertanyaan tentang hal-hal yang dianggap lazim. Coba kita bertanya pada hal-hal yang sudah dianggap biasa. Apakah keyakinan yang selama ini kamu punya itu berasal dalam hati atau merupakan keyakinan orang lain yang kamu ikuti.

e.      Jalani hidup untuk dirimu sendiri, bukan orang lain atau siapapun itu. Menjalani kehidupan demi memenuhi harapan orangtua bukanlah karena cinta, tetapi lebih karena perasaan adanya beban utang dan tekanan. Jika hidup pribadi seseorang adalah tanggung jawabnya sendiri, orangtua pun harus menyadari bahwa anaknya tidak bisa hidup sesuai dengan apa yang diinginkan oleh mereka. Jika yang menjadi beban untuk kita adalah utang atas dukungan ekonomi yang diberikan orangtua, ya sudah, bayar saja selama hidupmu. Tapi, janganlah kamu jadi boneka yang bisa diatur untuk jadi begini begitu. Orang yang harus bekerja keras demi bisa mewujudkan seluruh harapan, tidak bukan dan tidak lain adalah diri kita sendiri. Hidup ini punya gue sendirilah!

f.        Jadilah dirimu sendiri. Banyak buku yang mengatakan bahwa mereka yang memiliki pekerjaan tinggi, anggapan di masyarakat, pada nyatanya tidak bisa merasakan kebahagiaan. Karena mereka tidak mau menyadari isi hatinya dan terus membiarkannya kosong karena terlalu ingin mengejar kestabilan ekonomi, pengakuan dari orang-orang sekitar dan juga posisi yang dinilai cukup tinggi di dalam masyarakat. Tapi yang namanya pekerjaan bukanlah sesuatu yang digunakan untuk membuat jati diri palsu, melainkan sesuatu yang membawa kita ke dalam diri kita yang sebenarnya.

Jika kita hanya mementingkan nilai luaran tanpa mementingkan kepuasan hati sendiri, tetap saja kita akan terus terjerat dalam sebuah arena perbandingan. Kebahagiaan dan harga diri pun akhirnya ikut tidak tercapai. Yang kita butuhkan sebenarnya bukan kartu nama yang menghiasi identitas kita, melainkan menjadi diri sendiri tanpa mementingkan penilaian orang lain.

g.       Tidak tunduk begitu saja pada anggapan umum. Semua menyeragamkan standar ke dalam tingkatan yang lebih tinggi (masuk perusahaan besar, memiliki berat badan ideal 49 kg – penentuan target hidup yang begitu tinggi). Jika kehendak itu tidak bisa diwujudkan, kamu tidak perlu berkecil hati / menilai buruk kemampuanmu sendiri. Untuk menjalani hidup yang baik, terdapat berbagai macam cara. Semua punya hak untuk menentukan apa yang kita kehendaki, karena kehendak setiap orang berbeda-beda.

h.      Temukan gaya yang cocok untuk diri sendiri. Yang namanya hidup, ya sama saja dengan mencari-cari baju berkualitas, yang paling cocok dengan diri kita sendiri. Jika kamu banyak salah membeli baju, melalui kegagalan itu, kita bisa ambil sisi positifnya karena kamu jadi tahu mana selera dan gayamu. Pengalaman yang itu-itu saja akan membuat kita jatuh dalam pikiran yang salah. Sedangkan pengalaman yang baru akan membuat kita menjadi lebih mengerti.

i.        Beranilah dalam memutuskan. Hidup itu tidak bukan dan tidak lain adalah huruf C – Choice yang terjepit di antara hurup B – Birth and D – Death. Terlalu teliti dalam memilih dengan tidak bisa menentukan pilihan adalah 2 hal yang berbeda. Tidak bisa memilih karena obsesi ingin membuat keputusan yang sempurna atau merasa kurang percaya diri terhadapa apa yang dia putuskan. Karena tidak yakin terhadap keputusan diri sendiri dan tidak berani menanggung segala tanggung jawab atas keputusan tersebut, seseorang menjadi sering meminta opini dari orang lain.

Keyakinan diri bahwa kita mampu mengendalikan diri sendiri dapat terbentuk bukan dari keyakinan tidak akan memperoleh kegagalan, tetapi berani memutuskan sesuatu secara maksimal dan bertanggung jawab atas hasil apapun yang lahir dari keputusan tersebut. Jika keputusan itu tidak bisa diambil, kesempatan untuk menanamkan rasa percaya diri sendiri akan sempit dan sulit menemukan pribadi yang berani dan mandiri. Rasa percaya pada diri tersebut akan menentukan harga diri kita. Tidak ada jawaban sempurna untuk hidup ini. Tapi, jika kamu berani bertanggung jawab atas segala keputusan yang dibuat, maka semua keputusanmu adalah benar. Kamu harus terus maju dengan mempercayai database masa lalu, catatan kesalahan dan kompas hati. 

j.        Menentukan selera pribadi. Selera yang berbeda bukanlah bukti dari sebuah keunggulan dan hal yang dipaksakan. Untuk membuat hidup ini lebih mengasyikkan, seseorang memang harus memiliki seleranya sendiri. Tidak boleh ada keterpaksaan karena adanya penilaian atau pandangan tertentu dari orang lain.

k.       Memahami diriku yang sesungguhnya. Kegiatan membenci orang lain adalah sesuatu yang melelahkan. Padahal kalau tidak suka, ya sudah. Dijauhi saja, selesai kan. Padahal kekhilafan seseorang adalah hal yang manusiawi, sama seperti kita yang melakukan kekhilafan juga hal manusiawi. Terkadang jika kita terpancar sisi yang tidak disukai dan lebih memilih untuk tidak melihatnya atau mengakuinya, memakai topeng seakan-akan bukan diri kita, betapa egois dan sombongnya kita.

Sifat yang ingin disembunyikan oleh seseorang itu seperti bayangan. Agar dapat membentuk rohani yang sehat, seseorang harus berdamai dalam bayangannya. Memang diperlukan sikap lapang dada dan menyadari kekurangan yang ada dalam diri kita. Jika bertemu dengan dirimu apa adanya, kamu akan menemukan sikap keterbukaan yang dulunya terpendam. Stop cari alasan dan buang muka.

Jika menerima segala sisi baik dan sisi buruk dari diri kita sendiri, pada saat itulah kita tidak lagi menjadi manusia yang sombong, tetapi menjadi manusia yang manusiawi. Kita membenci orang lain bukan karena ketidaksempurnaan yang dimilikinya. Tapi kita hanya tenggelam dalam keangkuhan dan berpura-pura bahwa kita itu lebih sempurna. Kita semua memang tidak ada yang sempurna.

l.        Menempati posisi yang membuatmu bisa bersinar. Agar seseorang bisa puas dengan kehidupannya sendiri diperlukan pemahaman terhadap talenta yang dimiliki dan pekerjaan yang dipilih. Saat terjadi salah pilih, hanyalah rasa lelah yang harus ditahan dan terus ditahan, dan lama kemalamaan seseorang juga akan merasa bahwa dirinya tidak bernilai apa-apa. talenta adalah mudah mengerjakan sesuatu dibandingkan orang lain (seperti bisa berbicara dengan banyak orang baru). Tulislah. Apa yang sebenarnya disukai dan bisa dilakukan lebih mudah dibandingkan orang lain. Tapi, jika kamu sama sekali tidak mengeluarkan usaha atau bahkan menanamkan perhatian untuk hidupmu sendiri, boro-boro orang lain, kamu pun tidak akan bisa menghargai dirimu sendiri. Tragedi terbesar dalam kapitalisme terjadi karena talenta yang tidak bernilai uang dianggap tidak berharga sama sekali.

Bagian 3 : Agar tidak tenggelam dalam rasa cemas

Rasa cemas bukanlah suatu yang bisa menyisihkan sedikit rasa kesedihan pada hari esok tapi justru membuat tenagamu habis pada hari ini <Corrie ten Boom>

a.      Tahan terhadap segala ketidakjelasan dalam hidup ini. Terkadang untuk mendapatkan sebuah kepastian, kita mencari-cari ramalan. Tujuan mendengarkan ramalan hanya demi mendengar kalimat “semuanya akan baik-baik saja”. Sorry to say, buat kamu yang butuh diyakinkan, kalau mau hidup memang harus bisa tahan terhadap segala ketidakjelasan yang ada. Cara yang paling mudah untuk membuat suatu kebohongan adalah melekatkan kata “selalu”.

b.      Terus belajar bertahan hidup dalam lingkaran masalah yang terus berputar. Alangkah senangnya jika hidup ini seperti komputer yang semua sistem bisa diatur ulang. Namun, hidup ini sepertinya terlalu berantakan. Meskipun kita pernah berpikir ingin mengakhiri hidup, ujung-ujungnya tetap saja masih ingin terus hidup. Aku hanya tidak ingin mengakhiri kehidupanku karena beberapa peristiwa. Meskipun orang lain tidak memedulikanku, aku harus peduli terhadap diriku sendiri. Aku masih menyayangi diriku dan terus mengharapkan kebahagiaan untuk diriku sendiri. Kalau bukan dirimu sendiri, siapa yang akan merawat hidupmu?

Karena muncul sebuah luka, karena muncul sebuah ketidakpuasan dalam hati, kehidupanmu jadi terpojok dan menangis sendiri di sebuah sudut tanpa mendapatkan uluran tangan dari siapapun. Apa kamu tidak kasihan dengan dirimu sendiri? Jadi jika nanti hidupmu tidak beruntung dan kamu sudah cukup sedih dan menderita, berlatihlah untuk terus hidup dengan menerima kenyataan yang tidak kamu inginkan itu. Bukan karena aku menganggap penderitaanmu bukanlah apa-apa atau orang lain juga merasakan penderitaan yang sama sepertimu. Tapi, memang hidup ini adalah satu-satunya milikmu. Jadi jangan pantang menyerah. Hidup terus dijalani tetapi juga bisa berhenti. Kekhawatiran tidak akan bisa dihilangkan secara sempurna. Ketenangan hidup dapat diperoleh jika kita melawan kekhawatiran itu. Menginginkan ketenangan yang sempurna = mengharapkan kehidupan di dalam ruang penyimpanan bebas bakteri yang bersuhu rendah (mati wkwk).

c.       Jangan berpikir bahwa masalah itu hanya ada padamu saja. Normal bukanlah seperti kesempurnaan total. Melainkan keadaan yang agak kurang, agak cacat, dan agak tidak sempurna. Kehidupan memiliki beberapa bentuk dan kita hanyalah mahkluk-mahkluk yang sedang menjalani bentuknya masing-masing. Sebenarnya kekurangan dan persoalan apa yang kamu miliki itu adalah normal. Orang-orang hanya menyembunyikan ketidakberuntungan mereka dalam-dalam. Tidak ada ketidakberuntungan yang tidak biasa di dunia ini. Saat ada suatu masalah terjadi, ada orang yang menganggap sebagai kesialan. Tapi ada juga orang yang menga ggapnya sebagai suatu happening – kebetulan terjadi.

d.      Tidak perlu menulis skenario dini tentang masa depanmu. Rasa cemas yang dilebih-lebihkan akhirnya menjadi kebiasaan dan membuat diri kehabisan tenaga karena sudah lebih dulu memikirkan situasi terburuk. Rasa cemas umunya diproduksi dari pemikiran yang tidak rasional dan teramat negatif. Agar bisa lepas dari rasa cemas yang berlebihan, kita harus mulai dari merapikan sistem berpikir. Apakah kamu sedang memikirkan keadaan terburuk yang memiliki kemungkinan kecil untuk terjadi? Janganlah kamu rusak masamu yang sekarang karena terikat dengan ketakutan akan masa depan. Rasa penderitaan yang kamu alami itu merupakan skenario tidak berfaedah yang kamu tulis sendiri. Terlalu memikirkan masa depan = tidak menikmati kehidupan sekarang.

e.      Mencari cara mengatasi masalah yang sebenarnya. Seiring waktu berjalan, keadaan akan membaik dengan sendirinya. Jika kamu saat ini merasa belum bisa lepas dari suatu titik. Lihatlah kembali, apakah kamu selama ini hanya terpaku pada pencarian solusi palsu. Atau, apakah kamu memang tidak bisa memahami pokok persoalan yang sebenarnya. Pada akhirnya, kamu harus berhadapan langsung dengan masalah yang ditakuti dan mengobati rasa cemas (melangkahkan kaki ke dalam solusi yang realistis) menjadi sebuah perencanaan yang matang. Aku berharap kalian juga akan memperoleh kemerdekaan. Saat kita kembali melihat ke belakang, yang diperlukan bukanlah penyesalan tapi evaluasi. Saat kita melihat ke depan, yang diperlukan bukanlah rasa cemas tapi pertimbangan yang matang.

f.        Tidak perlu menjadi hipersensitif.  Jumlah pengalaman negatif yang diperoleh bertambah, maka rasa khawatir dalam diri semakin ikut membesar seiring dengan bertambahnya usia. Sehingga selalu membuat diri ini harus selalu waspada meskipun tengah berada dalam situasi yang biasa-biasa saja. Karena itu, kita perlu hidup yang lebih lamban. Coba beritahu dirimu, bahwa pengalaman-pengalaman itu hanyalah suatu kejadian yang melintas di masa lalumu dan tidak ada keharusan untuk selalu tenggelam pada efek buruk yang ditimbulkan dari pengalaman itu. Kamu pun tidak perlu mengkhawatirkan setiap hal, apalagi hal-hal kemungkinan terjadinya sangat kecil. Rileks. Kembalikan dirimu ke dalam duniamu yang seutuhnya, bukan ke dalam pusaran air buatan yang kamu ciptakan sendiri di dalam otak. Hidup yang kamu alami, sebenarnya lebih damai dibandingkan apa yang kamu pikirkan. Masakan yang dibumbui terlalu banyak tidak akan membuat masakan itu menjadi lebih sedap.

g.      Tidak perlu memperpanjang kesedihan. Duka adalah rasa sedih yang dirasakan dari dalam diri kita. Tapi terkadang kita tidak memiliki keberanian untuk berhadapan dengan penderitaan yang ada di depan mata. Alhasil kita melarikan diri, menahan-nahan, atau bahkan tidak membiarkan diri kita meluapkan kesedihan karena menolak untuk memahami kondisi hati yang sesungguhnya.

Rasa sedih yang tidak benar-benar diluapkan bisa menimbulkan depresi. Yang namanya perasaan bukanlah sesuatu yang bisa hilang begitu saja setelah ditahan-tahan supaya tidak meluap ke luar. Jika terus dihalang-halangi, rasa sedih itu akan mengeras menjadi sebuah tembok beton, yang bisa menghalangi kita untuk melangkah ke depan.

Apabila ada rasa khawatir dan frustasi dalam dirimu yang tidak diketahui sebabnya, kamu harus gali akar permasalahannya. Setelah alasan yang sesungguhnya ditemukan, kamu akan mendapatkan waktu yang cukup untuk bersedih dan dapat memahami akar permasalahan tanpa adanya perasaan yang terlalu berlebihan. Akut turut bersedih atas hal yang sudah seharusnya terjadi. Agar bisa memecahkan masalah yang sebenarnya, yang dibutuhkan adalah dalamnya pikiran bukan banyaknya pikiran.

h.      Bilang saja “lelah” kalau kamu memang sedang kelelahan. Jika rasa kelelahan ditaha-tahan dengan selalu meng-tidak-apa-apa kan setiap saat, maka fungsi dari indera perasa bisa rusak. Jika sudah rusak, nantinya tidak bisa merasakan segala rasa yang datang dalam hati, hingga membuat kita lupa bahwa kita sudah terekspolitasi oleh hal-hal yang kelewat batas. Setiap pribadi membutuhkan pengetahuan bagaimana cara untuk berhenti sejenak jika sudah tidak tahu bagaimana cara bertahan lagi. Kata “tidak apa-apa” tidak selamanya bisa menenangkan hati. Akui saja, bahwa kamu memang sedang kelelahan. “Aku juga capek, kok”

Sikap rela berkorban, merelakan dirimu sendiri menjadi tidak bisa bergerak hingga sesak nafas, terkadang juga bisa menjadi tindak kekerasan untuk dirimu sendiri. Di dunia ini tidak akan ada yang bisa melindungimu sepanjang waktu kecuali dirimu sendiri. Tidak apa, jika kamu ingin sedikit egois atau ingin lepas dari tanggung jawab untuk sementara waktu. Meluapkan perasaan sejujur-jujurnya, mungkin memang dipelajari sebagai hal yang kurang baik dulunya.

i.        Tidak perlu bersungguh-sungguh atas dasar cemas. Di dunia ini ada banyak orang yang mengejar keuntungan dengan mempermainkan kekhawatiran kita. Alhasil, ketenangan menjadi sulit dicapai karena diri ini mudah tergoda. Jadi buang jauh-jauh rasa khawatir dan tidak perlu takut bahwa kehidupan yang kamu jalani dengan sungguh-sungguh ini tidak terlihat di mata orang lain. Tidak perlu takut tertinggal jauh dari orang-orang di lingkunganmu. Hal yang paling bisa kita lakukan adalah menjalani hidup dengan baik untuk saat ini. Tetapkan tujuanmu dan cari caranya, disitulah tempatmu menemukan ketenangan.

Bagian 4 : Agar bisa hidup bersama dengan yang lainnya

Saat orang-orang berkumpul dan semua mencaci maki, aku berpikir, “Meskipun kalian mencaci makiku, aku tidak akan hancur. Meskipun kalian memujaku, aku tidak akan menjadi seorang malaikat. Karena itu, lakukan apa yang kalian mau saja. Aku akan tetap hidup dalam kehidupanku sendiri tanpa adanya kehancuran atau kesucian yang muncul karena kalian.”

a.      Tunjukkan sikap santun yang paling dasar kepada satu sama lain. Kita tidak punya hak untuk mengetahui kehidupan orang lain. Jika kamu tidak suka kalau orang lain ikut campur dalam kehidupan pribadimu, kamu pun harus melindungi kehidupan pribadi orang lain.

b.      Tidak perlu mencoba memahami semua orang. Nikah? Kerja? Pacaran? Tabungan? Ini bukan pertanyaan yang membuat risih. Justru kita risih dengan penilaian terbentuk oleh orang lain setelah mendengar jawaban kita (yang memiliki pola pikir, pandangan dan penilaian yang berbeda dengan mereka – terlihat salah di depan mereka). Padahal mereka juga tidak paham dengan diri mereka sendiri, tapi berlagak profiler yang menilai kita dengan kritikan yang pedas. Jika ada orang yang tidak memahami kita, maka kita akan terlebih dulu berpikir bahwa orang itu yang bermasalah. Karena itu, kita tidak perlu bingung dan kelabakan, juga tidak perlu membuktikan ini dan itu kepada mereka. Kita hidup bukan untuk bisa dipahami (dimengerti) oleh orang-orang yang berpikiran sempit. Hidupmu adalah milikmu seutuhnya.

c.       Menjaga batasan masing-masing. Pertemanan yang baik adalah bisa merasakan kedekatan dan berbagi kasih sayang dalam jarak aman yang sudah dipahami satu sama lain, tanpa harus merubuhkan tembok perbatasan masing-masing.

d.      Menjadi individu yang berlapang dada. Semakin kuat tingkat individualisme, level kebahagiaan di kalangan anggota masyarakat juga ikut meninggi. Masyarakat individualis menggunakan rasa penyesalan (malu terhadap diri sendiri) untuk mengontrol anggotanya, sedangkan kolektivisme menggunakan aib (malu akibat pandangan orang lain) dalam mengatur masyarakatnya, sehingga mereka terbiasa mengendalikan satu sama lain dan dipaksa menaruh konsentrasi pada orang lain (menjadikan pandangan sosial sebagai tujuan hidupnya).

Yang kita butuhkan sebenarnya adalah individualisme yang bertoleransi dibandingkan keberanian mendapatkan kebencian. Sikap saling menghormati yang apa adanya akan membuat hubungan antar sesama menjadi lebih rukun. Yang dibutuhkan adalah jangan ikut campur dalam urusan hidup orang lain dan mengontrol perasaan kita sendiri. Tidak bersikap terlalu sensitif terhadap reaksi masyarakat. Hargai cara hidup dan cara berpikir masing-masing orang, belajarlah untuk hidup bersama dengan baik. Aku juga belum sempurna, tetapi aku masih terus berlatih. Yang dibutuhkan bukan rasa khawatir, tetapi rasa saling menghargai.

e.      Tidak perlu membuat persaingan di dalam kehidupan sehari-hari. Hal menjadikan orang yang harusnya kita percaya sebagai teman malah dipandang sebagai lawan dalam sebuah kompetisi. Menjadikan kita lupa akan kesadaran hidup sosial hingga lupa bagaimana percaya dengan orang lain ataupun masyarakat. Jika tanpa henti menyelenggarakan sebuah kompetisi di dalam hati, lama kelamaan diri kita akan terbiasa dalam hubungan persaingan itu. Tapi sikap tidak mau kalah itu hanya akan membuat kita tegang dan lelah. Daripada menganggap semua orang adalah kompetitor dan terus membuat hati jadi panas, lebih baik percaya diri dan buat duniamu sendiri. Saat kamu menemukan kehidupanmu aman terlindungi oleh pagar yang kuat, disitulah kemampuan dan segala kemungkinan yang akan terjadi di hidupmu terlihat lebih jelas. Tidak ada yang pernah mencuri kebahagiaanmu.

f.        Tidak perlu menjadi orang baik agar tidak dibenci oleh orang lain. Meskipun ada yang tidak menyukaiku, hal itu tidak akan menimbulkan kehancuran dalam hidup. Karena itu, aku tidak akan menghabiskan tenaga untuk menjadi orang yang baik hati demi terhindar dari kebencian orang lain. Aku hanyalah makhluk yang setara dengan mereka dan aku bukan orang lemah yang bisa mereka mangsa begitu saja. Tidak melukai perasaan orang lain memang hal terpuji. Tapi menjaga diri sendiri merupakan kewajiban dan hak yang kita miliki. To my enemies, i will destroy you, mati aja lu sana. Jangan sembarangan lu ama gue. Serang duluan, bersalah. Membela diri tidak bersalah.

g.      Tidak perlu merasa malu untuk hal yang tidak perlu dibuat malu.  Tidak sopan jika memilih-milih orang sesuai standar pribadinya (seperti tanya tinggal di apartemen apa tidak, punya mobil apa tidak). Kita tidak perlu merasa malu atas mereka yang berpikiran sempit, tidak sopan dan materialistis. Orang yang terlalu rendah menilai orang lain, justru orang rendahan. Apa urusannya mereka, cuy!

h.      Jangan paksakan dirimu untuk dekat dengan orang lain. Mau dimanapun, ada orang-orang yang suka menyalahgunakan keramahan orang lain. Karena itu, kita harus pasang rem dalam suatu hubungan, berani mengungkapkan apa yang mau dan tidak diinginkan, bersikap halus tapi tegas. Orang yang selalu perhitungan dan orang yang selalu menjaga batasan merupakan tipe yang berbeda. Jika orang itu sayang sama kita, maka mereka mengerti penerimaan dan penolakan kita, tidak merepotkan dengan banyak hal. Jika dia tersinggung dengan penolakan, kita tidak perlu berusaha menjaga hubungan dengannya. Kita lakukan saja apa yang sudah menjadi bagian kita. Bagian orang lain, itu punya mereka sendiri.

i.        Bedakan mana yang sekadar retak dan mana yang hancur. Daripada sedih dan frustasi meratapi masalah, lebih baik kita pikir saja bahwa hal itu memang sudah seharusnya terjadi. Mau sebaik apapun hubungan, pasti ada waktu renggangnya dan sulit untuk tidak menemukan masalah/kekecewaan. Tapi hanya karena keretakan yang bisa muncul begitu saja, bukan berarti hubungan yang sudah terjalin harus diputus begitu saja. Penolakan terhadap sebuah hubungan hanya akan menghasilkan kesepian dan merugikan diri sendiri. Oleh karena itu, jika terjadi keretakan, coba dilihat apakah menjadi kehancuran yang tidak bisa menghidupkan kualitas pertemanan/ cinta atau hanya cacat kecil yang mengharapkan kita untuk lapang dada dan memperhatikan kedalaman dari hubungan itu sendiri. Bukan teman kita yang berubah, tetapi kita justru sedang menjadi diri sendiri. 

j.        Bersungguh-sungguh dalam menjalani hubungan saat ini. Yang suka perhitungan dilarang dekat-dekat. Suatu pertemanan bisa berakhir kapanpun dan kita tidak perlu menyalahkan diri sendiri atas hubungan yang sudah terputus. Fokus saja menjadi orang baik untuk teman yang ada di sampingmu. Seperti halnya dirimu yang butuh orang lain, orang lain pun butuh dirimu.

k.      Bergegas jalan saat lampu hijau menyala. Jika kita ingin tahu keadaan lampu hijau orang yang kita suka, pertanyaan yang paling cocok adalah “bagaimana perasaanku terhadap orang itu?” bukan “bagaimana perasaan dia terhadapku?”. Jika kamu suka, bergegaslah mendekatinya. Untuk yang ingin memperpendek jarak karena hatinya sendiri sudah tidak sabaran, tetapi takut dan bingung, itu namanya kamu belum siap menemukan cinta. LOL

l.        Meskipun begitu selalu bersama dengannya. Perasaan yang berlebihan hanyalah sebuah reaksi DNA yang hipersensitif (karena jika dulu nenek moyang berpisah dari kaumnya itu sama saja memilih mati, tapi sekarang dunia baru dimana jika kita tidak peduli dengan sesama, kita masih bisa makan dan ada polisi yang mengatasi keadaan bahaya). Terkena kebencian sedikit tidak akan membuat kita jatuh dalam kematian. Tapi masalahnya DNA kita tidak bisa diupdate walaupun sudah ada dunia baru. Dalam dunia ini, jika bersama dengan orang lain, kita tetap merasa bahagia. Temukan satu orang yang memiliki kesamaan dengan kita. Kita juga tidak perlu memutuskan semua hubungan jika pernah bertemu dengan orang yang brengsek dalam hidup ini. Carilah hubungan pertemanan yang bisa mengerti (tentang hal-hal yang tidak bisa diceritakan terjadi di luar pikiranku) dan menghormati dirimu. Menjadi seseorang yang bisa dipercaya dan mempercayai seseorang adalah obat penenang dan kebahagiaan sesungguhnya. Yang dibutuhkan untuk dia yang kesepian adalah seseorang yang bersungguh-sungguh mendekatinya, bukan metode pengobatan kesepian. 

Bagian 5 : Untuk dunia yang lebih baik

a.      Sesekali bercerita tentang hal yang serius. Untuk mengatasi kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin harus dimulai dulu dengan tanya jawab soal bagaimana menangani kapital (posisi sosial orang tua – kekayaan) yang bersifat turun temurun dan kesempatan sosial yang tidak merata.

b.      Tidak perlu menyalahkan diri sendiri. Ternyata banyak sekali utang materi dan utang bakti yang harus kita tanggung. Padahal, hanyalah sebuah kehidupan biasa-biasa saja yang kita inginkan. Yang menjadi masalah adalah kurangnya peluang kerja yang bisa menanggung segala biaya, dimulai dari biaya hidup anak, biaya pendidikan, uang tempat tinggal. Kita tidak punya salah apa-apa. Keadaan sosial yang sudah memaksa kita untuk menanggung utang bahkan sebelum kehidupan sebagai satuan masyarakat dimulai. Lalu, dalam sosial tidak menyediakan cara pelunasan utang yang baik, setiap orang akhirnya harus merana dan menyalahkan diri sendiri atas kekurangan yang mereka miliki.

c.       Jangan berpaling muka terhadap apa yang menjadi kewajibanmu. Jika terjadi suatu kekeliruan di dunia ini, mungkin itu terjadi karena adanya kekurangan sebanyak 3% dari usaha kita. Jadi lakukan saja kewajiban masing-masing. Kita semua sama-sama dalam proses belajar dan berkembang, jangan terlalu kecewa. Satu-satunya penyelamat sosial bagi kita adalah diri kita sendiri yang tidak berpaling muka.

d.      Bertahanlah jika memang diperlukan. Bertahan (jangan resign – dalam hal pekerjaan) bukan berarti hal yang memalukan / hina. Hidupmu memang lebih penting dibandingkan manusia-manusia (pimpinan/direktur) yang hanya bisa merendahkan itu. Jika kamu membutuhkan tempat pekerjaan itu, bertahanlah. Bekerja demi uang bukan hal yang hina, tetapi memang sudah seharusnya begitu. Kalau kamu berhenti bekerja karena orang itu, padahal sudah bekerja dengan sungguh-sungguh, sama saja kamu meninggikan pengaruh orang itu. Tetapi memang harus berhenti di saat memang tindakan itu diharuskan, jika sampai membuat kamu merubah arah hidupmu.

e.      Buanglah rasa khawatirmu itu. Diet, persoalan pribadi, masalah sosial tidak akan mengalami revolusi sekejap dan berubah setiap saat. Layaknya dibutuhkan sistem manajemen yang baik agar kondisi yang baik tetap terjaga, intensitas waktu dan usaha yang keras tetap dibutuhkan demi sebuah perubahan meskipun harus mengalami khawatir dan rasa kesal karena usaha yang maju mundur. Semuanya memang harus dijalani seperti itu. Hal yang sangat dibutuhkan untuk perubahan adalah sikap tahan banting. Tidak ada cara lain. Cara terbaik untuk menyembuhkan luka adalah selalu berusaha menjadi sembuh setiap harinya.

f.        Belajar bagaimana caranya bertengkar yang baik. Dulu, memilih diam dianggap sama dengan perdamaian. Meskipun dalam hati tertekan karena tidak bisa berteriak, dan ada tumpukan rasa kesal yang tidak bisa dihancurkan. Gejolak perasaan yang ada dalam hati harus dipendam. Diharuskan diam agar bisa terlindungi. Seorang menantu perempuan diharuskan menjadi tunarungu, tunawicara, dan tunanetra selama tiga tahun, alhasil muncullah penyakit depresi. Perasaan terus tertekan di dalam lingkungan yang berkedok harmonis membentuk pribadi yang sakit (penyakit kejiwaan) dan hubungan sosial menjadi bobrok (tidak waras).

Terkadang diskusi bukan untuk menyelesaikan inti permasalahan / mencari solusi, malah membahas tentang masa depan, sibuk menegakkan adat tradisi yang penuh kekolotan, mementingkan kebenaran pribadi. Yang dibutuhkan solusi, bukan kritikan. Yang dibutuhkan persuasi, bukan hinaan.

g.      Buatlah landasan untuk harapanmu. Bicara mengenai harapan, terasa sulit, karena di belakang harapan akan muncul penyiksaan. Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan hanya akan menjadi sia-sia. Meski begitu, hidup ini tidak bisa terus bertahan jika tidak memiliki harapan, tapi yang penting adalah harapan yang didasari dengan kenyataan. Cari cara yang tepat dan tahanlah rasa tidak enak yang sudah menjadi kompensasinya. Jalan akan terbuka jika kamu punya tujuan. Langit hanya akan membantu dia yang bersungguh-sungguh. Harapan itu memang bersyarat.

Plot twist : usaha terkadang membuahkan hasil yang terbaik.

h.      Dengan sukarela menyebar kebaikan di dunia ini. Saat kita membutuhkan bantuan tapi tidak ada yang mau memberikan bantuannya, hati kita akan tertutup dan tidak mau lagi meminta bantuan kepada orang lain. Dalam hidup, kita hanya perlu bersikap hati-hati dan teliti, bukan sikap tidak percaya pada orang lain. Aku masih percaya pada maksud baik dari kebanyakan orang dan siapapun itu senantiasa dapat memberikan bantuan jika aku jatuh dalam keadaan sulit. Aku hanya tidak ingin hidup di dunia yang tidak mau memberikan bantuan karena menganggap mereka tidak akan menimbulkan kerugian pada diriku.

i.        Tidak menghargai diri dengan uang. Epikuros bilang bahwa ada 3 syarat supaya manusia bisa bahagia : pertemanan, filsafat, dan kebebasan (bebas biaya apapun). Dengan begitu, kita memang harus mendapatkan kompensasi atas segala usaha yang kita lakukan. Uang adalah alat untuk bertahan hidup yang tidak bisa diacuhkan begitu saja. Jadilah orang yang paling benar dengan tidak pamer sana sini kalau kita punya sesuatu.

j.        Tidak perlu ikutan main hunger games. Ketenangan akan kita dapatkan bukan dari saling mengalahkan satu sama lain melainkan sikap kebersamaan untuk membantu satu sama lain. Jadi hentikan sikap diskriminasi dan kompetisi saling menjatuhkan. Selama permainan maut ini tidak berhenti, kita akan menjadi urutan yang akan dibasmi selanjutnya (setelah bisa mengalahkan yang lemah- tenang sebentar – lalu siap2 menghadapi tantangan untuk mengalahkan / dikalahkan yang lebih kuat).

k.      Menjadi seorang dewasa yang berpetualang.  Saat seseorang tidak bisa menjalani kehidupan yang diinginkan oleh dirinya sendiri dan terpaksa mengikuti jalan yang dituntut oleh orang lain, dia akan putus asa. Inti dari ketakutan yang membuat sebagian orang akhirnya jatuh pada ketidakbahagiaan bukanlah karena kemiskinan. Tapi rasa hina dan tersingkirkan yang muncul karena tidak dihargai oleh sesamanya. Kebahagiaan masyarakat eropa utara bukan karena hasil dari sistem kesejahteraan atau penghasilan yang tinggi. Melainkan sikap menghargai minat dan bakat yang dimiliki masing-masing, kebebasan hidup yang melimpah, dan kepercayaan yang tinggi antar sesama.

Lalu kita berada dimana : tidak adanya kebebasan, tekanan standardisasi hidup, dan ketidak percayaan terhadap orang lain. Jika saja, aku tinggal dimana aku bisa dihargai orang lain, betapa enaknya hidup ini. Kebebasan bertualang seenak hati dan rasa pengertian satu sama lain.

Bagian 6 : Untuk kehidupan yang lebih berarti dan juga lebih baik.

Kebahagiaan muncul dari kemampuan untuk berpikir bebas, menghadapi tantangan hidup dan rela memberi bantuan terhadap orang yang membutuhkan <James Storm>.

a.      Jangan sebut bahagia sebagai tujuan hidup. Terkadang jika terlalu obsesi ingin bahagia, apabila mengalami kesedihan agar tidak terlihat orang lain, maka orang itu selalu berusaha untuk menutupinya dan menguburnya dalam-dalam. Tentu agar bisa bahagia, kita perlu berusaha. Tapi namanya tujuan hidup ada pada ‘hidup’ itu sendiri. Jadi tidak apalah, sesekali merasakan sedih atau depresi. Kalau kita tidak merasakan hal itu, mana bisa kita tahu apa itu rasa bahagia. Memamerkan hidup yang penuh kesenangan kepada orang lain adalah cara yang bisa menghancurkan hidup kita sendiri.

b.      Jalanilah hidup ini dengan ringan. Karena takut ini itu, kita menyiapkan dan membawa barang terlalu banyak. Tapi sebenarnya yang dibutuhkan tidak sebanyak itu. Kita bisa cari sesuatu yang baru saat diperlukan dan akan bisa menemukan keuntungan yang lain saat kita pasrah dengan suatu ketidanyamanan. Hidup adalah sebuah perjalanan panjang. Sebisa mungkin harus membawa yang ringan – ringan saja supaya tidak kelelahan (analogi bakcpacker).

Jadi jika tidak ingin menjalani hidup yang berat, coba pikirkan hal-hal yang bikin kamu cemas / yang tidak bisa kamu buang dan bangkitkan keberanian untuk menguranginya. Dimulai dari decluttering, khawatir terhadap hal yang belum tentu terjadi, sifat serakah yang membuat hidup jadi lebih berat, hubungan sesama yang hanya membuat lelah. Jika kamu mau hidup bebas, jauhilah barang barang yang sebenarnya tidak perlu dibeli. Sebuah ultimatum tentang semua hal : melepaskan apa yang tidak perlu akan membuat kita menjadi jauh lebih bebas.

c.       Jangan buat hidupmu membosankan. “Orang yang menjalani hari-hari seperti robot, tidak panjang umur meskipun sudah berumur 80 tahun”. Masa-masa hidup yang dipadati dengan satu kebiasaan dan pemandangan yang sama secara terus menerus akan terasa lewat begitu saja. Sama saja dengan mematikan kemungkinan dan keberagaman yang tidak terhingga jumlahnya dalam hidup ini dan hanya menghampakan kehidupan diri sendiri. Karena itu, bertemu orang-orang baru dan lakukan hal-hal yang belum pernah kamu coba lakukan hingga sekarang (berikan dirimu pemandangan yang baru). Lepaskan dirimu dari pemikiran kolot yang ada di kepala. Lalu jadikan dirimu sebagai individu yang tidak bisa ditebak. Karena semuanya serba melaju cepat, terkadang aku merasa tertinggal di belakang.

d.      Berusaha agar lebih berperasaan. Dunia kerja yang mengharuskan kita manahan teriakan batin dan juga kompetisi sosial yang menjadikan kita sebagai manusia yang tidak manusiawi membuat kita menjadi mahkluk yang kurang berperasaan. Karena kurangnya perasaan yang dimiliki, mereka akhirnya tidak bisa merasakan kegembiraan kecil dan lama kelamaan hanya mencari kegembiraan dengan tingkat kepuasan yang kuat. Kegembiraan didefinisikan sebagai ganti rugi dan efek kuat atas ketabahan menjalani keseharian yang membosankan. Padahal kegembiraan dengan tingkat kepuasan tinggi akan membuat keseharian menjadi bosan dan semangat hidup akan hilang.

Kalau kamu ingin merasakan hidupmu selalu terasa segar, cobalah lebih sensitif terhadap kegembiraan kecil yang ada di sekelilingmu dan carilah hal yang membuatmu bahagia. Definisikan ulang apa itu kegembiraan (yang tanpa perlu mengeluarkan uang). Tapi memang kita membutuhkan kreativitas dan imajinasi untuk hidup kita sendiri.

e.      Atur kebahagiaanmu sendiri. Orang tua kita bahagia apabila anaknya sudah sukses dan mapan (kebahagiaan ortu dikendalikan anaknya, bukan dirinya sendiri). Alhasil, ortu selalu khawatir – takut anaknya tidak bisa bahagia dan anak ditekan kewajiban untuk membahagiakan ortunya. Jadi semua saling mengkhawatirkan kebahagiaan milik masing-masing dan akhirnya malah menjadi jauh dari kebahagiaan itu.

Kebahagiaan pribadi merupakan kewajiban masing-masing. Kebahagiaan orang lain ada di luar kekuasaan kita, karena kita tidak bisa membuat siapapun bahagia selamanya, begitu sebaliknya. Katakan : aku sudah hidup dengan sungguh-sungguh. Aku tidak merusak kebahagiaan orang. Aku tabah dalam segala kesulitan. Aku sudah hidup kuat. Aku punya hak untuk bahagia.  

f.        Pikirkanlah apa yang sudah kamu dapatkan. Jika kita hanya memikirkan kerugian, hidup ini hanya akan dipenuhi dengan penyesalan. Tidak ada orang yang mau mendengarkan tangis rengek dirimu yang tidak bisa bertahan pada hal apapun. Pilihan mana yang bisa kamu pertahankan? Sampai mana batasmu untuk bisa bertahan? Karena itu, ketika memilih sebaiknya mempertimbangkan ‘apa yang harus kita relakan’ daripada ‘apa yang bisa kita dapatkan’. Dalam setiap pilihan terdapat opsi dan perhitungan yang sifatnya terbatas (ada plus dan minusnya). Kita harus mampu memilih apa yang sebenarnya diinginkan, bukan hanya sekedar tertarik. Meskipun ada rasa khawatir dalam keputusan ini, aku tidak akan mengeluh.

g.      Lambaikan tangan tanda berpisah dengan masa lalu. Ada banyak orang sinting dan orang yang memalukan di dunia ini. Orang yang seperti itu terkadang meninggalkan luka di hati kita waktu kecil. Bahkan terus menggerayangi kita atas masalah yang tidak terselesaikan hingga sekarang. Di dunia ini banyak orang yang menyedihkan, kurang pintar dan belum dewasa. Kita bertemu dengan mereka mungkin karena nasib kita yang kurang beruntung.

Menganalisis masalah yang kita alami saat ini melalui keadaan masa lalu bukanlah untuk mendapatkan ganti rugi yang tertunda / ingin mendapatkan perlakukan atas rasa kasihan, melainkan untuk memutuskan tali yang mengikat erat diri kita agar bisa terus melangkah ke depan. Tapi sekarang kita bukan anak kecil yang lemah lagi, kita bisa maju lebih depan. Jika kamu tidak ingin terikat oleh masa lalu lambaikan tanganmu pada orang-orang kasihan itu (say goodbye).

Tidak percaya diri = sikap diskriminasi guru. Harga diri turun = cara didik ortu yang kurang tepat. Selalu dalam ketakutan = mengalami perundungan waktu kecil dari teman-teman.

h.      Membiarkan kelonggaran dan uang yang tidak perlu mengalir di hidupmu. Tidak ada hidup yang berjalan sesuai dengan rencana / kita perhitungkan / selalu lancar. Terkadang mengeluarkan usaha untuk menghapus kesalahan yang dilakukan dalam sekejap. Daripada menyalahkan diri sendiri dan menyesalinya, kita atur saja hal-hal yang perlu kita buat lebih longgar dan lebih santai. Sikap toleransi terhadap kesalahan atau kekeliruan yang dibuat sendiri dapat membuat kita menjadi lebih baik dan bebas. Yang namanya sembrono, pasti ada saja dalam kehidupan kita. Memang hal yang sebenarnya tidak perlu kita lakukan secara tidak langsung merupakan proses yang harus dilakukan untuk melanjutkan hidup. Waktu yang kita sia-siakan anggap saja sebagai bonus untuk umur panjang.

i.        Bagaimanapun, kamu harus memahami dirimu sendiri. Tingkat kesulitan yang dirasakan setiap orang itu tidak sama. Jika ada hal yang dirasa sulit, bukan karena kita salah / kita yang masih memiliki banyak kekurangan, tapi memang kita hanyalah manusia biasa yang bisa mengalami banyak kekurangan. Meskipun kadang kita merasa murung karena susah untuk memahami, paling tidak cobalah untuk sedikit saja berikan sikap pengertian terhadap diri kita, menerima dengan lapang dada keadaan, tidak menyalahkan / mengkritik diri sendiri (karena itu sama saja dengan menyiksa diri sendiri), menghargai segala pilihan yang kita ambil untuk meneruskan hidup ini. Memahami diri sendiri bukan berarti berempati  terhadapa diri sendiri / menganggap tidak ada kesalahan yang kita buat. Jangan salahkan dirimu yang sedang kesulitan.

j.        Beri perhatian pada kebahagiaanmu sendiri. Dengan apa aku bisa bahagia? Kala aku merasa ternyata aku merupakan mahkluk yang sedang menjalani kehidupan adalah ketika aku bisa mengatur hidupku sendiri. Catat kapan kamu bisa merasakan kebahagiaan dan kapan bisa lepas dari kemurungan. Karena saat kita tidak murung dan melihat catatan ketidakberuntungan sebelumnya yang kita tulis, rasanya terpikir bahwa kita terkadang terlalu membesar-besarkan masalah yang tidak terlalu besar.

k.      Mencintai ketidaksempurnaan yang ada. Kita menginginkan hal yang sempurna dan mencintai hal yang tidak sempurna.

l.        Bertanyalah, bagaimana kamu akan menjalani hidup ini. Hidup ini objek kenikmatan atau objek mimpi? Mengerjakan what + can = do (hidup sungguh-sungguh). Alasan mengapa setiap individu harus menjalani kewajibannya sebagai anggota sosial adalah untuk menyempurnakan diri, kita membutuhkan orang lain. Saat kita bisa merasakan betapa berharganya diri di dalam suatu hubungan dengan masyarakat, disitulah kita bisa menemukan arti diri kita yang sebenarnya. Namun, kita juga harus menjaga martabat diri kita sendiri, tidak tergantung pada keberhasilan atau kegagalan yang standarnya ditentukan oleh dunia ini. Katakan pada diri kita sendiri yang tidak akan meninggalkan kita sampai mati nanti. Apapun kehidupan yang kamu jalani, aku akan terus mendukungmu dan aku bangga terhadap kehidupan yang kujalani.

Lihat diri ini – bersyukur – kenali batasan (mana yang bisa diajak berteman, mana yang tidak) -  jangan merendahkan – peduli sesama – berusaha lepas dari pandangan atau aturan standarisasi masyarakat – cari arti hidup sesungguhnya – berdiskusi untuk menemukan solusi (bukan saling mengkritik saja)

m.    Hidup sebagai orang dewasa. Tapi aku harus tetap bekerja meskipun aku tidak menyukainya agar aku bisa terus makan dan hidup. Harus tabah terhadap segala kesulitan dan juga hal-hal yang mengkhawatirkan. Meskipun belum mau dibilang dewasa, katakan “Jadilah dewasa meski hanya berlagak seperti orang dewasa”.

Aku akan menggambar peta untuk diriku sendiri.