Rabu, 07 Maret 2018

We GO!

Edit Posted by with No comments

Here is my 22nd post.
Jadi, postingan ini wajib sekali aku post dan ada sekitar 8 teori. Semoga bermanfaat.



A. Empat Macam Tanah (SK)
Mat. 13:1-23; Mrk. 4:1-20; Luk. 8:4-15; Mrk. 4:13. 

Berbicara 4 macam tanah adalah berbicara tentang 4 macam respon hati manusia terhadap Firman Tuhan. Alkitab sudah menjelaskan bahwa benih yang ditabur itu adalah Firman, dan tanah yang menerima itu tentang hati manusia.
“BENIH” yang bagaimana?


1. Benih Unggul (Yes. 55:11)
Firman itu tidak akan pernah kembali sia-sia. Benih ini seharusnya menghasilkan hasil yang optimal yakni 100 kali ganda. Jika benih ini ditabur tidak sampai menghasilkan, maka yang salah itu bukanlah benihnya melainkan tanahnya. Sebab benih yang ditabur adalah benih yang unggul.

2. Benih yang kekal (1Pet. 1:23)
Artinya: benih itu akan membawa kita kepada hidup yang kekal, hasilnya itu tidak hanya sebatas di dunia ini saja, melainkan sampai kepada kekekalan.

3. Memiliki Daya Cipta yang Dahsyat (Roma 4:17; Ibr. 11:3)
Firman Tuhan itu berdaya cipta yang sangat dahsyat, dapat menjadikan dari yang tidak ada menjadi ada (Rom. 4:17). Tuhan menciptakan alam semesta dengan FirmanNya.
 

Sekarang mari kita lihat berbicara apakah tanah-tanah ini…
Tanah 1:   “Tanah di pinggir jalan...”
Berbicara tentang hati yang tidak siap (tidak dipersiapkan). Firman Tuhan (Pengk. 4:17) berkata bahwa ketika kita datang ke Rumah Allah kita harus menyiapkan hati kita. Disinilah pentingnya peranan Praise & Worship. Selain kita membawa persembahan kepada Tuhan, saat itu juga sedang mempersiapkan tanah hati kita.
Jangan pula kita mendengar Firman untuk “orang lain”, maksudnya ialah ketika kita mendengar Firman kita selalu mencocokkan dengan orang lain, kita tidak mencocokkan dengan kehidupan kita sendiri. Kita harus belajar bahwa ketika kita mendengar Firman, kita mendengar untuk “diri sendiri”. Orang lain berurusan sendiri-sendiri dengan Tuhan.
Kata kunci untuk tanah I ini adalah “SIAP”. Artinya hati kita harus siap untuk menerima Firman.

Tanah 2: “Tanah yang Berbatu-batu...”
Sebelum menabur maka seorang petani akan membajak tanahnya, dan jika terdapat batu-batu maka seharusnya batu-batu itu diambil dan dibuang. Tetapi disini batu itu tidak dibuang!
“Batu” berbicara hati yang keras; tidak mau berubah; tidak mau percaya; menolak Firman; sombong. Tanah yang berbatu sulit untuk menerima Firman Tuhan. Walaupun senang mendengar Firman tetapi tidak mau berubah.
Benih yang ditabur di tanah yang berbatu tidak berakar sehingga sinar matahari membuatnya cepat layu. Matahari sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, tetapi di sini matahari yang seharusnya membawa kehidupan, justru malah mematikan.  Matahari berbicara tentang kesulitan hidup, aniaya, persoalan, masalah kehidupan kita. Hal-hal itulah yang sebenarnya membuat kerohanian kita bertumbuh. Itu sebabnya benih itu harus berakar dalam kehidupan kita.
Kata kunci untuk tanah yang berbatu adalah “BUANG!”, yaitu buang semua batu-batu dari tanah hati kita.

Tanah 3: “Tanah bersemak duri...”
Ini adalah tanah yang campuran (bercampur), sebab disamping benih yang baik, tumbuh juga benih semak duri, dan pada ahkirnya semak duri akan menghimpit benih yang baik itu. Ini adalah Hati yang “campuran (bercampur)”.
“Duri” berbicara:
1. Kekuatiran dunia (Mat. 6:24-34). Jangan kuatir tentang apa pun juga. Cari Tuhan dan utamakan Kerajaan Allah, maka Tuhan yang akan ambil alih semua kekuatiran kita.
2. Tipu daya kekayaan (Mat. 6:19-21). Kekayaan bisa membuat orang merasa aman (sehingga kita tidak lagi mengandalkan Tuhan), menjadikan sombong. Bukan berarti kita tidak boleh menjadi kaya, tetapi mari kita waspada terhadap kekayaan. Jangan sampai hati kita terikat kepada kekayaan tersebut.
3. Kenikmatan Hidup (1Tim. 6:6-8). Jangan juga karena kenikmatan yang hanya sementara kita mengorbankan yang kekal.
Kata kunci untuk tanah ini adalah “CABUT”. Cabut “duri-duri”itu supaya tidak menghalangi pertumbuhan iman kita.

Tanah 4: “Tanah yang subur...”
Berbicara tentang hati yang Gentle & Humble Spirit (lemah lembut dan rendah hati). Seperti hatinya Yesus (Mat. 11:29).
Yak. 1:21-22  “Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu…”
Kata kunci untuk tanah ini adalah “SAMBUT”. Mari kita menyambut Firman Tuhan dengan roh yang lemah lembut.

Kesimpulan: Jika kita mau menerima berkat-berkat yang optimal dari Firman Tuhan kita harus : SIAP ➔ Buang ➔ CABUT ➔ SAMBUT, maka panen raya akan menanti kita semua!

B. Dosa Kedegilan (DR) 

Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman Tuhan, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja. 1Samuel 15:23

Ayat di atas adalah perkataan Samuel kepada Saul ketika ia ditolak oleh Tuhan sebagai raja atas Israel. Mari kita bandingkan terlebih dahulu dengan Daud untuk mengerti apa yang menjadi penyebab ia ditolak oleh Tuhan. Raja Daud pernah jatuh dalam dosa perzinahan dan pembunuhan, namun ia diampuni oleh Tuhan dan ia menjadi orang yang berkenan di hati Tuhan. Sementara Raja Saul dosanya tidak seberat Daud, tapi ia ditolak oleh Tuhan karena kedegilan hatinya.
Apa itu dosa kedegilan? Dosa kedegilan adalah dosa kekerasan hati, dosa ketidakpercayaan (tidak mau percaya kepada firman Tuhan), serta sikap hati yang tidak mau berubah. Sikap hati inilah yang membuat dosa ini menjadi satu-satunya dosa yang tidak dapat ditebus oleh Tuhan, meskipun kelihatannya lebih ringan dari dosa lainnya seperti berzinah atau membunuh. Karena terlihat ringan maka tanpa disadari dosa ini sudah banyak menyusup dalam kehidupan orang percaya.
Kita mungkin bersikap seperti Raja Saul setiap harinya. Kita begitu sibuk menjaga hidup kita ini agar tidak jatuh ke dalam dosa. Tapi bagaimana dengan dosa kedegilan ini? Kita dapat jatuh dalam dosa ini ketika kita mulai tidak percaya kepada firman-Nya yang hidup dan berkuasa. Dan dosa kedegilan ini justru jauh lebih berbahaya dari dosa lainnya karena sifatnya yang tidak kelihatan. Ingat, bangsa Israel pun binasa karena kedegilan mereka yang tidak mau percaya kepada Tuhan (Rm. 11:20, 23). Jadi kita diselamatkan bukan karena tidak melakukan dosa, tapi karena percaya kepada Tuhan Yesus, sehingga beroleh kasih karunia dari-Nya.
 

Ada tiga jenis dosa kedegilan, yaitu:
1. Tidak percaya kepada firman Tuhan
Sebagai ayat yang mewakili Perjanjian Lama, Ams. 30:5 berkata: “Semua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya.” Sementara itu dalam Perjanjian Baru juga dikatakan: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2Tim. 3:16).
Kedua ayat ini jelas menyatakan bahwa segala yang ditulis di Alkitab adalah ilham dari Allah, firman itu murni dan berkuasa. Dosa kedegilan dimulai ketika kita hanya percaya sebagian saja firman Tuhan, juga ketika kita memilih-milih mana firman yang cocok untuk diterima dan dilakukan, dan mana firman yang ditolak dan diabaikan karena tidak cocok di hati kita.
Hal ini sering terjadi ketika kita menghadapi kekuatiran. Kekuatiran akan hari esok dan kekuatiran akan kebutuhan hidup adalah bentuk dari dosa kedegilan. Mengapa? Karena Mat. 6:34 dengan jelas berkata: “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Flp. 4:19 juga berkata: “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.”
Kekuatiran merupakan dosa kedegilan karena menunjukkan ketidakpercayaan akan firman Tuhan yang telah secara jelas berkata bahwa Allah akan memelihara dan mencukupi kebutuhan kita. Dengan kuatir berarti kita sedang menghina Tuhan, kita seolah-olah berkata bahwa Tuhan tidak sanggup menolong kita. Kalau ditelusuri kembali, Raja Saul pun berdosa karena ia kuatir kalau Tuhan tidak menolong tepat pada waktunya, sehingga ia akhirnya nekat mempersembahkan korban yang bukan menjadi tugasnya. Karena itu buanglah segala kekuatiran dari dalam hati kita.

2. Tidak percaya akan kasih Allah
Allah mengutus Yesus, Anak-Nya yang tunggal, ke dalam dunia ini bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya (Yoh. 3:16-17). Ayat ini menunjukkan betapa besar dan kekalnya kasih Allah akan dunia ini. Namun sayangnya kita seringkali tidak percaya akan kasih Allah ini. Ketika kita melakukan dosa atau kesalahan, kita langsung berpikir bahwa Tuhan sudah membenci kita dan akan mengambil segala berkat-Nya dari hidup kita dan balik menghukum kita dengan berbagai bencana.
Dosa kedegilan masuk dalam hati kita ketika kita berpikir bahwa Tuhanlah yang mendatangkan segala masalah, sakit penyakit dan kutuk dalam hidup kita. Hati yang degil percaya bahwa Tuhan adalah Bapa yang kejam, sehingga mengambil yang baik dan memberikan yang buruk. Padahal hati Bapa justru kebalikannya. Perhatikan perumpamaan anak yang hilang dalam Luk. 15:11-32 yang menggambarkan hati Bapa kepada kita, anak-anak-Nya, setiap saat.
Renungkan ini! Anak bungsu menderita bukan karena bapanya, tapi karena Iblis melalui dosa yang sudah diperbuatnya. Sedangkan bapa justru senantiasa menunggu anaknya kembali untuk dapat melimpahi anaknya itu dengan pengampunan dan pemulihan. Dan bukan dosa besar yang menghalangi anak bungsu ini pulang, tapi dosa kedegilan. Anak bungsu ini percaya bahwa bapanya akan marah dan menjadikannya hamba di rumahnya sendiri.
Pahamilah kasih Allah dengan benar! Banyak anak Tuhan yang berdosa kepada Tuhan bukan hanya saat ia melakukan dosa, namun setelah melakukan dosa ia tidak percaya bahwa dosanya sudah diampuni. Percayalah bahwa kasih Allah yang kekal itu tidak berkurang sedikitpun ketika kita jatuh dalam dosa. Justru Tuhan ingin kita datang kepada-Nya untuk menerima pemberesan, pengampunan dan pemulihan di dalam Kristus (Yes. 1:18; 1Yoh. 1:9).

3. Tidak percaya mujizat masih terjadi
Mrk. 16:17-18 (BIS) berbunyi: “Sebagai bukti bahwa mereka percaya, orang-orang itu akan mengusir roh jahat atas nama-Ku; mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang tidak mereka kenal. Kalau mereka memegang ular atau minum racun, mereka tidak akan mendapat celaka. Kalau mereka meletakkan tangan ke atas orang-orang yang sakit, orang-orang itu akan sembuh.”
Bukti bahwa kita adalah orang percaya tidak lain adalah mujizat! Namun sayangnya ada banyak orang percaya yang hari-hari ini sudah tidak percaya bahwa mujizat itu masih terjadi. Mengapa? Karena mereka tidak melihat dan mengalami mujizat itu secara pribadi. Sebenarnya yang menjadi penghalang seseorang tidak mengalami mujizat adalah ketidakpercayaannya.
Mrk. 6:5-6a berkata bahwa Yesus merasa heran atas ketidakpercayaan orang-orang di tempat asal-Nya. Yesus heran ketika kita tidak lagi percaya kepada mujizat, sebab mujizat adalah sesuatu yang sudah sewajarnya terjadi dalam kehidupan orang percaya. Kita perlu mujizat setiap hari! Kalau Yesus saja memerlukan mujizat untuk menyatakan kemuliaan Allah, terlebih lagi kita.
Kita sering berpikir bahwa sakit penyakit adalah berasal dari Tuhan, sehingga kalau kita sakit kita berpikir bahwa itu adalah kehendak Tuhan. Padahal Yes. 53:4-5 justru berkata bahwa penyakit kita sudah ditanggung oleh Yesus di atas kayu salib. Tidak ada penyakit yang berasal dari Tuhan! Tuhan justru ingin anak-anak-Nya menikmati berkat dan kesembuhan. Karena itu penyakit harus dilawan di dalam nama Tuhan Yesus Kristus (1Pet. 2:24).
Dalam Mat. 11:20-21 Yesus lebih mengecam kota Khorazim dan Betsaida yang berisi umat Tuhan dibandingkan kota Tirus dan Sidon yang jahatnya luar biasa. Mengapa? Karena umat Tuhan di kota Khorazim dan Betsaida hatinya degil dan tidak mau percaya pada mujizat yang sudah jelas-jelas nyata terjadi. Jangan sampai hal ini terjadi dalam kehidupan kita!

Jadi dapat disimpulkan bahwa dosa kedegilan adalah dosa karena tidak percaya kepada firman Tuhan, tidak percaya akan kasih Allah, dan tidak percaya mujizat masih terjadi. Marilah kita membuka hati kita dan mengijinkan Roh Kudus untuk memeriksa dan membuang setiap ketidakpercayaan dari dalam hidup kita, sehingga kita dapat menikmati berkat yang sempurna. 

C. Mempersiapkan Makanan (ES)

Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. Wahyu 3:20 

Ayat di atas berkata bahwa Yesus sudah berdiri di pintu hati kita dan mengetok. Ketokan merupakan sebuah kode atau tanda bahwa Ia ingin masuk ke dalam kehidupan kita. Dan Ia menantikan respon kita terhadap ketokan-Nya tersebut. Bila kita meresponinya dengan membuka pintu, maka Ia akan masuk dan makan bersama dengan kita, berdua saja secara pribadi. Maka dapat dipastikan kita akan menikmati kebahagiaan yang sejati. Jadi inti dari ayat di atas adalah Tuhan akan mengadakan perjanjian makan yang sifatnya pribadi bagi mereka yang siap membuka pintu hatinya.

Tempatnya tentu saja di rumah hati kita masing-masing. Lalu karena kita adalah tuan rumahnya, maka kitalah yang harus menyediakan makanan bagi Tuhan. Perjanjian makan itu akan terjadi ketika makanan sudah siap. Dan untuk menghormati Tuhan sebagai Tamu Agung kita, maka sudah seharusnya kita menyediakan menu kesukaan Tuhan di rumah hati kita. 

Apa saja menu kesukaan Tuhan itu?
1. Melakukan kehendak Bapa
Dalam Yoh. 4:31-34 dicatat bahwa setelah Yesus bercakap-cakap dengan perempuan Samaria, murid-murid-Nya datang dan memberikan makanan kepada Yesus. Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Dan itulah yang menjadi makanan Yesus setiap harinya. Dari sejak Ia turun ke dunia ini sampai mati di kayu salib, Ia hanya melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa. Puncaknya adalah ketika Ia berdoa dan bergumul di Taman Getsemani (Mat. 26:39).
Meskipun Yesus harus mati di atas kayu salib, tapi Yesus tidak menetapkan semua orang percaya untuk mati di atas kayu salib seperti diri-Nya. Tapi Ia ingin kita sebagai pengikut-Nya untuk menyangkal diri dan memikul salib kita setiap hari (Luk. 9:23). Ini berbicara tentang menolak segala kedagingan dan melakukan apa yang menjadi kehendak dan kerinduan hati Tuhan. Menyangkal diri dan memikul salib memang bukanlah hal yang mudah, tapi kalau kita mengasihi Tuhan kita pasti rela melakukan apa yang diperintahkan Tuhan.
Namun ingat Tuhan tidak ingin kita melakukan kehendak-Nya setengah-setengah. Ia ingin kita juga melakukannya sampai selesai, bukan malah undur di tengah perjalanan karena harus berhadapan dengan berbagai tantangan. Semakin banyak talenta dan kepercayaan yang Tuhan berikan, maka semakin besar pula tantangan yang menghadang. Setialah sampai akhir seperti Yesus yang berkata “Sudah selesai” ketika nyawa-Nya terputus (Yoh. 19:30) dan dengan demikian Ia menerima kemuliaan yang besar. Percayalah ada berkat yang besar di balik kehendak-Nya.

2. Suka mendengarkan perkataan Tuhan
Dalam Luk. 10:38-39 dicatat mengenai Maria dan Marta, dua saudara yang bertolak belakang sikapnya dalam meresponi firman Tuhan. Marta begitu sibuk dan tidak mengutamakan firman, tetapi Maria suka duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya. Tuhan senang kalau kita menjadi orang-orang yang peka akan suara-Nya. Mengapa? Karena kepekaan itulah yang akan menjaga kita dari kejatuhan. Ketika kita tidak lagi mendengarkan suara-Nya, maka kita pasti akan lebih condong mendengarkan suara hati kita sendiri atau suara dunia (Iblis) yang akan melemahkan iman percaya kita.
Kepekaan kita mulai diasah ketika kita mau menerima semua firman-Nya. Jangan lagi memilih-milih firman mana yang cocok dan mana yang tidak untuk dilakukan. Dan jangan lagi memandang keadaan sekitar ataupun situasi hati! Lakukanlah dengan mata yang tertuju pada Yesus (Ibr. 12:2). Kita bukan dipimpin oleh perasaan kita. Kita juga tidak dipimpin oleh orang lain atau keadaan di sekitar kita. Tapi kita dipimpin oleh Roh Kudus dan firman Allah! Tiap hari kita akan menghadapi tantangan yang baru, namun ketika kita peka akan suara-Nya kita akan mampu melihat jawaban yang tersembunyi di dalam firman-Nya. Tuhan sudah menyediakan ayat yang tepat untuk setiap kondisi.

3. Memiliki hati yang hancur
Tuhan berkata dalam Yes. 57:15, “Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati…”     Tuhan suka ketika kita memiliki hati yang hancur saat mendengarkan firman Tuhan. Kita memiliki kerendahan hati untuk rela ditegor dan diperbaiki oleh firman, sehingga kita menyadari kesalahan kita dan menyadari bahwa kita memerlukan Tuhan untuk memulihkan.
Hati yang remuk ini adalah seperti hati yang dimiliki oleh Raja Daud ketika ditegor oleh Nabi Natan  setelah ia berzinah dengan Batsyeba dan membunuh Uria. Daud begitu menyesal sehingga tidak lagi kembali pada kesalahan yang sama. Ia mempersembahkan hati yang hancur kepada Tuhan (Mzm. 51:18-19). Bahkan ia rela kehilangan semuanya asalkan ia tidak kehilangan Tuhan dan hadirat-Nya (Mzm. 51:13). Daud menyadari bahwa hanya di dalam hadirat-Nya ada mujizat dan pemulihan. Inilah yang membuat Tuhan berkenan dan mengasihi Daud.
 

Tuhan saat ini mengetok pintu hati Saudara dan menunggu jawaban Saudara. Karena itu kejarlah apa yang menjadi kehendak-Nya, miliki kepekaan akan suara-Nya dan persembahkan hati yang hancur kepada-Nya karena Tuhan menyediakan pengalaman ilahi yang selalu baru serta berkat-berkat yang melimpah.

 D. Kehidupan yang Berdampak (ES)
Lukas 10: 25 - 29

Kehidupan kita tidak hanya sampai di dunia ini saja tetapi sampai pada kekekalan. Ayat ini adalah pertanyaan seorang Ahli Taurat kepada Yesus. Sebagai seorang ahli Taurat sebenarnya ia juga sudah tahu jawabannya, itu sebabnya pertanyaan itu hanya untuk menjebak Yesus saja. Yesus bertanya kepada orang ini tentang apa yang sudah tertulis dalam Kitab Suci. Kemudian Ahli Taurat menjawab yaitu dengan cara mengasihi Allah dan juga mengasihi sesama manusia (Luk. 10:27). Yesus berkata bahwa benar apa yang mereka jawab.
Ahli Taurat belum merasa puas, dan kembali berusaha mencobai Yesus dengan bertanya siapakah “sesama manusia” itu (Ayat 29). Lalu Yesus memberikan sebuah perumpamaan tentang  seorang Samaria (Ayat 30-37).

Luk. 10:30-37 Perumpamaan tentang seorang Samaria
Ada seorang yang turun dari Yerusalem, lalu dirampok habis-habisan dan juga dipukuli. Seorang Imam lewat dan melihat bahwa di situ ada seorang dalam keadaan sekarat dan sangat membutuhkan pertolongan, tetapi yang ia lakukan adalah menyingkir dari situ. Datang juga seorang Lewi, ia melihat hal orang itu tetapi ia juga menyeberang, ia pura-pura tidak tahu. Sikap pura-pura adalah sudah tahu tetapi sengaja menghindarinya. Mereka menyakisikan bahwa orang sebenarnya harus ditolong, tetapi mereka mengambil sikap tidak mau tahu dan tidak mau memberikan pertolongan.
Kita tidak bisa pura-pura tidak tahu dengan keadaan disekitar kita. Gereja harus peduli dan melakukan sesuatu terhadap apa yang terjadi disekitarnya. Hidup kita harus berdampak. Tuhan melihat apa yang di dalam tetapi sekitar kita melihat apa yang di luar yaitu apa yang kita lakukan bagi sekeliling kita. Tuhan memerintahkan supaya kita mengasihi sesama seperti diri kita sendiri. Kita harus berdampak keluar. Kita tidak bisa menutup mata terhadap kebutuhan orang-orang di sekitar kita.
Tuhan bertanya kepada Petrus apakah ia benar-benar mengasihi Allah, dan sebagai kelanjutannya adalah bahwa Petrus harus menggembalakan domba-dombaNya. Tuhan bertanya sampai tiga kali agar Petrus meyakini jawabannya. Tuhan tidak akan mengulangi pertanyaanNya jika Petrus sudah yakin dengan jawabannya. Tuhan mengenal setiap hati kita. Bukti dari kita mengasihi Allah adalah kita mau melayani sesama kita. Hidup kita diubahkan oleh Tuhan dan Ia menaruh kasihNya dalam kehidupan kita, sehingga kita dapat mengasihi sesama kita seperti mengasihi diri kita sendiri. Kita dalah garam dan terang bagi dunia ini.

Bagaimana supaya hidup kita berdampak?
1. Yohanes 4:39-41 Perempuan Samaria
Banyak orang-orang Samaria menjadi percaya kepada Tuhan oleh karena kesaksian seorang perempuan. Dalam ayat 25-26 kita melihat bagaimana hidup perempuan Samaria ini bisa berdampak atau menjadi berkat. Yesus menyatakan diriNya sebagai Mesias kepada perempuan Samaria ini. Artinya adalah bahwa perempuan adalah orang yang sudah mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan. Sebab itu ia pulang dengan sebuah pertobatan dan menyaksikan banyak hal tentang Yesus. Perempuan Samaria ini mempunyai dampak yang besar ketika sudah bertemu dengan Tuhan. Orang-orang tidak lagi memandangnya seperti perempuan pada hari-hari yang lalu. Mengalami perjumpaan dengan Tuhan menjadikan kita orang-orang yang berdampak bagi dunia ini, yaitu kita akan mengasihi dan melayani.
Jika kita tidak mengalami perjumpaan dengan Tuhan maka hidup kita dalam bahaya. Sangat berbahaya sebab iblis akan memperdaya kita dengan kelicikannya. Kita tidak pernah mendengarkan suara Tuhan secara pribadi. Jika mengalami perjumpaan dengan Tuhan maka kita akan banyak mendengar dan mendapatkan tuntunan dari Tuhan. Bermacam cara Tuhan bisa berbicara dengan kita.

2. Lukas 19:1-10 Zakheus
Zakheus adalah seorang yang memiliki kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan. Sekalipun itu tidak mudah baginya ia tidak putus asa. Ada sesuatu yang ingin ia sampaikan kepada Tuhan. Akhirnya ia benar-benar alami perjumpaan dengan Tuhan dan hidupnya berubah. Zakheus berkata bahwa ia akan memberikan separuh hartanya kepada orang miskin, dan terhadap orang yang pernah ia tipu akan dikembalikan empat kali lipat.
Secara logika ia mungkin bisa bangkrut tetapi dampaknya adalah keselamatan terjadi atas keluarganya, dan terhadap orang yang pernah ia tipu Zakheus bisa bersaksi dan menunjukkan bagaimana kehidupannya yang berubah setelah bertemu dengan Tuhan. Kota Yerikho adalah kota yang ramai dan sudah tentu akan banyak orang lain yang menerima  berkat melalui kehidupan Zakheus.

Penutup:
Keberadaan kita bukan hanya untuk menikmati berkat tetapi juga untuk menjadi berkat. Ketika kita memiliki dampak terhadap keluarga dan juga lingkungan kita, maka Tuhan akan semakin melimpahkan berkatNya atas kehidupan kita.
 



E. Masa Penantian (AN)

Jika kita menabur dengan benar maka kita pasti akan menuai, dan jangan lupa ada masa antara menabur dan masa untuk menuai, yaitu masa penantian. Masa ini merupakan masa yang dihindari oleh kebanyakan orang. Banyak orang yang suka menuai dan giat menabur, tapi tidak mau menunggu. Sebab itu mari kita belajar untuk melewati Masa Penantian untuk dapat menuai hasil yang kita tabur.

Ada dua prinsip yang perlu kita ketahui tentang “masa” ini :
1. Kita tidak dapat menentukan waktu tuaian.
Pengk. 3:11A  “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya.”
Seperti layaknya memperkirakan musim panen, para petani hanya bisa memperkirakan masa tuaian untuk ladang mereka. Petani tidak bisa membuat padi ini untuk langsung bisa dipanen. Demikian juga dalam kehidupan kita, kita perlu yakin bahwa Tuhan tidak pernah terlambat dan Tuhan tidak pernah terlalu cepat. Ia tidak pernah sengaja berlambat-lambat untuk menolong kita. Ia rindu untuk menolong dan menggenapi, tapi kita harus ingat bahwa semua ada waktunya. Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya, dan diluar waktunya Tuhan tidak ada yang indah.
Dalam Kejadian 16 kita melihat tentang peristiwa Abraham, Sarai dan Hagar. Pertama kali Allah memberikan janji keturunan kepada Abraham saat ia berumur 75 tahun. Setelah sepuluh tahun berlalu janji Tuhan belum mereka terima sehingga Sarai ingin mempercepat waktu tuaian itu atau waktu penggenapan janji Tuhan itu dengan caranya sendiri. Akibat sikap Sarai muncullah Hagar yang melahirkan Ismail, dan terjadilah kekacauan.  Diluar waktunya Tuhan yang terjadi hanyalah kekacauan. Tidak ada pilihan lain dalam menanti janji Tuhan selain tetap menanti, karena inilah hal terbaik yang bisa kita lakukan.

2. Ada hal yang harus kita lakukan:
A. LAKUKAN YANG TERBAIK
- Yusuf
Yusuf ialah budak yang menjadi penguasa. Kisah ini sangat kontras, tapi di dalam Tuhan semuanya menjadi indah. Diawali dengan sebuah mimpi dan Yusuf menanti selama 13 tahun sampai Tuhan menggenapi mimpinya. Dalam mimpi tersebut Tuhan menjanjikan bahwa Yusuf akan diangkat menjadi orang yang berpengaruh baik diantara keluarganya, maupun diantara kaum bangsanya. Jalan yang dilalui Yusuf tidak mulus dan sangat panjang. Ia dijual, diperbudak, ditolak, difitna, dimasukan ke penjara dan kita percaya masih banyak perlakuan yang tidak adil yang Yusuf terima. Tapi Ia TETAP MELAKUKAN YANG TERBAIK dimana pun ia berada.
Kej. 39:4  Yusuf melakukan yang terbaik dirumah Potifar walau ia adalah budak.Kej. 39:21-23 Yusuf melakukan yang terbaik dalam penjara walau ia adalah napi.

- Ribka
Ribka adalah wanita yang terpilih menjadi istri dari Ishak. Peristiwa ini bermula saat Abraham menyuruh Eliezer untuk pergi mencarikan istri bagi anaknya dengan beberapa syarat. Eliezer meminta tanda dari Tuhan untuk mentukan siapa yang menjadi istri bagi Yusuf.
Kej. 24:12-14 “Lalu berkatalah Eliezer:  ‘Tuhan ALLAH Tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini, tunjukanlah kasih setiaMu kepada Tuanku Abraham. Di sini aku berdiri di dekat mata air dan anak-anak perempuan penduduk datang ke kota ini untuk menimba air. Kiranya terjadilah begini anak gadis kepada siapa aku berkata tolong miringkan buyungmu itu supaya aku minum dan yang menjawab minumlah dan unta-untamu juga akan kuberi minum. Dialah yang Kau tentukan bagi hambaku Ishak, maka dengan itu telah kuketahui bahwa Engkau telah menunjukan kasih setiaMu kepada Tuanku itu.”
Saat itu bukan hanya Ribka saja yang datang menimba air,  tapi banyak anak-anak perempuan yang datang menimba air. Semua anak perempuan ini melakukan hal yang baik yaitu keluar menimba air. Tapi hanya satu orang, yaitu Ribka, yang melakukan perbuatan YANG TERBAIK sehngga ia mendapatkan apa yang telah ia nantikan. Ribka melakukan persis seperti apa yang didoakan oleh Eliezer (Kej. 24:18-20).
Karena itu tetaplah lakukan yang terbaik, maka kita kita akan menuai hasilnya.
Pengk. 9:10A “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga”

B. SABAR
Ibr. 6:13-15 “Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri,  karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya, kata-Nya: "Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak." Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya.”

Sabar itu berarti:
-Tidak tawar hati = tidak mudah menyerah terhadap keadaan; tidak putus asa; tidak kecewa pada Tuhan.
-Setia = tidak bercabang hati; tidak mengandalkan pertolongan orang lain.
-Tidak bersungut-sungut = menikmati masa penantian, sebab persungutan tidak akan mempercepat waktu tuaian dan hanya akan menimbulkan masalah baru.

C. DIAM
Rat. 3 :26 “Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.”
Diam yang dimaksud adalah kita harus menenangkan hati, untuk dapat mendengar suara Tuhan. Firman Tuhan mengatakan bahwa orang yang tergesa-gesa akan salah langkah.
Maz. 46:11 "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan  di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!
Saat mengalami masalah kita harus tenang dan jangan panik. Tuhan ingin kita ingat siapa Tuhan yang kita sembah.
Yes. 30:15   Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH,  Yang Mahakudus, Allah Israel: "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu."
Berdiam diri dan mendengarkan suara Tuhan merupakan kekuatan kita untuk menanti tuaian.

KESIMPULAN:
Jika kita telah menabur dengan benar dan ingin menuai hasil yang berlimpah, laluilah Masa Penantian. Percayalah bahwa waktunya Tuhan adalah yang terbaik dan Menantilah, caranya: Tetap lakukan yang terbaik, Bersabarlah, dan Tenangkan hatimu.


F.  The Biggest Duel (Duel Terbesar) (SK)
 Matius 4 : 1-12, Lukas 4 : 1 - 13

Inilah duel terbesar di sepanjang jaman yaitu Yesus vs iblis. Duel ini menyangkut nasib kita manusia, jika Yesus kalah maka tidak akan ada harapan keselamatan bagi umat manusia. Tetapi kita bersyukur karena Yesus memenangkan pertarungan itu. Demikian juga dalam kehidupan kita, tidak jarang kemenangan kita juga berpengaruh terhadap orang lain sebab itu kitapun harus menang!
 

Ada 4 hal penting yang perlu kita mengerti tentang pencobaan di padang gurun
1. A “real” one
Duel ini adalah pertarungan yang sungguh, bukan pura-pura. Yesus benar-benar berjuang antara hidup dan mati. Dalam hidup ini kita juga menghadapi pergumulan yang real, kita juga menghadapi ujian, pergumulan yang dialami Yesus, tetapi tentu dalam skala yang jauh lebih kecil. Itulah realita kehidupan yang tidak bisa kita ingkari

2. My will or Thy will
Dari 3 pencobaan yang Yesus alami, kesimpulannya hanya satu yaitu: kehendakku atau kehendakNYA. Yesus dicobai untuk memakai kehendakNya sendiri, lepas dari ketergantungan kepada Bapa dan Yesus adalah contoh bagaimana kita harus bersandar penuh kepada Tuhan (Yoh. 5:19,30  8:38). Kita juga mengalami godaan untuk memakai kehendak kita sendiri, tetapi jangan sampai kita lepas dari ketergantungan kepada Tuhan.

3. Roh Kudus dan Firman
Dua senjata ampuh untuk melawan iblis yaitu Roh Kudus dan Firman Tuhan, dan keduanya sama-sama penting. Yesus dipenuhkan oleh Roh Kudus saat Ia dibaptis, kemudian Roh Kudus memimpin Yesus ke padang gurun. Tetapi Yesus tidak semata-mata mengandalkan Roh Kudus, Ia juga memakai Firman Tuhan. Jadi Yesus penuh dengan Roh Kudus dan Firman. Kita anak Tuhan juga harus penuh dengan Roh Kudus dan Firman agar berkuasa untuk mengalahkan iblis.

4. For you and for me
Yesus menghadapi pencobaan ini bukan semata-mata untuk diriNya sendiri, tetapi untuk kita itulah sebabnya Ia harus menang. KemenanganNya adalah kemenangan kita semua karena kita tersembunyi di dalam Yesus. Tuhan sudah menjanjikan kemenangan, jadi kita juga bisa menang.
Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa - Ibr. 4:15.
Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai - Ibr. 2:18.

Tiga Pencobaan Yesus:
Cobaan 1: Instan (Mat. 4:2-4)
Setelah berpuasa 40 hari 40 malam Yesus dalam keadaan kelaparan, pada saat itu Iblis datang mencobai Dia. Hati-hati, Iblis datang bukan di saat kita kuat, tetapi di saat kita lemah! Adam dan Hawa jatuh dalam dosa karena masalah “perut” , Esau juga jatuh karena masalah perut. Yesus dihadapkan pada hal yang sama dan iblis mau Dia menempuh jalan pintas, tanpa susah-susah, membuat batu menjadi roti. Manusia memang ingin segala sesuatu serba instan, tidak mau menunggu waktunya Tuhan. Tetapi Yesus tunduk kepada kehendak Bapa dan menolak tawaran iblis.

Cobaan 2: Ego (Mat. 4:5-7)
Iblis sangat cerdik, ia memakai ayat Firman Tuhan (Maz. 91:11-12) untuk menjatuhkan Yesus. Tuhan memang menjamin kita tidak akan terantuk kepada batu, tetapi jika berjalan dalam jalan kebenaran dan ketaatan. Sebab itu kalau membaca Firman, kita harus membaca firman dengan teliti. Di sini Yesus dicobai untuk membesarkan egoNya. Jika Ia berhasil menjatuhkan diri tanpa cidera pasti orang akan mengelu-elukan Dia. Ego manusia ini memang susah ditaklukkan, disentil sedikit saja sudah tersinggung. Tetapi kita bersyukur bahwa Yesus bukan orang seperti itu. Ia menolak Iblis dengan firman, dan Ia menang.

Cobaan 3: Shortcut Mesiah (Mat. 4:8-10)
Puncak pencobaan ini, Yesus diperlihatkan kerajaan dunia. Iblis mau menjadikan Yesus Raja dunia jika Ia mau menyembah iblis, dan ini adalah jalan pintas (shortcut) yang Iblis tawarkan, menjadi Raja tanpa melalui salib. Secara daging tidak ada orang yang mau menderita. Yesus pun di taman Getsemani pernah berdoa demikian “jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku...”. Tetapi Bapa menghendaki Yesus melewati salib, tidak ada jalan pintas untuk menjadi pemenang, harus melewati salib! Yesus juga pernah berkata, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku – Mat. 16:24. Inilah harga seorang murid. Yesus melewati salib, kitapun jika mau mengikuti langkahNya harus memikul salib.

Apa hasil yang didapat Yesus?
- Berkat. Yesus dilayani para malaikat (Mat. 4:11, Mrk. 5:13). Pada saatnya Tuhan akan menghibur dan memberi kesegaran kepada kita.
- Waspada. Iblis menunggu kesempatan yang baik untuk kembali mencobai kita, sebab itu kita harus waspada. Ingat, selama hidup di dunia, pencobaan akan tetap ada. Tetapi jangan takut, Yesus sudah menang dan kitapun akan menang oleh pertolongan Roh Kudus dan firman Allah.

Kesimpulan:
Apakah saat ini anda sedang mengalami pencobaan? Andalkan Tuhan (Roh Kudus dan firman Tuhan), niscaya anda pasti menang karena kemenangan sudah dijamin oleh Tuhan.

G. Momentum Pemulihan Illahi (DS)

Dalam kehidupan kita pasti mengalami keadaan atau saat yang di sebut dengan momentum. Menurut KBBI Momentum adalah saat yang tepat, waktu yang tepat, atau kesempatan. Dalam Bahasa Inggris = Kesempatan yang terjadi dikarenakan rangkaian keadaan yang menguntungkan. Jika kita melewatkan momentum, pasti kita akan mengalami kerugian yang besar dalam kehidupan ini. Dalam Alkitab banyak dicatat momentum yang terjadi. Contoh Yusuf (Kej. 41:40-41), pada saat ia dilantik menjadi penguasa di Mesir, ia mampu memanfaatkan momentum kelimpahan dengan baik.
Pemulihan Ilahi adalah proses dimana kita dikembalikan seperti keadaan semula dan disembuhkan oleh Tuhan.
Bagaimana supaya kita dapat mengalami Pemulihan Ilahi? Dalam Matius 18:19-20, dimana ada kesepakatan apapun yang kita minta maka akan dikabulkan, sebab di situ Tuhan Yesus hadir. Namun faktanya dalam kehidupan kita, di saat ada momentum ada  terkadang tidak semua orang dapat mengalami Pemulihan. Mengapa?

1. Pemulihan akan terjadi saat kita mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan.
Tanpa perjumpaan dengan Tuhan, kita tidak akan mengalami Pemulihan. Matius 18:20, Tuhan Yesus hadir tapi tidak semua orang bertemu secara pribadi dengan Tuhan. Hanya orang-orang yang mempunyai kerinduan penuh yang dapat bertemu dengan Tuhan dalam HadiratNya.
Contoh: Zakheus (Lukas 19:1-10), ia mempunyai kerinduan yang sangat besar untuk bertemu dengan Tuhan, ia berusaha menerobos kerumunan, berlari mendahului kerumunan, naik ke pohon ara, akhirnya ia bertemu dengan Yesus maka kehidupan Zakheus dipulihkan oleh Tuhan. Saat kita datang kepada Tuhan dalam Doa, Pujian dan Penyembahan dengan kerinduan yang lebih seperti Zakheus, maka Tuhan akan memulihkan kehidupan kita.

2. Membuat Hati Tuhan tergerak
Kalau kita sudah bertemu dengan Tuhan, belum tentu Tuhan akan memulihkan kita karena Tuhan bekerja berdasarkan kedaulatanNya sendiri. Oleh karena itu kita harus menggerakan Hati Tuhan.
 

Hal-hal apa yang membuat Tuhan tergerak?
a.Kesengsaraan, Kesetiaan dan Pertobatan kita (Yohanes 5:1-9)
Bethesda artinya Rumah Belas Kasihan. Di situ ada seorang yang sakit lumpuh selama 38 tahun. Dia bertemu dengan Yesus dan Yesus menawarkan kesembuhan kepadanya “Maukah engkau sembuh?”. Tetapi orang itu tidak menjawab pertanyaan Yesus melainkan mengatakan semua penderitaannya.Tetapi karena hati Yesus sudah tergerak, maka pada saat itu juga orang itu di sembuhkan. Karena Penderitaan dan kesetiaannya itu membuat Yesus berbelas kasihan dan hatiNya tergerak untuk menyembuhkan dia. Yesus juga melihat pertobatan. Karena di dalam Yohanes 5:14, saat Yesus bertemu lagi dengan orang itu Ia berkata “Engkau telah sembuh; Jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu tidak tejadi yang lebih buruk”. Mungkin orang tersebut mengalami kelumpuhan karena dosa-dosa yang dia lakukan di masa lalu. Tetapi saat kita mau bertobat dan Tuhan melihat kesengsaraan dan kesetiaan kita, hati Tuhan akan tergerak untuk memulihkan kita.

b.Kerendahan Hati dan Iman (Markus 7 :24-30)
Iman dan kerendahan hati seorang perempuan dari Siro-Fenesia dapat menggerakan Hati Yesus. Walaupun belum saatnya bagi Yesus untuk menyembuhkan orang-orang non-Yahudi tetapi karena iman dan kerendahan hati dari wanita ini, hati Yesus dapat digerakan. Padahal waktu itu wanita itu telah direndahkan oleh Yesus, tetapi dalam imannya dia menjawab Yesus, dan karena jawabannya itu hati Yesus tergerak. Yesus tergerak hatinya untuk menyembuhkan anak dari wanita ini sekalipun sebenarnya saat itu belum waktunya. Waktu Tuhan dapat dipercepat oleh karena iman dan kerendahan hati kita.

c.Keberanian untuk bertemu dengan Tuhan dalam iman (Markus 5:25-34)
Seorang wanita yang sakit pendarahan, dia memiliki keberanian untuk bertemu dengan Tuhan. Dia berani bertemu dengan Yesus dan seolah-olah dia memaksa Tuhan untuk menyembuhkannya padahal Tuhan sama sekali tidak menawarkan diri untuk menyembuhkan dia. Tetapi dengan imannya bukan hanya disembuhkan tetapi dia juga diselamatkan oleh Tuhan. Iman bisa menggerakkan kuasa mujizat yang tidak bisa ditolak oleh Tuhan.

Kesimpulan
Momentum kesembuhan Ilahi bukan hanya terjadi di gereja, tetapi dimanapun Tuhan bisa memulihkan kita asal kita mau bertemu dengan Tuhan secara pribadi dan kita bisa menggerakan Hati Tuhan.

H. Tak Pernah Ditinggalkan (JM)

Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: “Hidupku tersembunyi dari Tuhan, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?” Yesaya 40:27

Ayat di atas merupakan perkataan yang seringkali diucapkan oleh bangsa Israel dalam doa mereka ketika mereka dalam pembuangan. Tekanan yang terjadi dalam pembuangan membuat mereka merasa tidak lagi diperhatikan oleh Tuhan. Mereka lupa akan kasih setia Tuhan, sehingga hati dan iman mereka kepada Tuhan menjadi berubah. Apakah saat ini Saudara juga dalam kondisi kerohanian seperti bangsa Israel ini? Mungkin Saudara sudah sekian lama berdoa dan bergumul untuk sesuatu namun masih tidak ada jawaban?
Tuhan sebenarnya tidak pernah meninggalkan kita. Ia tetap memperhatikan kita. Dalam Mzm. 32:8 Tuhan berkata: “Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.” Mata Tuhan senantiasa tertuju kepada kita! Apapun kondisi kita saat ini Ia tahu dan mengerti. Hidup kita tidak pernah tersembunyi dari mata Tuhan. Ia tidak pernah lupa, apalagi meninggalkan kita. Karena itu jangan menjadi kecewa dan tetaplah berdoa.
Tuhan pasti akan menjawab setiap seruan doa kita. Namun bila doa kita seakan-akan terhalang, maka kita perlu mengoreksi diri kita. Apakah masih ada dosa dalam kehidupan kita? Tangan Tuhan senantiasa terulur untuk menyelamatkan kita dan telinga-Nya senantiasa mendengar setiap doa kita, namun yang menjadi pemisah antara Allah dan kita sehingga Ia tidak mendengar doa kita adalah segala dosa dan kejahatan kita (Yes. 59:1-2). Karena itu tanggalkan semuanya dan mintalah roh yang takut akan Tuhan (Mzm. 33:18).

Ada dua respon yang umumnya dilakukan ketika menghadapi masalah, yaitu:
1. Bersungut-sungut
Orang yang bersungut-sungut biasanya suka mengomel atau menggerutu, juga marah-marah dan tidak bersyukur. Ia akan menyalahkan orang lain atas keadaan tidak mengenakkan yang dialaminya. Dan lama kelamaan ia akan menyalahkan Tuhan karena menganggap bahwa Tuhanlah yang mendatangkan segala yang buruk dalam kehidupannya.
Inilah yang dilakukan oleh bangsa Israel. Setelah dibawa keluar oleh Tuhan dari perbudakan, mereka bukannya bersyukur, tapi malah bersungut-sungut setiap kali menghadapi ujian (Kel. 15:23-25; 16:1-3). Ketika menghadapi jalan buntu mereka bukannya berseru kepada Tuhan, tetapi mereka malah bersungut-sungut menyalahkan Musa dan menyalahkan Tuhan. Bahkan dalam Kel. 14:10-14 mereka dengan beraninya menyebut-nyebut soal kematian: “Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini?”
Maka Tuhan mendengar dan menjawab sesuai persungutan mereka itu. Dari sekian juta orang Israel yang keluar dari Mesir, hanya Yosua dan Kaleb yang boleh masuk Kanaan, sementara sisanya dibinasakan Tuhan di padang gurun. Tuhan membenci persungutan! Ia mendengar dan memperhitungkan semuanya! Karena itu buanglah segala persungutan dan perbantahan dari hidup kita. Jangan sampai perjuangan iman kita menjadi sia-sia (tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga) karena persungutan.
Ayb. 7:1 berkata: “Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan?” Pergumulan hidup adalah hal yang biasa dihadapi oleh semua orang sebagai bagian dari perjalanan hidup manusia. Kalau Tuhan ijinkan terjadi, maka ada proses yang indah di dalamnya. Dan proses itu tidak akan melebihi kemampuan kita, karena itu tidak perlu takut. Hadapilah segala pergumulan bersama Tuhan. Tuhan mampu mengubah yang pahit menjadi manis (Kel. 15:25).

2. Bersyukur
Dalam mazmurnya Daud bersyukur kepada Tuhan: “Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah, yang membenarkan aku. Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku. Kasihanilah aku dan dengarkanlah doaku!” (Mzm. 4:2). Pada masa mudanya Daud bukanlah seseorang yang diperhitungkan oleh orang lain. Tapi ketika Tuhan memilihnya, seluruh kehidupannya berubah. Ia selalu percaya bahwa Allah mampu mengangkat dan membenarkan seseorang.
Ketika Yosua akan meneruskan estafet kepemimpinan dari Musa, Tuhan berulang kali berkata kepada Yosua supaya jangan takut (Yos. 1:6-8). Tuhan berjanji tidak akan meninggalkan Yosua sendiri. Sama seperti penyertaan Tuhan kepada Musa, demikianlah Tuhan akan menyertai Yosua. Dan Tuhan memang menyatakan mujizat demi mujizat, serta kemenangan demi kemenangan dalam kehidupan Yosua.
Begitu jugalah janji penyertaan Tuhan bagi kita saat ini! Jangan ragukan kedaulatan-Nya atas hidup kita. Yang perlu kita lakukan adalah fokus kepada-Nya dan bersyukur. Jangan fokus kepada diri sendiri, sebab itu hanya akan mendatangkan rasa “sayang diri” (Mal. 3:6). Percayalah bahwa Allah lebih sayang kepada kita daripada kita sayang diri kita! Kasih-Nya kepada kita dapat diandalkan, sebab Ia tidak pernah berubah.
Semasa hidupnya Pendeta Billy Graham pernah berkata: “Rumahku itu di sorga. Aku hanya sedang berjalan-jalan melewati dunia ini.” Bahkan ia pernah berkata: “Bila suatu hari engkau mendengar bahwa Billy Graham meninggal, jangan mempercayai hal itu. Aku hanya berpindah alamat dari dunia ini ke hadirat Tuhan.” Sebuah pandangan hidup yang sangat luar biasa. Ia percaya bahwa hidupnya benar-benar ada dalam genggaman tangan Tuhan.
 

Percayalah bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan Saudara! Seberat apapun pergumulan yang Saudara alami, buanglah segala persungutan dan belajarlah untuk mengucap syukur. “Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?” (Luk. 18:7-8)

Tuhan Yesus Memberkati. GBU. 
  

0 komentar:

Posting Komentar