Hallo, lama ngga ketemu semenjak pandemi. Jadi aku kembali dengan buku Mark Manson - Everything is Fucked. Semoga bisa diambil hikmahnya ya.
Everything is Fucked
Hanya sedikit kata-kata atau tindakanmu yang masih berpengaruh. Inilah kebenaran yang menggelisahkan tentang kehidupan. Dan semua yang kamu pikir dan kerjakan hanyalah untuk menghindari kenyataan itu. Kita adalah debu kosmik yang tidak berguna. Kita sendiri yang merasa sok penting. Kita mencari-cari tujuan kita – kita bukan apa-apa.
Enjoy your fucking coffee.
“Menjalani hari menyenangkan” padahal anda tahu bahwa semua kepercayaan dan motivasi itu berakar pada keinginan yang tiada batas untuk menghindari kenyataan bahwa tiada makna apapun dalam eksistensi manusia. Semesta tidak peduli pada apapun, anda peduli. Supaya bisa menghindar dari Kebenaran yang Menggelisahkan (kesadaran bisu bahwa segala yang kita kasihi sekejap menjadi hampa), untuk menghindar dari ketidakjelasan eksistensi diri anda dan supaya anda tidak ambyar terlindas oleh materi keberadaan anda yang tidak signifikan itu. Kemudian anda mengalihkan kepedulian anda yang berasal dari imajinasi anda sendiri ke dunia sekitar anda karena dengan cara itu anda memperoleh harapan. Cobalah merendahkan ekspetasi sampai anda tidak merasa takut.
Sesuatu harus memiliki makna karena tanpa ada sesuatu yang bermakna, maka tidak ada alasan untuk terus menjalani hidup ini – ada harapan. Harapan adalah bahan bakar untuk mesin mental kita. Jika anda tidak percaya ada harapan akan masa depan yang lebih bagus dari hari ini, maka secara spiritual kita mati. Lalu buat apa hidup – buat apa mengerjakan sesuatu?
Lawan dari kebahagiaan bukan amarah atau sedih. Jika anda marah dan sedih berarti anda masih peduli akan sesuatu, ada sesuatu yang bernilai disana. Anda masih memiliki harapan. Lawan kebahagiaan adalah ketiadaan harapan (nihilisme yang dingin dan suram), sebuah pemandangan keputusasaan dan kelunglaian, keyakinan segala-galanya ambyar, perasaan dimana segala sesuatu tidak ada gunanya, jadi persetan sajalah, jadi apa faedahnya melakukan sesuatu?
Ketiadaan harapan adalah akar kecemasan (rasa was-was akan gagal di masa depan), penyakit jiwa dan depresi (keyakinan akan masa depan yang tidak memiliki makna). Ia adalah sumber segala penderitaan dan biang kerok segala canduan (langkah putus asa yang dibuat pikiran demi melahirkan harapan, sehingga penderita bisa mengejar sesuatu secara membabi buta).
Anda berjanji pada diri anda sendiri untuk (memakai) hidup dengan sebaik-baiknya demi membuat orang yang anda kasihi itu bangga. Kisah tentang harapan inilah yang kemudian memberikan kesadaran akan tujuan dalam hidup kita, menyadarkan bahwa sesungguhnya kita bisa mengerjar dan meraihnya. Mengoceh tentang tujuan hidup = mereka tidak tahu lagi apa yang bermakna bagi mereka dan manfaat yang dipetik dari waktu mereka yang terbatas ini. Praktik iman agama itu melindungi mereka dari Kebenaran yang Menggelisahkan. Sebuah harapan dapat mengantar kita menuju ujung ajal dengan perasaan penuh syukur dan bahagia.
Semakin baik kondisi yang kita dapatkan, semakin cemas dan putus asa diri kita, semakin banyak kehilangan yang harus kita alami, semakin sedikit alasan kita menggantunngkan harapan. Walaupun dari segi modern semua menjadi gampang, akan tetapi angka kepuasan hidup menjadi rendah – gejala depresi menerpa pada usia yang lebih awal di setiap generasi (depresi, stress, overdosis obat terlarang, keterasingan dan kesepian melonjak, kepercayaan pada sesama berkurang). Semakin kaya dan aman wilayah anda tinggali, semakin mungkin anda melakukan bunuh diri.
3 poin untuk merawat harapan : kendali diri (tenaga untuk mengejar sesuatu), nilai (hal yang dikejar patut diperjuangkan – sesuatu yang lebih baik), dan komunitas (kelompok yang menghargai nilai yang kita pegang). Pertanyaannya : mengapa kita merasa merana, padahal segalanya terus menerus pada perkembangan yang lebih baik?
A. Kendali diri
Dahulu kala, para psikolog menganggap bahwa membendung dan menekan emosi merupakan solusi atas segala permasalahan kehidupan, tetapi apabila telah lepas emosi dan empatinya, kehidupan seseorang tersebut dengan cepat terjun bebas hingga benar-benar ambyar (lepas kendali).
Kita semua pernah memiliki pengalaman dimana kita tahu, kita harus melakukan sesuatu, tetapi tetap saja gagal melaksanakannya. Kita semua pernah menunda suatu tugas yang penting, mengabaikan orang yang kita sayangi, dan urung melakukan sesuatu, karena mengikuti keinginan kita sendiri. Dan biasanya ketika kita gagal melakukan sesuatu yang seharusnya kita lakukan, kita menganggap penyebabnya karena kita tidak cukup bisa mengendalikan emosi kita, kita tidak disiplin dan kurang pengetahuan.
Ide mengenai kendali diri, secara logis kita bisa memaksa diri untuk mengerjakan hal-hal yang baik untuk kita, walaupun emosi dan gerak hati menolaknya. Kita harus merasa seolah kita memiliki kendali terhadap hidup kita. Kita harus merasa seolah kita mematuhi apa yang kita pahami sebagai baik dan buruk; bahwa kita mengejar “sesuatu yang lebih baik”. Meski demikian, banyak dari antara kita yang kepayahi mengadapi ketidakmampuan mengendalikan diri.
Asumsi klasik = kita harus menggunakan akal budi kita untuk menguasai emosi. Jika seseorang tidak disiplin, tidak patuh, atau berperilaku jahat, itu karena ia tidak memiliki kemampuan untuk menundukkan perasaannya, ia adalah seorang yang berkemauan lemah atau tidak waras, kurangnya kendali diri – karakter tidak baik. Gairah dan emosi sebagai cacat, kesalahan dalam kejiwaan yang harus dibetulkan dari dalam.
Bagi asumsi klasik, orang yang mengalami depresi dan memiliki dorongan untuk bunuh diri adalah sebab ketidakmampuan mereka untuk menciptakan harapan dan makna di dalam hidup ini, secara sembrono, dianggap merupakan buah dari kesalahan mereka sendiri, yang mungkin saja jika mereka mau berusaha sedikit lebih keras, tidak akan terpikat untuk menggantung leher sendiri. Jika seorang CEO terlelap di bawah meja dan tidak bertemu dengan anaknya (itu semangat baja) – semua orang bisa berhasil.
Asumsi klasik = asumsi pembawa petaka. Karena kita harus mampu mengendalikan diri, jangan emosi meledak-ledak, mencegah kesenangan, kegagalan berarti ada sesuatu yang salah dalam diri anda. Inilah yang menyebabkan kita harus mengubah identitas kita. Jika kita tidak bisa meraih tujuan hidup kita (menurunkan berat badan / mengembangkan keterampilan baru) artinya ada kecacatan batin disana. Setelah kita mengubah diri kita menjadi versi yang baru, kitapun masuk kembali ke arena perlombaan.
Hasrat untuk mengubah diri anda menjadi bentuk kecanduan tersendiri yang terus saja berujung pada kegagalan pengendalian diri, yang mendorong anda harus mengubah kembali diri anda – siklus lingkaran setan, sedangkan akar dari permasalahan tidak pernah dibongkar dan dibuang.
Industri menggerakkan orang-orang untuk senantiasa merasa tidak puas (iklan produk jerawat – makin percaya diri jika ngga ada jerawatnya). Anda tidak dapat mengubah diri anda begitu saja, dan saya juga tidak membantah seandainya anda selalu merasa harus mengubah diri.
1. Kita maunya percaya bahwa kemampuan untuk melakukan sesuatu itu segampang membuat keputusan untuk melakukan sampai di tujuan.
2. Kita maunya percaya bahwa mengubah diri itu segampang mengetahui apa yang perlu diubah
3. Kita maunya percaya bahwa diri kita adalah nahkoda jalan hidup kita sendiri yang mampu mewujudkan apapun yang kita impikan
Rupanya gerak gerik emosi kita turut menolong kita baik dalam membuat keputusan maupun bertindak. Kita hanya tidak selalu menyadarinya.
Ada 2 otak dalam mobil kesadaran. Otak pemikir bersifat hati-hati, akurat, tanpa prasangka, bekerja metodik dan rasional, tapi lamban. Butuh banyak usaha dan energi, harus terus dilatih, tapi bisa ambruk jika terlalu lama diperas tenaganya. Otak perasa bersifat keputusan yang cepat dan mudah, sering tidak akurat, tidak rasional (tidak bisa dimengerti dengan menggunakan nalar), suka cari perhatian dan kebiasaan buruk bereaksi berlebihan.
Kita merasa otak pemikir yang memegang kendali setir, sialnya otak perasa menyentak stir ke arah berlawanan karena asyik melihat objek-objek yang kinclong. Asumsi klasik seperti itu, jadi dipikir otak perasa harus duduk diam di kursi penumpang, yang menyetir otak pemikir. Kita bertepuk tangan terhadap perilaku penyanderaan emosi ini, dan memberikan pujian pada diri kita karena berhasil mengendalikan diri. Kenyataannya, otak perasalah yang mengendarai mobil kesadaran kita secara dominan, karena hanya emosilah yang menggerakan kita untuk bertindak. Otak pemikir adalah “peran pembantu yang membayangkan dirinya menjadi pahlawan” menyarankan dimana tindakan harus dilakukan. Tindakan = emosi. Otak perasa adalah kombinasi kearifan dan kegoblokan yang ada di seluruh badan. Otak perasa sangat keras kepala dan jika sungguh ingin menempuh suatu tujuan, ia bergegas mengarah kesana tidak peduli berapa banyak fakta dan data yang dikumpulkan oleh otak pemikir. Ia benci diberi tahu kemana ia harus pergi, jika anda mencela cara ia mengemudi, anda akan dibuat sengsara. Otak pemikir tidak pernah memiliki kendali, walau begitu jangan putus asa.
Amarah mendorong badan anda bergerak. Kecemasan menariknya mundur. Kegembiraan mencerahkan otot-otot wajah, kesedihan menyembunyikan eksistensi anda agar tak dilihat orang. Mengapa kita tidak mengerjakan tugas yang kita tahu, seharusnya kita kerjakan? Karena kita tidak merasa menyukainya.
Kendali diri (kemalasan, suka menunda, ketidakmampuan meraih prestasi, kegelisahan) itu merupakan problem emosi. Menjengkelkan karena permasalahan emosi lebih sukar daripada perkara logika. Ada rumus untuk menghitung tagihan, tetapi tidak ada rumus untuk menyelesaikan hubungan yang buruk. Kita tahu kita harus berhenti mengudap gula, bukannya tidak cukup tahu tapi karena kita tidak cukup merasa nyaman untuk berhenti.
Tapi kalau sampe otak pemikir tidak berfungsi, maka otak perasa akan mudah dimanipulasi oleh siapapun yang membuatnya merasa nyaman, dengan membenarkan segala fakta yang dikiranya benar padahal sesat, karena otak pemikir mengalah dan membenarkan tindakan otak perasa, dan berpendapat orang lain selain komunitas mereka adalah jahat – menjadi biang permasalahan yang ia buat sendiri sehingga membenarkan adanya kekerasan. Mereka hanya ingin bersenang-senang, berpesta, mengejar kekuasaan. Kebencian akan membawa kepuasan dan keyakinan diri ekstra, perasaan paling benar sendiri, gampang tersulut amarah, menganggap secara moral lebih unggul. Mereka tidak lagi memiliki identitas sama sekali.
Otak pemikir selalu mengoreksi otak perasa jika mengambil belokan yang keliru. Orang-orang selalu keliru menganggap yang terasa nikmat sejatinya baik. Untuk mencegah adanya dominasi otak perasa, muncullah asumsi klasik, memenangkan akal ketimbang emosi
Kalau otak pemikir dominan = hubungan yang dibangun akan selalu gagal, jika tidak penting maka tidak dilakukan, lantas apa gunanya hidup? Kalau otak perasa dominan = egois, membengkokan kenyataan supaya sejalan dengan nafsunya yang tidak pernah puas, ia selalu berlari tapi tidak bergerak kemanapun, karena ia tidak cukup berarti dan tidak cukup berperan. Terapi yang baik supaya kedua otak bekerjasama adalah memberikan makna dari otak pemikir ke otak perasa, self acceptance and emotional intelligence.
Krisis harapan = kesadaran bahwa kita tidak memiliki kendali terhadap jalan hidup kita karena kita merasa menjadi korban dari dunia ini, parahnya dari pikiran kita sendiri. Kita melawan otak perasa, membuatnya dia patuh atau mengikutinya tanpa syarat. Kita mengolok-olok diri kita sendiri dan bersembunyi dari dunia ini gara-gara asumsi klasik. Dan dalam dunia modern ini, akan hanya membuat rasa sakit akibat ilusi kendali diri (otak pemikir dan otak perasa berkerjasama) semakin parah (menyalahkan diri sendiri karena tidak bejus mengontrol emosi dan pikiran).
Otak perasa memutuskan apa yang pantas dan tidak pantas kita terima, layak atau tidak layak kita melakukan hal tersebut, dan itulah yang membuat kita kecewa berat (mungkin otak pemikir yang kecewa, karena dia memiliki pengetahuan yang banyak hanya saja tidak digunakan sama otak perasa). Perasaan ini karena mungkin akibat pengalaman buruk atau menderita karena peristiwa yang tidak menyenangkan, meski otak pemikir memiliki pengetahuan yang lebih baik untuk terhindar dari hal itu. Jadi itulah akibat kebodohan otak perasa yang telah menerima penilaian yang rendah atas dirinya sendiri dan dunia.
Itulah sebabnya untuk menyembuhkan hal tersebut dengan memperlihatkan nilai-nilai kita pada diri sendiri dan dunia. Atau mungkin waktu kita dipukul, bukannya balas memukul tapi kita memutuskan bahwa kita memang layak dipukul.
B. Hukum Newton tentang emosi
Kita berbohong pada orang lain karena kita terlanjur terbiasa berbohong pada diri kita sendiri. Mereka percaya tindakan yang mereka lakukan itu selaras dan benar. Contohnya : mereka membayangkan diri mereka berbudi luhur tapi tindakan mereka sangat bengis. Tidak ada seorang pun yang bisa dipercaya. Jadi lebih baik menjaga diri untuk tidak berada di orbit orang lain.
Hukum Pertama : Setiap tindakan mendatangkan reaksi emosional dari pihak lawan dan kadarnya setara. Penyetaraan kesenjangan moral hadir di segala pengalaman karena yang mendorong penyetaraan adalah emosi kita sendiri.
· Sedih = perasaan tiadanya kekuatan untuk menebus kehilangan yang dialami
· Amarah = hasrat menyetarakan kekuatan dan serangan
· Gembira = perasaan dimerdekakan dari rasa sakit
· Rasa bersalah = perasaan bahwa anda layak mendapatkan suatu penderitaan yang tidak pernah menghampiri anda
Hasrat untuk menyetarakan, mendasari kita akan keadilan. Klo ada orang baik ke kita, kita pasti akan baik ke dia juga. Kalo dia jahat, kita ga terima, menuntut ganti rugi / maaf, setelah menerima maafnya baru akan menjadi seimbang lagi.
Otak pemikir : memahami kejadian dalam hubungan (sebab akibat, kesamaan perbedaan), berpikir benda apa. Otak perasa : mencerna kejadia dalam hubungan peringkat (terbaik/ terburuk, paling didamba / kurang didamba), berpikir suatu benda seharusnya apa. Hirarki nilai itu berubah, tidak menghilang. Mana yang prioritas mana yang tidak.
Hukum kedua : Harga diri kita setara dengan total emosi kita hingga kini. Jika kita tidak bisa membalas orang yang membuat kita sedih karea mungkin secara inheren pelaku berada lebih tinggi daripada kita, otak perasa menyodorkan jalan terbaik : menyerah, menerima kekalahan, menilai diri sendiri inferior dan rendah diri / minder. Kesimpulannya, emosi yang kita alami selama ini membentuk cara kita dalam menilai segala hal yang terkait dengan diri kita.
Jika anda sering dicemooh memiliki bentuk badan yang aneh waktu kecil, otak perasa anda akan mengenali diri anda sebagai orang tolol, bahkan sampai kelak anda dewasa dan menjelma sebagai seroang yang langsing sekalipun. Suatu peristiwa adalah momen indah dalam kehidupan kita atau momen traumatis. Semakin anda merasa tidak aman akan sesuatu, semakin anda terbang maju dan mundur dari perasaan bahwa anda superior (saya adalah terbaik) ke perasaan anda inferior (saya persis sampah). Pada intinya, kita harus merasakan sesuatu tentang diri kita sendiri untuk bisa merasakan sesuatu tentang dunia, tanpa perasaan tersebut, mustahil bagi kita menemukan pengharapan. Kita ada di pusat segala pengalaman yang kita dapat. Tanpa kebohongan yang terus menerus kita katakan bahwa kita ini spesial, kita mungkin akan berhenti berharap.
Hukum ketiga : Identitas anda akan tetap menjadi identitas anda hingga sebuah pengalaman baru melawannya. Nilai- nilai kita merupakan kisah-kisah. Saat kita punya kisah, kita ceritakan ke orang lain yang mempunyai cerita yang sesuai dengan punya kita. Dan kita menyebut mereka sahabat. Jika kita menemui orang yang memiliki cerita bertentangan, kita menyebutnya jahat. Cerita itu melekat pada kita dan mendefinisikan siapa kita, membantu kita menempatkan diri di dunia (layak di kehidupan baik atau tidak) dan menyesuaikan dengan sesama. Anda seorang nakhoda, anda layak mendapatkan hal-hal baik.
Pengalaman awal masa awal anda menjadi nilai inti anda. Trauma masa kecil mengacaukan kita. Jika nilai inti anda bermasalah, permasalahan dan kekacauan akan meluas di tahun berikutnya, menodai pengalaman anda bak racun. Semakin lama kita hanyut pada narasi tersebut, semakin kita lupa bahwa narasi itu buatan kita sendiri.
Salah satu cara mengubah nilai kita adalah dengan memiliki pengalaman yang berlawanan dengan nilai kita. Dan saat mencoba melepaskan dari nilai tersebut pasti akan ada rasa sakit dan ketidaknyamanan. Inilah mengapa tidak ada perubahan tanpa rasa sakit, tidak ada pertumbuhan tanpa ketidaknyamanan. Inilah mengapa sulit menjadi seorang baru tanpa pertama-tama mengalami pedihnya kehilangan diri anda yang dulu, tinggalah anda sendiri menghadapi kebenaran yang menggelisahkan.
Cara menyembuhkan diri anda : memeriksa pengalaman anda (asumsi anda apakah benar atau salah, mengapa hal itu bisa terjadi) dan menulis cerita anda di masa depan untuk melihat seperti apa hidup anda kelak jika memiliki suatu nilai atau identitas tertentu lalu visualisasikan sebelum sungguh membelinya. Otak perasa akan menjadi terbiasa akan nilai baru tersebut dan percaya sepenuhnya. Visualisasinya harus sedikit tidak nyaman, karena jika nyaman maka anda tidak mengubah materialisme ada dengan lebih baik.
Strategi otak pemikir yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan. Contoh : bagaimana kalau kamu tidak harus membuktikan apapun pada orang-orang kalau cuma demi membuat mereka menyukaimu? Bagaimana kalau ketidaksempatan orang-orang adalah urusan mereka sendiri dan bukan urusanmu? Tanpa mengembangkan visi yang jernih tentang masa depan yang kita impikan, tentang nilai yang ingin kita tanam, jati diri yang ingin kita buang – selamanya kita akan dikutuk untuk mengulangi kegagalan yang membawa luka di masa lalu.
Semakin kuat kita memeluk suatu nilai maka artinya semakin kokoh keyakinan kita bahwa sesuatu itu lebih tinggi atau lebih rendah di antara hal lain. Semakin besar kekuatan gravitasinya, semakin sulit bagi orang lain untuk merusak lintasan dan tujuan orbit tersebut. Perbedaan akan melahirkan emosi, maka kita akan menganggap perbedaan akan lebih penting dari kesamaan. Itulah sebabnya ada pertikaian untuk perbedaan kecil.
Selama bertahun-tahun mengalami trauma dan kegagalan sosial, ia secara sukarela memisahkan diri dari segala hal dan semua orang, seperti bintang yang keluyuran sebatang kara di lintasannya sendiri. Ia menyadari bahwa ia tidak menaruh penghargaan terhadap siapa2 dan dirinya, dan ini membawa rasa sepi dan kesedihan yang amat parah, karena segala logikanya tidak cukup untuk menambal keterpurukan yang perih sekali, kala otak perasanya tanpa henti berjuang mencari harapan di dunia ini.
C. Cara mewujudkan mimpi anda
Kita semua merasa tak punya daya untuk menutupi perasaan bersalah yang muncul bersama eksistensi kita. Kita semua menderita dan merasa dipecundangi saat masih muda. Menghabiskan sepanjang hidup untuk mencoba mencari ganti rugi atas penderitaan tersebut, yang membuat kita putus asa. Hal tersebut merupakan fakta kondisi manusiawi dan juga dialami semua orang. Sampai anda lupa bahwa permasalahan anda bukanlah khas milik anda, sebaliknya itu universal / lumrah.
Cara membuat agama sendiri:
1. Juallah harapan pada yang putus asa. Pilihan bisa saja menggoyahkan kita. Frustasi tak terelakkan menyebabkan banyak anak muda mempertanyakan nilai mereka dan kehilangan harapan. Untuk pertama kalinya anak muda tidak ada yang mengawasi, merdeka dan menyenangkan, tapi memikul tanggung jawab penuh atas pilihan yang mereka buat. Adanya komunitas membantu mereka menemukan dan menebalkan identitas mereka. Orang yang kehilangan imannya pada Tuhan yang spiritual akan mencari Tuhan yang duniawi. Orang yang kehilangan keluarganya akan membaktikan dirinya pada kepercayaan atau ras mereka demi mencari setitik harapan. Itulah mengapa misionaris dikirim ke orang-orang melarat.
2. Tentukan Iman Anda. Tanpa iman tidak ada harapan. Kita semua harus mengimani bahwa sesuatu itu penting. Seperti anda memiliki iman bahwa hidup lebih lama adalah sesuatu yang berharga, sehingga anda menjaga kesehatan diri.
Mari kita sebut nilai tertinggi adalah “nilai Tuhan”. Ada orang yang nilai Tuhannya adalah uang. Orang ini melihat segala hal yang lain (keluarga, cinta) melalui lensa berupa uang. Keluarga mereka akan mencintai dan menghormati mereka jika mereka mendatangkan uang yang cukup. Segala konflik, frustasi, cemburu dan cemas – semuanya memuncak pada uang. Orang menafsirkan pentingnya pengalaman mereka berdasarkan nilai-nilai.
3. Libas lebih dulu semua kritik dan pertanyaan dari luar
4. Cara sederhana merancang ritual pengorbanan. Kita membutuhkan ritual karena ritual membuat nilai-nilai kita menjadi bisa dialami secara lahiriah. Nilai sesuatu tidak bisa hanya dipikirkan, anda harus mengalaminya dan menghayatinya. Ritual adalah sesuatu yang simbolis. Didesain untuk dipraktikkan berulang-ulang selama periode waktu yang lama, gunanya menyematkan pada jiwa mereka sebuah kesadaran yang terus membesar, bahwa yang dilakukan itu sangat penting. Serangkaian ritual menegaskan siapa kita.
Manusia sebenarnya adalah mahkluk yang diboncengi perasaan bersalah yang parah. Sekarang coba pahami pemikiran ini : anda hidup. Anda tidak melakukan apapun yang membuat anda layak hidup, anda hidup begitu saja. Dan anda tidak tahu menahu dari mana dan mengapa ada kehidupan. Jika iman anda mengatakan bahwa Tuhanlah yang memberikan kehidupan pada anda, anda berutang besar pada Dia! Memangnya apa yang pernah anda buat sehingga bisa menerima itu? Adanya pengorbanan bahwa mereka telah menebus utang tersebut yaitu dengan menjalani hidup yang bermakna. Untuk meringankan rasa bersalah (untuk sementara) yaitu dengan berdoa seperti jurnal syukur.
5. Janjikan Surga, Antarkan Neraka. Penderitaan adalah bagian dari kita. Setiap kali anda menggebuk penderitaan dengan cepat, maka semakin cepat penderitaan lainnya kembali. Tidak ada akhir dari penderitaan. Jika semuanya sempurna dan beres, tidak ada lagi alasan untuk mengikuti seseorang. Keseteraan yang nyata tidak pernah tercapai. Kebebasan sejati tidak sungguh-sungguh ada karena kita semua harus mengorbankan kemerdekaan kita demi stabilitas. Tidak ada solusi, yang ada hanya hal-hal yang sifatnya sementara, perbaikan kecil. Dan inilah saatnya bagi kita berhenti berlari dari kekacauan itu, dan justru memeluknya. Ini adalah dunia kita yang ambyar. Dan kita penghuninya yang ambyar.
6. Jadi nabi demi profit. Jika anda memiliki visi untuk masa depan yang lebih baik, terlalu susah untuk mewujjudkannya sendirian. Kita membutuhkan jaring-jaring dukungan. Nilai Tuhan perlahan-lahan bisa berganti dan mengarah pada pemeliharaan agama itu sendiri supaya jangan sampai kehilangan apa yang telah didapat.
Kesuksesan jauh lebih berbahaya daripada kegagalan. Semakin banyak yang anda raih, semakin banyak kekalahan yang harus anda tanggunng, semakin sulit anda menjaga harapan. Namun, dengan mengalami pemenuhan harapan tersebut, kita justru kehilangan harapan-harapan itu. Karena satu-satunya hal yang bisa menghancurkan sebuah mimpi adalah dengan mendapatkannya. Kita jadi tahu apa yang kita harapkan tidak sempurna-sempurna amat, segenap keinginan dan mimpi kita sejatinya bertaburan dengan kekurangan yang tak kita harapkan dan pengorbanan yang tak pernah kita duga sebelumnya.
D. Harapan itu Ambyar
Anda dapat memperbaiki keadaan anda menjadi jauh lebih baik disini dan saat ini juga. Dan ini meliputi segala hal yang menganggumkan. Kebebasan, misalnya : Anda hendak memilih untuk berkembang seperti apa? Tapi juga tanggung jawab : karena sekarang anda dapat mengendalikan nasib anda sendiri.
Siapa kita sampai harus menentukan makna dan arti dari eksistensi kita sendiri? Siapakah kita sampai harus memutuskan apa yang baik dan buruk di dunia ini? Bagaimana kita bisa memikul beban ini? Memahami bahwa eksitensi pada hakikatnya kacau dan tak bisa dimengerti, percaya bahwa kita tidak sanggup secara psikologis melaksanakan tugas menjelaskan makna semesta ini.
Harapan dapat menyelamatkan kehidupan – kepercayaan diri yang sehat dan harapan juga bisa merampas kehidupan – kepercayaan diri yang merusak. Adanya konflik untuk menjaga harapan kita (makna dan tujuan kita). Harapan yang membawa kebahagiaan terbesar dalam kehidupan kita (kesadaran akan makna) adalah harapan yang sama yang membawa mara bahaya terdahsyat (yang mencetuskan perpecahan dan kebencian). Harapan mengharuskan kita meninggalkan bagian dari diri kita atau bagian dari dunia. Kita diharuskan untuk anti sesuatu.
Amor fati berarti penerimaan hidup dan pengalaman kita dengan tanpa syarat: segenap pengalaman naik dan turun, yang bermakna dan yang tak berarti, bukan dengan cara mengejar lebih banyak lagi harapan tapi dengan mengharapkan yang senyatanya. Secara sederhana : tidak mengharapkan apapun.
Mengharapkan apa yang telah nyata ada – karena harapan itu pada akhirnya kosong. Segala yang bisa digagas oleh pikiran anda sejatinya cacat dan terbatas dan oleh karena itu merusak jika dipuja secara buta. Jangan berharap bisa lebih bahagia, bisa lebih menderita, bisa memperbaiki karakter anda, bisa menghapus kelemahan anda. Berharaplah penderitaan yang akan datang dari kebahagiaan dan kebebasan, kekuatan yang datang dari kepasrahan, atau kebijaksanaan yang datang dari ketidakmengertian. Bertindaklah tanpa mengindahkan beragam harapan itu, untuk tidak mengharapkan keadaan yang lebih baik.
Kita harus belajar mencintai apa adanya. Tidak ada alasan untuk tidak memanfaatkan setiap momen kehidupan ini seolah kita tengah hidup dalam sebuah lingkaran keabadian. Karena jika kita semua tahu bahwa tidak ada satupun yang kita kerjakan mempunyai arti di semesta ini, maka mereka akan terbebaskan untuk memikul tanggung jawab.
E. Formula Kemanusiaan
Prinsip (muncul awal pada remaja – karena saat anak-anak tahapan eksplorasi “yang penting nikmat” tanpa memikirkan resiko ke depannya saat melakukan tindakan) : kematangan tindakan, mengembangkan nilai-nilai yang lebih tinggi dan abstrak untuk menajamkan pembuatan keputusan dalam konteks yang lebih luas cangkupannya – menyesuaikan diri dengan dunia. Setelah anak kecil cukup dewasa tahu tentang kegunaan kenikmatan dan kegunaan penderitaan, ia akan mengembangkan cerita bermakna untuk dirinya sendiri dan membangun identitas.
Remaja melihat semua kehidupan sebagai sebuah seri tawar menawar tanpa henti (pamrih), memaksimalkan kenikmatan dan meminimalisasi penderitaan. Saya mau melakukan apa yang diperintahkan bos supaya saya mendapatkan uang. Pemikiran ini biasanya muncul dari ketakutan akan akibat negatif yang bisa datang dan sarana untuk suatu tujuan yang bisa dinikmati. Padahal di dunia ini tidak bisa didapatkan dengan tawar menawar. Jika anda harus meyakinkan orang-orang untuk mencintai anda, maka mereka tidak akan mencintai anda. Berupaya tawar menawar sama saja membuatnya ambyar secara sekejap. Anda tidak bisa mengatur strategi untuk mendapatkan kebahagiaan, jelas mustahil.
Pada akhirnya nilai-nilai fase remaja adalah mengalahkan diri (demi mendapat kenikmatan : pengakuan, persetujuan daan kepuasan). Anda tidak dapat menjalani hidup anda dengan cara begitu, kecuali memang anda menjalani hidup dengan aturan orang lain. Anda hanyalah menjalani hidup berdasarkan hasrat yang berlebihan dari orang-orang di sekitar anda. Walau orang menjalankan hidupnya seturut tawar menawar dan aturan bisa cukup sukses dalam dunia material, mereka tetap lunglai dan sebatang kara dalam dunia emosional. Ini karena nilai tawar menawar menciptakan hubungan di atas dasar manipulasi.
Kedewasaan : kesadaran bahwa terkadang sebuah prinsip yang paling inti adalah tentang baik dan buruk yang tidak bisa ditawar, bahkan itu menyakitkan anda atau orang lain hari ini, bersikap jujur tetaplah hal yang paling benar, karena jujur adalah tujuan, bukan mendapatkan tujuan yang lain. Contoh : kamu jujur menyatakan perasaan cinta pada orang lain tanpa mengharapkan orang lain membalasnya, karena ia mengerti dari situlah cinta menjadi nyata. Jadi jujur adalah tujuan akhir. Jika ia berharap imbalan, maka ia justru menghancurkan tujuan pemberian itu. Dewasa berarti berkembangnya kemampuan untuk melakukan apa yang benar untuk alasan sederhana, bahwa memang itu sungguh benar.
Anak à Kenikmatan. Remaja à Prinsip à Kenikmatan. Dewasa à Prinsip.
Contoh : Anak akan mencuri eskrim karena eskrim nikmat. Remaja tidak akan mencuri karena nanti akan dihukum, jadi merelakan kenikmatan saat ini demi mencegah sesuatu yang buruk menimpa di masa depan – tawar menawar dengan masa depan. Orang dewasa tidak mencuri karena mencuri itu buruk, walau tidak dipergoki oleh siapapun , mencuri membuatnya merasa jijik dengan dirinya sendiri.
Kegagalan datang tanpa mampu diprediksi sebab pengalaman yang ia terima bersifat acak dan kejam. Mencuri kadang berakibat pada hukuman yang sangat keras tapi di kesempatan lainnya justru ia (anak dimanja atau korban penganiayaan) tidak mendapatkan konsekuensi apapun. Maka tidak ada pelajaran yang ia dapat (tidak ada nilai lebih tinggi yang ia temukan) dan tidak terjadi perkembangan (tetap terjebak di sistem nilai kanak-kanak). Akibatnya, anak tersebut tidak pernah belajar untuk mengendalikan perilakunya sendiri dan tidak mengembangkan mekanisme pertahanan diri untuk berurusan dengan penderitaan yang datang tanpa putus. Tanpa adanya prinsip-prinsip yang dapat dipercaya guna menjalankan suatu keputusan, sehingga semuanya mundur lagi menjadi pribadi yang egois layaknya anak-anak.
Orang-orang terjebak di tahapan nilai remaja gara-gara alasan yang serupa dengan mereka yang terjebak dalam nilai kanak-kanak : trauma dan/ atau diabaikan. Korban bullying di masa kecilnya akan menjalani dunia ini dengan menganggap bahwa tidak akan ada orang yang menyukai atau menghormati tanpa syarat, dan bahwasanya segala bentuk perhatian hanya bisa didapat dengan kerja keras melalui tindakan dan obrolan yang dilatih dan dipersiapkan terlebih dahulu, berpakaian gaya tertentu – awas kalau tidak.
Cara terbaik untuk mengajarkan para remaja tidak terseret pada permainan tawar menawar adalah dengan mencintainya tanpa memaksanya dan memberinya dengan begitu saja, di saat itulah ia akan belajar nilai cinta dan tidak akan ada lagi tawar menawar (nilai ketiadaan syarat).
Susah rasanya melakukan sesuatu dengan tanpa pamrih. Anda mencintai seseorang dan tahu bahwa orang itu mungkin tidak akan membalas cinta anda, tapi toh anda tetap melakukannya. Anda memercayai seseorang meski anda sadar anda akan dikecewakan. Itu karena untuk melakukan sesuatu tanpa pamrih, dibutuhkan sebuah iman dalam tingkatan tertentu. Iman yang meyakini bahwa anda tetap melakukan hal yang baik bahkan jika hasilnya adalah penderitaan, bahkan jika hasilnya tidak menyenangkan anda atau orang lain.
Membuat lompatan iman menuju kedewasaan yang luhur membutuhkan bukan saja kemampuan untuk menerima rasa sakit, tapi juga keberanian untuk membuang harapan, untuk melepaskan hasrat untuk selalu menagih yang lebih baik / menenteramkan / sangat menyenangkan.
ü Otak pemikir anda akan berkata pada anda bahwa ini tidak logis, bahwa anggapan anda sudah jelas keliru. Meski begitu, anda tetap melakukannya.
ü Otak perasa anda akan berusaha menunda dan menjerit membayangkan rasa sakit yang datang dari sebuah kejujuran yang brutal, luka yang muncul akibat mencintai seseorang, rasa takut yang timbul dari kerendahan hati. Meski begitu, anda tetap melakukannya.
Itu sebabnya dalam agama diajarkan belas kasih tanpa syarat oleh Yesus agar umat manusia menghampiri keluhuran dewasa. Sayangnya hal ini tidak berlangsung lama karena remaja banyak memusatkan pada tujuan konkret, mudah diukur, menciptakan kebahagiaan lebih besar dan sedikit penderitaan dan mempromosikan persamaan. Contoh : menyembah Tuhan akan selalu berujung pengorbanan kemanusiaan anda demi meraih tujuan-tujuan penyembahan itu. Yang semula anda harapkan dapat menyelamatkan anda dalam penderitaan, tiba-tiba mencampakkan anda kembali pada penderitaan. Lingkaran penghancuran harapan dimulai kembali.
Formula kemanusiaan (mengantar pada keluhuran dewasa) : bertindaklah dengan mendudukan kemanusiaan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, senantiasa sebagai tujuan, bukan hanya sebagai sarana. Jadi sekarang anda tahu, masalah yang ada dalam harapan bahwa secara fundamental harapan bersifat transaksional – sebuah tawar menawar antara perilaku seseorang saat ini dengan sesuatu hal yang dikhayalkan, masa depan yang menyenangkan.
Tapi kalau contoh semisal kamu bekerja keras dengan bahagia (sarana) agar kamu bisa menyenangkan hatimu untuk bepergian travelling (tujuan), itu tidak salah, karena dari sarana dan tujuan yang kamu rencanakan bersifat manusiawi bukan mesin. Tapi jika kamu memperlakukan manusia sebagai sarana untuk mencapai tujuanmu, itu adalah perilaku yang keliru. Contoh saya mengadukan seorang teman kerja yang tidak disiplin kepada bos (sarana) agar saya mendapat kenaikan pangkat (tujuan), itu tindakan yang salah. Namun jika kamu berani gagal, itu merupakan tindakan yang baik (tujuan) karena menyingkirkan rasa takut anda (sarana). Yang terpenting, segala kehendak yang memiliki kesadaran, haruslah dihormati dan dilindungi.
Hal baik :
ü membuat keputusan-keputusan sederhana di setiap momen,
ü memperlakukan diri sendiri dan orang lain sebagai tujuan,
ü jangan menghilangkan tanggung jawab dan tunduk pada ketakutan
ü cintailah dengan blak-blakan dan tanpa gentar
ü jangan menyerah pada keinginan yang liar / tipuan harapan (don’t hopeless)
ü jangan mengharapkan kehidupan yang lebih baik. Cukup hiduplah dengan baik.
Jika kita mengejar kehidupan yang penuh dengan kenikmatan dan kepuasan yang rendah, kita memperlakukan diri kita sendiri sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang memuaskan diri. Maka bukan kebahagiaan perbaikan diri yang besar tapi malah pencarian penghargaan diri yang makin besar. Berkata pada diri sendiri bahwa kita tidak berguna dan penuh omong kosong sama buruknya dengan berkata pada orang lain, mereka tidak berguna dan penuh omong kosong. Maka cinta dan kasih pada diri sendiri bukanlah sesuatu yang anda pelajari atau latih, tapi itulah etika yang harus anda peliharan di dalam diri anda sendiri. Dengan membereskan hubungan anda dengan diri sendiri, anda akan memetik hubungan yang positif dengan orang lain, yang kemudian membuat mereka bisa memberesi hubungan mereka dengan mereka sendiri and so on.
F. Penderitaan adalah Konstanta Universal
Efek titik biru : semakin banyak kita mencari ancaman, semakin kita melihatnya, tidak peduli seberapa aman atau nyamannya kondisi lingkungan yang sesungguhnya. Semakin membaik keadaan, semakin banyak ancaman yang kita lihat, meski nyatanya tidak ada satupun dan semakin kita menjadi sedih. Inilah paradoks kemajuan.
Semakin nyaman dan etis sebuah masyarakat, semakin pikiran kita membesar-besarkan kesembronoan yang sepele. Contoh: anak manja, waktu dihadapkan pada kerepotan setitik maka ia akan merengek. Reaksi emosional kita terhadap aneka problem tidak ditentukan oleh ukuran problem itu. Sejatinya, pikiran kita sekadar membesarkan atau mengecilkan permasalahan kita untuk menyesuaikannya dengan tingkat stress yang ingin kita rasakan.
Apa yang kita percayai sebagai konstanta universal yaitu pengalaman kita, ternyata terbukti sama sekali bukan konstanta. Dan malahan banyak sekali hal yang kita anggap benar dan nyata, ternyata bersifat relatif, tergantung persepsi kita sendiri. Manusia, tidak peduli kejadian eksternal yang menimpa, hidup dalam kondisi pikiran konstan merasa sedikit bahagia. Situasinya baik-baik saja, tapi juga selalu masih bisa dibuat menjadi lebih baik. Manusia level bahagia no 7, akan selalu memikirkan kebahagiaan level 10 – tidak pernah puas.
Tidak peduli seberapa cerah langit yang anda punyai, pikiran kita akan selalu membayangkan cukup awan supaya sedikit merasa kecewa (ono ae sing dipikir – pengen lebih dan lebih). Penderitaan selalu ada disana = konstanta universal, yang berubah hanya persepsi anda tentang penderitaan. Setelah kehidupan membaik, harapan berganti, anda kembali merasa tidak puas.
Mencoba memberantas penderitaan hanya akan meningkatkan kepekaan anda pada penderitaan, bukan melenyapkan penderitaan anda. Itu akan membuat anda melihat hantu-hantu yang mengancam di setiap sudut, melihat penindasan di setiap kekuasaan, melihat kebencian dan muslihat di balik setiap pelukan. Orang yang memenangkan lotre jutaan dollar tidak akan mengalami kebahagiaan, rata-rata mereka biasa saja. Orang yang menderita kelumpuhan tidak terus-terusan sedih, rata-rata akhirnya mereka biasa saja. Emosi positif dan emosi negatif hanya bersifat sementara, karena pasti akan muncul penderitaan lain yang akan muncul dari pengalaman kehidupan itu sendiri.Menjadi kebal terhadap penderitaan = mati terhadap perasaan, segala emosi = menghapus seseorang dari kehidupan ini.
Schopenhauer : Kita tidak berpikir untuk keseluruhan tindak tanduk yang membawa keberhasilan tapi memikirkan beberapa hal remeh tidak penting atau perkara yang menyusahkan kita. Kita tidak pernah sungguh mengerti atau menyadari apa yang disepakati oleh kemauan kita. Jika kita ingin mengerti sesuatu, kemauan kita haruslah disangkal dan mengalami kejadian yang mengguncang. Segala yang bertentangan, tidak menyenangkan dan menyakitkan, memukau kita secara cepat, langsung dan gamblang (tamparan manis).
Mengejar kebahagiaan adalah nilai beracun yang menghacurkan diri dan menyesatkan (sangat tidak mungkin). Semakin anda mengejar, semakin anda dipaksa untuk terus maju. Jika kebahagiaan adalah tujuan akhir, anda akan mengubah diri anda menjadi sarana untuk mengejarnya, dan mengubah tujuan akhir anda membuatnya susah diraih. Oleh sebab itu setelah harapan anda raih, pikiran anda akan dengan cepat mempertahankan kesadaran akan kesusahan hidup, sehingga memberikan anda formulasi harapan baru supaya tetap hidup.
Hidup dengan baik bukan berarti menolak penderitaan, tetapi menderita untuk alasan-alasan yang benar. Karena jika memang hidup ini pada hakikatnya memaksa kita untuk menderita, sepatutnya kita belajar untuk menderita secara tepat. Pembakaran diri yang tenang tanpa ekspresi dilakukan oleh Quang Duc sebagai aksi protes merupakan contoh sempurna pikiran yang menguasai badan dan tekad yang mengalahkan insting.
Sebagian dari masyarakat, menghabiskan hampir seluruh waktu dan ruang untuk mengambil sistem-sistem yang rapuh dan membuatnya kokoh. Sistem yang rapuh mudah pecah dan sistem yang kokoh menolak perubahan. Sistem antirapuh yaitu mengambil keuntungan dari tekanan-tekanan eksternal dan penindas. Contoh : sebuah hubungan cinta yang sehat adalah sistem antirapuh; kemalangan dan penderitaan membuat hubungan justru menjadi lebih kuat, bukan lebih lemah. Perusahaan rintisan start up mencari cara untuk gagal dengan cepat dan mengambil keuntungan dari kegagalan tersebut.
Tubuh menjadi antirapuh artinya tubuh akan menjadi semakin kuat seiring bertambahnya tekanan dan siksaan yang anda terima seperti latihan fisik membentuk otot. Jika anda menolak stress dan penderitaan dengan hanya menonton dan duduk di sofa, otot anda akan mengalami atrofi, tulang menjadi rapuh dan terdegenerasi menjadi lemah. Pikiran manusia beroperasi menjadi rapuh atau antirapuh, tergantung cara anda memakai.
· Ketika ditimpa kekacauan dan permasalahan, pikiran menerima, menghasilkan prinsip dan model mental, memprediksi peristiwa masa depan dan mengevaluasi masa lalu = belajar menyempurnakan kita = mendapat faedah dari setiap kegagalan dan ketidakberesan.
· Menolak penderitaan, stress, kekacauan, ketidakberesan, kita menjadi rapuh. Toleransi menerima rintangan menjadi tipis, hidup menyusut, hanya ingin terlibat dalam sedikit perkara yang hanya bisa ditangani. Berarti hidup anda memiliki nilai kanak-kanak yang selalu mengejar kenikmatan, hasrat dan pemuasan diri. Penipisan ini membuat kita semakin gagal mendapatkan kebahagiaan, tapi juga menghasilkan kelemahan emosional yang semakin besar, yang menjadikan semuanya tampak ambyar.
Meditasi tidak ada kata selesai, semua harus diamati, dikenali dan direlakan lagi ke dalam kekosongan. Itu semua akan berlalu. Tidak ada orang yang menjadi cakap. Anda diminta untuk berlatih sampai bosan. Terima dan peluklah kebosanan itu. Cintailah kebosanan itu. Meditasi merupakan latihan untuk antikerapuhan, melatih pikiran anda mengalami dan mengamati pasang surut penderitaan yang tiada akhir dan tidak membiarkan diri terhisap oleh pusarannya, mengamati isi pikiran dan batin anda baik yang menakutkan maupun membanggakan. Sikap Quang Duc yang luar biasa dalam melakukan aksinya : Diam. Tenang. Damai. Dalam banyak kasus, penderitaan mental jauh lebih menyiksa daripada penderitaan fisik.
Meski penderitaan akan selalu ada, merasa menderita merupakan sebuah pilihan. Selalu ada perbedaan antara apa yang kita alami dengan bagaimana kita menafsirkan pengalaman kita. Anak tidak bisa menerima rasa sakit. Remaja bisa bekorban sementara waktu jika imbalan yang diterima seimbang, tapi jika ia harus lebih banyak mengorbankan dan memperoleh balasan yang kecil, ia akan terjun menemui kebenaran yang menggelisahkan.
Seorang dewasa memiliki ambang batas rasa sakit yang tinggi, ia tahu bahwa memahami kehidupan yang bermakna harus mensyaratkan penderitaan, tidak ada yang bisa / sebaiknya tidak perlu dikendalikan atau ditawar. Anda hanya perlu mengerjakan sebaik mungkin apa yang sepatutnya dikerjakan, tidak peduli apapun konsekuensinya. Dalam setiap penderitaan terdapat sebuah nilai-nilai kehidupan. Semakin menyedihkan hubungan yang dijalani, kejujuran menjadi semakin penting. Semakin mengerikan dunia, keberanian muncul. Semakin membingungkan, bersikap rendah hati semakin berharga.
Kematian diperlukan secara psikologis karena kematian menciptakan perjuangan dalam kehidupan. Ada sesuatu yang harus dikorbankan. Anda tidak tahu berharganya sesuatu sampai anda nyaris kehilangan. Anda tidak akan tahu apakah anda bersedia berjuang habis-habisan atau menyerah. Tanpa rasa sakit akibat kehilangan, mustahil menentukan nilai dari segala hal. Emosi negatif disebabkan pengalaman akan penderitaan, emosi positif disebabkan keberhasilan menghadapi penderitaan.
Semakin antirapuh kita, semakin tenang reaksi emosi kita, semakin memiliki kendali atas diri kita, semakin nilai-nilai kita berjalan berdasarkan prinsip. Antikerapuhan = perkembangan dan kedewasaan. Berkembang tidak sama dengan mencari cara untuk menghambat aliran penderitaan, melainkan terjun dan sukses berenang ke dalamnya. Sedangkan mengejar kebahagiaan merupakan penolakan terhadap perkembangan, kematangan dan keluruhan, karena hanya memperlakukan diri dan pikiran hanya sarana sebagai tujuan hura-hura, melepaskan martabat demi memperoleh kenyamanan.
Hidup bukan tentang kebahagiaan, tetapi tentang karakter, menumbuhkan kemampuan untuk menanggung penderitaan dan bekorban secara tepat, karena pada masa lampau kehidupan merupakan sebuah pengorbanan yang panjang dan berlarut-larut. Keluhuran seperti keberanian, kejujuran dan kerendahan hati merupakan prinsip yang didapat dari kekacauan dan kemalangan.
Baru pada masa pencerahan (era ilmu pengetahuan dan kemakmuran untuk menghilangkan kemiskinan, penyakit, kelaparan) dicetuskan “pengejaran kebahagiaan” yang sebenarnya itu hanya perbaikan atas penderitaan bukan penghilangan penderitaan, mengubah penderitaan fisik menjadi bentuk psikologis. Anda bisa melihat kemakmuran dari seberapa besar dambaan anda akan penderitaan. Tidak peduli seberapa banyak harta yang anda hasilkan di dunia, kualitas hidup ditentukan kualitas karakter, kualitas karakter ditentukan hubungan kita dengan penderitaan kita.
Kita mampu memilih penderitaan seperti apa yang ingin kita masukan dalam hidup kita. Dan pilihan ini membuat hidup kita bermakna. Kita hanya dituntut untuk tidak mati rasa, untuk tidak memalingkan muka pada penderitaan. Kita hanya dituntut untuk menemukan nilai dan makna di dalamnya dan paling berakar dalam hidup kita. Ketika kita menyangkal rasa sakit tersebut, kita menyangkal kemampuan kita sendiri untuk merasakan setiap tujuan di dalam hidup ini.
G. Ekonomi Perasaan
Jika kamu dapat memasuki keresahan orang lain, mereka akan memercayai semua sampah yang anda sampaikan. Semakin anda mampu memengaruhi emosi orang-orang di dunia, semakin banyak uang dan kekuasaan yang anda himpun. Uang merupakan agama mini yang bersifat universal dan spesial, yang kita peluk dengan sukarela lantaran membuat hidup kita menjadi sedikit lebih mudah.
Internet merupakan inovasi yang tulen, membuat hidup kita menjadi lebih baik. Tapi mereka lupa. Mereka lupa bahwa dunia ini tidak digerakkan oleh informasi. Orang-orang tidak membuat keputusan berdasarkan kebenaran atau fakta-fakta. Mereka tidak saling menjalin hubungan satu sama lain karena suatu kebenaran filosofis yang lebih luhur. Dunia ini digerakkan oleh perasaan. Mereka tidak akan meng-google kebenaran-kebenaran sejati yang tidak mengenakkan. Sebaliknya, yang akan kita google adalah hal-hal yang menyenangkan walaupun tidak benar.
Internet, pada akhirnya, tidak didesain untuk memberi apa yang kita butuhkan, tapi apa yang kita inginkan (dan keinginan kita memang kacau – karena otak perasa yang lagi-lagi memegang kendali mobil kesadaran). Karena inilah pemasaran industri, dimana para pemimpin akan memberikan konsumen apa yang diinginkan. Dan hal ini jauh lebih berbahaya dari yang kita kira.
Memberikan banyak pengalihan penderitaan (kemerdekaan palsu) yang diinginkan banyak orang dapat membuat :
1. Banyak orang menginginkan barang buruk
2. Orang begitu mudah dimanipulasi untuk menginginkan barang busuk yang tidak sungguh-sungguh mereka inginkan
3. Mendorong orang untuk menghindari rasa sakit melalui pengalihan terus menerus membuat kita semua jadi lemah dan mudah rapuh
4. Dunia kita dikerdilkan sehingga hanya seukuran nilai-nilai kita sendiri yang senantiasa menyempit. Terobsesi dengan kenyamanan dan kenikmatan. Saat hilang kenikmatan, kita merasa semesta raya telah melakukan ketidakadilan.
5. Kita sangat mudah terjangkiti perilaku mencandu – sedikit sedikit gelisah mengecek telepon, email. Membagikan artikel yang belum kita baca, bepergian bukan karena kita ingin tapi supaya bisa pamer.
6. Ketidakmampuan mengindentifikasi, menoleransi dan menyadari emosi negatif. Jika anda merasa oke hanya jika hidup anda menyenangkan dan menyerupai artis, anda tidak merdeka. Anda adalah tawanan kemanjaan anda sendiri, diperbudak oleh intoleransi sendiri, dibuat lumpuh oleh kelemahan-kelemahan emosi anda sendiri. Anda akan senantiasa merasa membutuhkan kenyamanan atau pengakuan eksternal yang bisa datang dan pergi.
7. Semakin banyak pilihan yang diberikan, semakin tidak merasa puas atas pilihan apa yang kita ambil. Memiliki lebih banyak barang tidak membuat kita merdeka, justru menawan kita dengan kecemasan akan apakah kita telah memilih atau mengerjakan yang terbaik. Selain itu, juga lebih rentan memperlakukan diri sendiri atau orang lain sebagai sarana daripada tujuan. Membuat kita lebih tergantung pada lingkaran haraan yang tidak ada ujungnya.
Itulah variasi, tidak bermakna apa-apa. Membuat anda terjebak perasaan tidak aman, terhalang keragu-raguan, dan dilumpuhkan oleh intoleransi. Anda tidak bebas. Semakin susah kita membuat pilihan, melakukan pengorbanan dan memusatkan perhatian.
Satu-satunya kemerdekaan sejati adalah melalui pembatasan diri (penyangkalan diri). Bukan memilih segala hal yang diinginkan, melainkan memilih apa yang hendak anda lepaskan di hidup anda. Menjatuhkan pilihan atas apa yang ingin anda korbankan. Batasan tersebut memperlakukan kesadaran anda murni sebagai tujuan.
Contoh :
· Rasa sakit akibat latihan fisik menguatkan kemerdekaan fisik anda – kekuatan, daya tahan, dan stamina
· Mengorbankan kesenangan diri demi etos kerja memberi anda kemerdekaan mengejar peluang kerja yang lebih banyak, menjalani lintasan karier anda sendiri, mendapat lebih banyak penghasilan dan keuntungan lain yang datang dari situ.
· Kemauan terlibat konflik dengan orang lain akan membuat anda leluasa berbicara pada siapapun.
· Menghapus aplikasi media sosial dari telepon anda akan membebaskan waktu anda, perhatian dan kekuatan untuk menentukan pilihan
Kemerdekaan paling bermakna datang dari komitmen –komitmen anda yang telah anda pilih untuk dikorbankan. Menjalani tantangan konyol hanya untuk memamerkan kemampuan mereka, menjalani siasat hidup semacam ini tampak seolah ingin mencoba memetik hasil sebuah komitmen, namun tanpa sungguh-sungguh menjalankan komitmen, ini kemerdekaan palsu – kalori kosong melompong untuk jiwa. Tanpa mempelajari apapun tentang suatu hal, mengembangkan gaya dan taktik, dan hanya menabalkan diri sendiri sebagai master hanyalah sebuah pencitraan komitmen / makna tanpa mengandung makna.
Kemerdekaan palsu selalu mengejar yang lebih banyak lagi – meminta energi yang dosisnya selalu membesar untuk meraih kegembiraan dan makna yang segitu-segitu saja, menuntut dunia untuk memaklumi keinginan anda, menbuat anda menjadi kekanak-kanakan, menang sendiri, manja, narsistik dan mengesalkan. Kemerdekaan sejati (red : aku pikir ini mengarah pada rasa syukur) adalah keputusan sadar untuk hidup sederhana, repetitif, bisa diprediksi, terkadang membosankan, memberi imbalan yang semakin lama semakin besar, energi yang dosisnya justru mengecil untuk meraih kegembiraan dan makna yang tetap, melihat dunia tanpa syarat dengan satu-satunya kemenangan atas nafsu-nafsu anda sendiri, tidak menuntut apapun dari dunia – itu keinginan anda semata.
Atomisasi masyarakat : kepercayaan sosial turun, orang-orang lebih terisolasi (kesepian), kurang mau terlibat dalam urusan, semakin paranoid terhadap tetangga, banyak mengantikan beberapa hubungan yang berkualitas dalam hidup kita dengan hubungan temporer dan artifisial. Kebebasan yang ekstrem tidak bisa memimpin pada tujuan melainkan peralihan menuju perbudakan ekstrem (Plato).
Demokrasi menuntut kematangan dan karakter warga negara yang baik. Rela menerima pandangan yang berlawanan dengan pandangan anda sendiri demi komunitas yang aman dan sehat, memaklumi dan menerima sesuatu terjadi tidak sesuai dengan keyakinan anda. Tapi sekarang, mereka ingin menyuarakan pendapat tapi tidak mau mendengar pandangan yang akan mengecewakan mereka. Kemerdekaan menuntut ketidaknyamanan dan ketidakpuasan. Karena jika semua orang menjadi bebas, semakin orang harus menerima pandangan yang berlawanan dengan mereka.
H. Agama Terakhir
Anda sekarang sudah menyukai dewa kecerdasan artifisial. Anda banyak membutuhkan algoritma karena membuat hidup kita menjadi lebih mudah (contoh teknologi).kekuatan muncul dari kemampuan untuk memanipulasi dan memproses informasi dan pada akhirnya kita selalu memuja apapun yang memiliki kekuatan di atas kita (jangan sampai kecerdasan AI memperbudak kita – itu pendapatku). Kemampuan mencerna informasi ada hubungannya dengan kemampuan mahkluk untuk bertahan dan bereproduksi. Kita manusia lemah, lamban, rapuh dan mudah lelah, tetapi pencerna informasi alam paling hebat (spesies yang dapat mengonseptualisasi masa lalu dan masa depan). Itu karena kita adalah algoritma. Namun semakin banyak manusia, algoritma kita tidak bisa memproduksi kepuasan permanen dan tidak memberi kedamaian akhir.
Satu-satunya faktor kegagalan adalah kehadiran anda, sebagai faktor dalam setiap problem besar di dunia. Senjata biokimia, kepunahan spesies, penipuan – semua itu berkat kita. Kemampuan kita mencerna informasi (otak pemikir) dihambat oleh kebutuhan emosional kita untuk mendapatkan pengakuan (lagi-lagi otak perasa mensabotage otak pemikir). Otak pemikir kita baik, tapi seringkali terlalu lamban dan kikuk untuk digunakan. Kita adalah spesies yang gemar merusak dan membenci diri sendiri.
Teknologi telah mengeksploitasi algoritma otak perasa kita yang lemah itu. Membuat kita menjadi agak loyo dan lebih kecanduan akan pengalihan dan kenikmatan yang tidak beraturan, dan terbukti membawa keuntungan yang sangat luar biasa. Teknologi membawa tirani baru yaitu variasi kosong tanpa makna dengan arus pilihan yang tidak kunjung berhenti. Apa yang harus kita lakukan adalah
· mengadaptasi teknologi kita hingga pas untuk psikologi kita yang rentan ini dan bukan malah mengeksploitasi psikologi kita
· mendukung karakter yang lebih besar dan kematangan dalam budaya kita daripada mengalihkan kita dari pertumbuhan
· memperlakukan orang bukan sebagai sarana tapi tujuan (lakukan dalam segala situasi), lebih menganjurkan antikerapuhan dan pembatasan diri di benak setiap orang daripada menjaga perasaan masing-masing
· menciptakan ilusi kendali diri yang besar dan mengatur otak perasa
Jadi berusahalah tidak berharap. Jangan takabur seakan anda yakin anda mengetahui semuanya. Anggapan tahu segalanya dengan kepastian emosional, kuat dan butalah yang akan lebih dulu membuat malu. Tidak perlu berharap menjadi lebih baik. Cukup jadilah manusia yang lebih baik. Jadilah lebih murah hati, lebih tabah, lebih rendah hati, lebih disiplin. Pilihlah ketidaknyamanan yang memaksa kalian untuk berkembang. Semoga orang akan menuntut sesuatu lebih baik keluar dari diri mereka sendiri terlebih dahulu sebelum menuntut dunia untuk memberikan yang lebih baik.
Semoga teknologi akan membuat pemeringkatan headline berita kebenaran bukan sekadar menunjukkan pada orang apa yang ingin mereka lihat, sehingga para pengguna akan lebih cepat menyaring aneka sampah dan mendekatkan diri pada kebenaran berbasis fakta dan data bukti. Semoga kecerdasan artifisial akan mendengar semua tulisan bodoh kita dan membongkar ke hadapan kita atas asumsi-asumsi yang tidak beralasan dan prasangka kita yang melantur jauh (menyadarkan kita yang suka marah2/emosi di status).

0 komentar:
Posting Komentar