Senin, 02 April 2018

Chapter of Life

Edit Posted by with No comments

24th post.

Lama ngga jumpa, rasanya udah kebelet pengen ngepost. Udah sebulan hiatus. Minggu kemarin habis-habisan buat nanggulangi trauma gue karena wawancara. Ternyata, bapaknya baik banget, hopefully gue ktrima. Amin.
Sekarang gue mau ngepost tentang sekolah iman lagi. Selamat hari Paskah ya :)





A. Siapa yang seperti Tuhan (SK)

Nama Mikha berasal dari kata Mikhayah yang artinya : “Siapakah yang seperti Yehova? (”Siapa yang seperti Tuhan?”). Yehova adalah panggilan untuk Tuhan di Perjanjian Lama sebelum Tuhan menyatakan diriNya secara penuh. Di Perjanjian Baru, kita tahu bahwa nama Tuhan kita ialah :YESUS.
Nabi Mikha hidup pada tahun 700 SM sejaman dengan nabi Yesaya. Bedanya Yesaya melayani golongan menengah keatas,  tapi nabi Mikha melayani dikalangan rakyat jelata.  Isi dari nubuat nabi Mika pada intinya adalah untuk menemplak dosa (berita yang sangat dibutuhkan untuk gereja di akhir jaman ini).  Kitab Mikha adalah satu-satunya kitab yang menubuatkan tentang Betleham,  tempat  kelahiran Tuhan Yesus (Mikha 5:1). Kitab Mikha juga adalah kitab tentang “perbuatan iman”, iman yang hidup ialah iman yang disertai dengan perbuatan (bandingkan dengan surat Yakobus di Perjanjian Baru).

Dalam hal apa IA luar biasa?
Mikha menyoroti ke-luarbiasa-an Tuhan dari sudut yang berbeda yakni dari kebesaran pengampunanNya. Di dalam Mikha 7:18-20 kita melihat bahwa Tuhan itu tidak tertandingi dalam hal pengampunanNya. Pengampunan adalah hal yang paling dasar. Sebelum hubungan dipulihkan, harus ada pengampunan terlebih dahulu. Kita juga sering berbicara tentang pengampunan, tetapi apakah pengampunan kita sudah sesuai standard Allah. Dari Mikha ini kita akan melihat bagaimana Allah ketika IA mengampuni kita dan itu menjadi cermin bagi kita bagaimana seharusnya kita ketika kita mengampuni orang lain.

Mari kita lihat bersama ke-luarbiasa-an dari pengampunanNya.
1. Menghapuskan.
Pengampunan Allah itu menghapuskan segala dosa-dosa kita. Allah tidak mengingat-ingat lagi segala dosa-dosa kita. Dengan kata lain, semua catatan tentang dosa-dosa kita sudah dilenyapkan, tidak terdeteksi lagi. Sebab itu jangan lagi anda mengingat dosa-dosa anda yang dahulu!
Kol. 2:13-14 Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu…telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib.
Lalu bagaimana dengan kita, apakah kita juga sudah melupakan kesalahan orang yang kita ampuni? Ataukah kita masih terus mengingat-ingat kesalahan mereka?

2. Memulihkan
Pengampunan dari Tuhan itu memulihkan. Arti memulihkan ialah mengembalikan kepada posisi atau kedudukan yang semula. Dalam kisah  anak bungsu (Lukas 15) kita melihat bahwa ketika anak bungsu itu pulang, bapanya tidak mengungkit-ungkit lagi kesalahannya, namun ia diberi jubah, cincin dan sepatu yang terbaik, dan kedudukannya sebagai anak dipulihkan.
Seringkali pengampunan kita tidak sempurna. Kita berkata sudah mengampuni namun hubungan kita dengan sesama tidak dipulihkan. Seperti dalam kisah II Sam. 14,  ketika Absalom membunuh Amon saudara tirinya, Daud sangat marah, sehingga Absalom harus tinggal di pengungsian selama tiga tahun. Setelah tiga tahun berlalu, oleh prakarsa seorang panglima yang namanya Yoab, Absalom diperdamaikan kembali dengan Daud. Absalom diperbolehkan pulang ke Yerusalem namun ia tidak boleh bertemu dengan Daud. Selama dua tahun Daud mendiamkan Absalom selama dua tahun. Inilah pengampunan yang tidak sempurna.  Bersyukur Tuhan kita tidak seperti itu. Saat Tuhan mengampuni, Dia juga memulihkan, mengembalikan kita pada kedudukan yang semula sebagai anak yang disayangi, bukan sebagai musuh.
Ul. 30:2-3 ‘’Apabila engkau berbalik kepada TUHAN, Allahmu, dan mendengarkan suara-Nya sesuai dengan segala yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, baik engkau maupun anak-anakmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, maka TUHAN, Allahmu, akan memulihkan keadaanmu dan akan menyayangi engkau’’.

3. Membela
Kita bukan hanya diampuni dan dipulihkan, tetapi Tuhan juga akan menjadi Pembela kita. Hal ini sangat penting, sebab kita punya musuh yang selalu ingin menjatuhkan kita yaitu iblis. Iblis selalu menuduh, mendakwa kita, tetapi Tuhan membela kita. Terkadang hati nurani kita juga merasa tertuduh, tetapi Tuhan lebih besar dari hati nurani kita (I Yoh. 3:19-20). Jika Allah sudah mengampuni kita, IA akan menjadi Pembela kita, haleluya!
Roma 8:33-34 Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi : yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?
Di Yoh. 8 ada kisah perempuan yang tertangkap basah sedang berbuat zinah dan hendak dilempari dengan batu. Namun Yesus berkata: “Siapa yang merasa tidak berdosa hendaklah ia yang pertama melempari perempuan ini dengan batu.” Akhirnya mereka satu persatu pergi meninggalkan perempuan itu. Sebenarnya siapa yang berhak melempar batu yang pertama? Ya betul, Yesuslah satu-satunya yang berhak melempar batu pertama karena Ia satu-satunya yang tidak berdosa.  Tetapi apa yang Yesus katakan? Akupun tidak menghukum engkau”. Yesus tidak menghukum perempuan itu malah menjadi Pembelanya.  Itulah pengampunan yang Tuhan berikan, pengampunan yang sempurna. Sebab itu Mikha  dalam kekagumannya ia berkata : “Siapa yang seperti Tuhan?”

Saudara-saudara apapun dosa yang telah kita perbuat, sehitam apapun lembaran hidup kita, apabila kita sungguh-sungguh mengakui dan minta ampun kepadaNya, percayalah bahwa Ia sudah melupakan, memulihkan dan akan membela saudara! Tetapi ingat pesan Tuhan kepada perempuan itu: “Jangan berbuat dosa lagi!” Inilah tujuan dari pengampunan yang Tuhan berikan.
Yes. 55:7 “Baiklah org fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya ; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.”
Mzm 130:4 “PadaMu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang.”

Pesan Firman Tuhan:
Hari ini adalah hari pengampunan, hari kemurahan, dimana TUHAN mau mengampuni dan memulihkan keadaan kita, sebab itu mari kita dengan segenap hati kembali kepada-NYA!



B. Masa Kasih Karunia (DR)
 

Saat ini kita hidup di bawah kasih karunia, bukan hukum Taurat. Sebagai ilustrasi, pernahkah kita terbangun melihat jam menunjukkan pk. 05.00, kita segera mandi, bersiap karena merasa sudah terlambat tetapi setelah itu melihat jam yang lain masih pk 00.00, tengah malam karena ternyata jam tadi mati. Ketika kita lupa bahwa kita hidup di masa kasih karunia, semua yang kita perbuat pasti kacau. Melakukan hal yang baik di masa yang salah, hasilnya pasti salah. Melakukan segala sesuatu buat Tuhan akan sia-sia dan tidak berkenan.

Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia - Roma 6:14

Hidup manusia dibagi menjadi 3 jaman:
1. Masa sebelum Taurat: manusia hidup berbuat baik menurut hati nuraninya sendiri
2. Masa hukum Taurat: manusia bisa selamat jika melakukan semua hukum Taurat
3. Masa kasih karunia: manusia selamat ditentukan oleh iman kepada Yesus.
Dari masa ke masa, manusia harus hidup sesuai dengan jamannya, jika hanya ber-iman di jaman hukum Taurat, tidak akan selamat, begitu sebaliknya jika melakukan hal yang baik tanpa iman di jaman kasih karunia, juga tidak selamat. Sebaik dan setaat apapun perbuatan kita, tetapi tanpa iman, tidak akan selamat.

Luk. 15 menggambarkan 3 masa kehidupan manusia
- Ay. 1-7 perumpamaan domba yang hilang (masa sebelum Taurat). Manusia digambarkan seperti domba (domba itu binatang yang bodoh gampang tersesat), maka Allah langsung turun tangan mengutus nabi-nabi.
- Ay. 8-10 perumpamaan dirham yang hilang (masa hukum Taurat). 10 dirham menggambarkan 10 hukum Taurat, jika melanggar 1 saja maka akan ditolak mempelai pria.
- Ay. 11-32 perumpamaan anak yang hilang (masa kasih karunia), kita menghidupi masa kasih karunia ini. Kita harus belajar hidup di bawah kasih karunia, jika tidak maka semua yang kita perbuat tidak akan berkenan. Anak sulung hidup di bawah Taurat, ia tidak mau mengampuni adiknya karena memang adiknya bersalah. Kesalahan di jaman Taurat memang tidak akan diampuni. Mungkin kitapun berpikir anak sulung lebih baik.

Bagaimana belajar hidup di bawah kasih karunia:

1. Perbuatan kita tidak pernah mempengaruhi kasih Allah pada kita (ay. 11-13, 25).
Anak bungsu nakal, anak sulung baik dan setia, tetapi kasih Bapa terhadap mereka sama, berkatnya sama. Kasih Bapa tidak berkurang karena kenakalan bungsu dan tidak bertambah karena kebaikan sulung. Jadi perbuatan kita tidak mempengaruhi kasih Bapa terhadap kita. Iblis ingin menyembunyikan hal ini dari kita karena ketika kita berbuat dosa, kita pasti berpikir kasih Tuhan berkurang, Tuhan marah, tidak diberkati lagi sehingga kita takut dan menjauh dari Tuhan, dan dosa kembali berkuasa terhadap kita. Kenyataannya, kasih, berkat, penyertaan Tuhan tetap sama, Tuhan tidak menurunkan hujan hanya di rumah orang yang baik saja (Mat. 5:45).
Sebaik-baiknya orang tidak percaya dibandingkan seburuk-buruknya orang percaya, lebih tinggi orang percaya (tetapi bukan berarti kita boleh berbuat dosa seenaknya). Yesus mati bagi kita sebelum kita mengenal Tuhan, saat kita masih hidup dalam dosa (Rom. 5:8-9). Kita terlalu meremehkan kasih karunia ketika kita merasa tidak lagi dikasihi Allah ketika berbuat dosa.
Apa yang sebenarnya terjadi ketika kita berdosa (ay. 18-19)? Seburuk apapun dosa, kapanpun kita berbalik kepada Tuhan, Tuhan menerima. Yang berbahaya ketika pikiran kita salah, menganggap Tuhan marah, merasa jauh dari Tuhan, tidak mau datang pada Tuhan, sebenarnya itu kasih kita yang berubah terhadap Tuhan dan kita bisa gagal seperti bangsa Israel (Rom. 9:32). Jika kita berbuat dosa, datang pada Tuhan, akui dosa itu dan Tuhan akan mengampuni.

2. Hak kita sebagai anak Allah (ay. 29, 31).
Hak kita sebagai anak Allah berarti segala kepunyaan Tuhan sudah diberikan kepada kita. Kita tidak yakin segala kepunyaan Tuhan adalah milik kita sehingga ketika iblis mencurinya satu persatu (berkat jasmani, kesehatan, dll) kita diam, pasrah dan berkata “ini kehendak Tuhan” dan hidup kita menderita di masa kasih karunia yang tidak mungkin menderita. Tuhan sangat senang memenuhi kebutuhan kita anak-anakNya (Yak. 4:2b; Yoh. 16:24), dan ini hak kita.
Dalam Mrk. 16:17-18, ada hak kita yang tidak pernah kita pakai:
- Memakai nama Yesus (Flp. 2:10), semua tunduk dalam nama Yesus. Ketika kita mengalami sesuatu, kita berhak memakai nama Yesus. Biasanya saat menghadapi sesuatu, kita berdoa, menangis, minta jawaban Tuhan, padahal nama Tuhan sudah diberikan kepada kita. Pakailah nama itu saat kita tidak bisa mengatasi sesuatu yang kita hadapi.
- Bicara dalam bahasa Roh (1Kor. 14:18), bahasa Roh membangun diri sendiri, kita berhak memakainya terutama saat kita merasa lemah.
- Otoritas atas iblis (Mat. 18:18), usir saja iblis karena kita juga berhak.
- Perlindungan (Maz. 34:8)
- Kesembuhan (1Pet. 2:24). Transaksi di atas kayu salib (Yes. 53:4-5), ada perjanjian yang tidak bisa dibatalkan, penyakit kita ditanggung dan dosa diampuni. Banyak di antara kita tidak sadar hak ini. Ketika iblis datang menawarkan dosa, kita lari dan usir iblis, tetapi saat diberi penyakit, kita berterimakasih dan pasrah menerima penyakit.

Mari hidup di dalam kasih karunia Tuhan, percaya kasih Allah tidak berubah, dan pakailah hak kita sebagai anak Allah.


C. Memakai Label dari Tuhan untuk Semua Kepercayaannya (P)

“Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." Matius 11:30 
Tuhan sudah memberikan kesempatan buat kita menjadi produk-produk sorgawi, bukan produk duniawi.  Kita memakai label dari Tuhan karena Tuhan sudah membawa kita ke dalam sebuah kehidupan yang disebut sebagai orang-orang ketebusan Tuhan. Semua yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita, yaitu kuk ataupun beban-beban, semuanya itu adalah enak.
Tetapi dalam prakteknya kebanyakan orang menjadi kebingungan dan merasa seolah-olah semuanya adalah berat dan tidak enak. Bahkan ada orang-orang yang menganggap bahwa kehidupan itu tidak berguna. Padahal di saat Tuhan memberikan kita kesempatan untuk hidup di dunia ini ada rencana Allah yang mungkin tidak kita pahami.

Kita tidak bisa memilih untuk lahir di keluarga manapun. Tetapi di situ letak kekuasaan dan Kedaulatan Tuhan menjadikan kita ada di dunia ini sebagai anak-anak Alllah, dan ini adalah sebuah keputusan yang seharusnya kita imani. Semua tanggung jawab dalam kehidupan kita sebagai anak-anak Allah mungkin bagi kita sebuah kuk yang berat, tetapi Yesus berkata bahwa kuk itu enak. Tetapi memang ada banyak orang yang mengeluh dan berkata bahwa Tuhan itu tidak Adil.
Sebagai orang percaya, seharusnya kita lebih mempercayai keputusan Tuhan dari pada apa yang kita pikirkan, karena pemikiran manusia itu lebih condong kepada keluh kesah. Tetapi untuk semua yang kita alami, kita harus bersyukur kepada Tuhan yang telah mengatakan bahwa semuanya itu enak. Mengapa berkata tidak enak, itu adalah karena kita tidak mau mendengarkan pendapat Tuhan.

Kita harus berterima kasih kepada Tuhan untuk segala sesuatu dalam kehidupan kita, karena itu adalah anugerah Tuhan. Pemikiran kitalah yang membuat kita letih lesu dan berbeban berat (Mat. 11:28). Ketika kita dipercayakan Tuhan sebuah kuk, kita harus mengimani bahwa kuk itu enak supaya perjalanan kehidupan kita pun terasa enak. Jangan jadikan itu menjadi letih lesu dan berbeban berat. Dunia mengatakan hidup itu tidak enak, tetapi Tuhan berkata semuanya itu enak. Kitalah yang menentukannya. Ketika kita menganggap segalanya itu berat, hal itu akan membuat kita menjadi tidak dapat bersukacita.

Tuhan sudah menghargai dan menerima kita dalam semua keterbatasan kita, karena itu kita juga harus menghargai keterbatasan orang lain. Hal yang seringkali membuat sesuatu itu tidak enak adalah  ketika kita menuntut supaya orang lain itu menjadi sempurna.

Jangan selalu membawa diri kita kepada kegelisahan. Kita harus belajar tenang dalam menghadapi segala sesuatu. Mungkin memang ada banyak masalah yang membuat kita tidak tenang, tetapi Tuhan adalah Allah yang berkuasa untuk menolong kita. Tuhan tidak akan pernah membiarkan iman kita menjadi sia-sia.
Mungkin tidak ada yang tahu keberadaan kita saat ini, tetapi apapun itu, itu pasti enak. Percayalah kepada Firman Tuhan, maka kita akan melihat betapa Tuhan adalah Allah yang tidak pernah berdusta dan yang tidak pernah mengingkari janjiNya. Dalam Yoh. 1:50-51, dikatakan bahwa ada kemuliaan yang Tuhan akan nyatakan bagi kita. Firman Tuhan berkata kita adalah anak-anak Kerajaan Sorga, kita berhak untuk menerima janji-janji Tuhan.

Iblis berupaya menjadikan segala sesuatu menjadi berat dalam kehidupan kita, tetapi Tuhan Yesus selalu menopang kita. Itu sebabnya jangan bersungut-sungut, melainkan tetaplah percaya kepada Tuhan. Sebingung apapun kita terhadap apa yang terjadi dalam kehidupan ini, kita harus mensyukuri semuanya itu, dan tetap percaya bahwa semuanya itu enak dan beban kita akan menjadi ringan. Kita harus terus gunakan label ini, bahwa sebagai anak-anak Tuhan tidak ada hal dalam kehidupan ini yang tidak enak.


 



D. Menyerah Kepada Tuhan (P)

Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah. Mazmur 55:23

Menyerahkan kekuatiran kepada Tuhan bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk dilakukan. Kita tahu akan firman ini dan sudah datang di kaki Tuhan menyerahkan masalah kita, namun seringkali ketakutan masih saja datang menghantui. Namun firman di atas bukanlah sebuah himbauan, melainkan sebuah perintah yang harus tetap kita lakukan seberat apapun kondisinya. Dan saat kita dapat menyerahkan kekuatiran kita kepada Tuhan, di situlah kita akan melihat tangan kebesaran-Nya.
Mengapa kita seringkali susah untuk percaya sepenuhnya kepada Tuhan? Karena meskipun kita ini terbilang sebagai warga negara Kerajaan Sorga, kenyataannya kita masih tinggal di dalam dunia yang dikuasai oleh Iblis sebagai penguasanya. Iblis akan menggunakan segala macam cara untuk menyerang pikiran kita dengan segala kekuatiran dan ketakutan, seperti takut tidak dapat sembuh, takut tidak mempunyai pekerjaan, kuatir tidak mendapatkan jodoh, kuatir kalau tidak memiliki anak, dan lain sebagainya. Ini dilakukan Iblis dengan satu tujuan, yaitu agar iman kita kepada Tuhan menjadi goyah.

Sesungguhnya Tuhan ingin agar kita berserah sepenuhnya dan mengandalkan otoritas kuasa-Nya. Namun seringkali yang menjadi penghalang adalah diri kita sendiri. Kita memiliki pemahaman yang keliru atau tidak utuh mengenai Tuhan. Kita berpikir bahwa Tuhan adalah Pribadi yang pemarah atau Pribadi yang kurang mengasihi kita. Padahal kasih-Nya itu sempurna dalam hidup kita. Ia sudah menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Karena itu percayalah bahwa Ia adalah Pribadi yang penuh kasih, meskipun Ia tetap memiliki cara tersendiri untuk mendisiplin anak-anak-Nya.
Iblis memang akan selalu mencari celah untuk menjatuhkan kita. Bahkan ia akan memutarbalikkan firman Tuhan agar perasaan kita dapat dimanipulasi olehnya. Ayat di atas berkata bahwa tidak untuk selamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah. Ketika kita melakukan sebuah dosa atau kesalahan, Iblis menanamkan pikiran bahwa kita bukan lagi orang benar, kita tidak layak di hadapan-Nya, dan Tuhan tidak akan menolong kita lagi. Kita harus tahu bahwa kita memang bukan manusia yang sempurna, tapi ketika kita datang kepada Tuhan, maka kita sudah dibenarkan di dalam nama Tuhan Yesus Kristus (Rm. 5:1-2). Jangan mau dipisahkan oleh Iblis dari kasih setia Tuhan.

Kita juga berpikir bahwa Tuhan tidak suka direpotkan oleh kita. Padahal Tuhan senang ketika kita merepotkan-Nya dalam hal-hal yang kecil dan sepele sekalipun. Mengapa? Sebab itu adalah tanda bahwa kita mau bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dalam segala hal. Justru dengan berpikir bahwa kita tidak mau merepotkan Tuhan, kita sebenarnya sedang bergantung pada diri kita sendiri. Kita merasa kuat karena masih ada kemampuan, talenta, atau harta yang dapat diandalkan. Ingat keputusan-keputusan yang tidak diserahkan kepada Tuhan, meskipun terlihat baik belum tentu berakhir baik.
Apa yang kita andalkan itu akan sia-sia bila Tuhan mengambil semuanya itu dari hidup kita. Kemegahan kita sebagai orang percaya adalah kemuliaan Kristus. Pengharapan akan kemulian-Nya akan mendatangkan kekuatan untuk berserah kepada Tuhan. Jadi menyerah kepada Tuhan bukanlah sebuah tindakan pasif, melainkan sebuah perjuangan iman. Menyerah kepada Tuhan adalah suatu bentuk perjuangan yang tidak kenal menyerah! Dan perjuangan inilah yang akan menghasilkan kekuatan untuk terus bergerak maju menyelesaikan dan memenangkan semua permasalahan kehidupan.

Teruslah maju! Bila tidak ada lagi kekuatan untuk berlari, berjalanlah! Dan bila tidak ada kekuatan untuk berjalan, merangkaklah! Jangan merasa kecewa dengan diri sendiri ketika kita mulai tidak kuat ataupun goyah. Tuhan memaklumi kelemahan kita. Datang saja kepada Tuhan, Sang Pemberi kekuatan. Yang terpenting adalah jangan sampai menjadi kecewa dan berputus asa, sebab orang yang putus asa pasti tidak mau berbuat apa-apa lagi. Contohnya adalah Elia setelah berperang melawan nabi-nabi Baal di Gunung Karmel. Ia begitu ketakutan akan ancaman Izebel sehingga menjadi “diam”.

Jangan berputus asa sebab Tuhan telah memperhitungkan semua sengsara dan air mata kita (Mzm. 56:9). Ia tahu penderitaan yang kita alami sekarang. Seperti Tuhan yang terus menyertai Ayub dalam penderitaannya, seperti itu jugalah Tuhan akan menyertai dan mengangkat hidup kita. Ayub dipulihkan oleh Tuhan setelah ia menyerah kepada Tuhan dan mengakui kebesaran-Nya. Tuhan pun ingin kita menyerah kepada-Nya agar Ia dapat mencurahkan berkat-berkat-Nya dalam hidup kita, terutama agar kita tidak kehilangan mahkota kehidupan kita (2Tim. 4:8).

Segala apa yang kita alami jangan sampai membelokkan kita dari tujuan utama pengiringan kita kepada Tuhan, yaitu mahkota kehidupan. Karena itu serahkanlah segala sesuatunya kepada Tuhan, baik kekuatiran kita, kesengsaraan kita, maupun rencana-rencana kita. Tuhan tahu batas kekuatan kita dan Ia mampu memelihara kita, bahkan Ia tidak pernah kurang jalan dalam membawa kita kepada kemenangan. Serahkanlah semuanya, dan sambutlah tangan penyertaan-Nya sekarang!

E. Nama Baik (GP)

“Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.” (Amsal 22:1)

I. Apakah “Nama Baik” itu?
Nama baik bukan sekedar arti nama yang baik atau indah, melainkan menunjuk kepada tanggapan, penilaian atau pandangan orang-orang terhadap kehidupan kita. Salomo mengajarkan bahwa nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar. Namun realitas yang terjadi di sekitar kita justru sebaliknya, yaitu orang-orang lebih baik memilih kehilangan “Nama Baik” dari pada kekayaan besar.
Amsal 13:22 berkata bahwa orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya. Peribahasa berkata bahwa manusia mati meninggalkan nama. Nama seperti apa apa yang akan kita wariskan ketika kita meninggalkan dunia ini. Ada orang-orang yang meninggalkan nama yang buruk, namun ada juga yang meninggalkan kenangan yang indah. Yang sebenarnya adalah  kita mewariskan ingatan yang indah dan juga menginspirasi banyak orang. Dan setiap orang memiliki tanggung jawab secara pribadi untuk menuliskan kenangan  tentang dirinya dari perjalanan kehidupan yang ia lalui.

II. Dari mana “nama baik” itu berasal?

Nama baik itu muncul dari setiap keputusan yang kita ambil, setiap perkataan, tindak tanduk, respon serta reaksi yang kita tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini merupakan sebuah catatan atau tulisan yang tidak akan bisa dihapus untuk selama-lamanya. Jika ada catatan kesalahan atau hal yang tidak baik, itu hanya hanya bisa “ditutup' dengan keputusan, ucapan, tindak tanduk, respon dan reaksi yang benar di sisa waktu yang masih kita miliki. Artinya bahwa satu-satunya cara untuk kita kembali memiliki  “Nama Baik” itu adalah dengan jalan pertobatan. Tidak ada jalan lain.

III. Hasil “Nama Baik”
1. Berkat kelimpahan
Ams. 28:20  Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman.
Contoh:  Yusuf, seorang yang memiliki nama baik di hadapan Tuhan (Kej. 49:22-24). Yusuf artinya He will add, yaitu Allah akan menambahkan. Allah akan selalu menambahkan hal-hal yang baik dalam kehidupan kita (Maz. 34:11).

2. Warisan
Ams. 13:22 “Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, tetapi kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar.” Orang-orang yang memiliki reputasi yang baik memiliki sesuatu yang dapat diwariskan kepada keturunannya. Warisan itu adalah:
a. Teladan. Contoh: Daud, bagaimana sikapnya terhadap Tuhan juga diikuti oleh keturunannya (Yosia, Asa, Ahas, dsb). Bagi kita saat ini ada teladan yang jauh lebih baik dari pada Daud, yaitu Yesus sendiri. Dia adalah teladan yang sempurna yang harus kita ikuti (1Yoh. 2:6).
b. Nama Baik/ Kehormatan (Ams. 17:6)
c. Jaminan pemeliharaan Allah terhadap anak cucu kita (Maz. 37:25-26; Yes. 37:35)

IV. Kepada siapa “Catatan” itu diberikan?
1. Diri sendiri
Yaitu catatan apa yang kita buat untuk kita miliki. Apakah kita menjadikan diri kita seorang yang penuh dengan hal-hal yang buruk, negatif, ataukah sebaliknya. Kita tidak akan mampu memberi catatan yang baik kepada orang lain sebelum kita memperbaiki kehidupan kita.

2. Keluarga (Ams. 17:6)
Ams. 17:6  “Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka.”
Sebagai orang tua kita punya tanggung jawab untuk menjadikan anak-anak kita terhormat (Kol. 3:21; Mal. 3:15). Dan sebaliknya, sebagai seorang anak kita harus mampu membuat orang tua kita memiliki mahkota melalui “Nama Baik” kita (Kel. 20:12; Ams. 10:1).

3. Lingkungan dan Komunitas
Mat. 5:13-16 menegaskan bahwa kita harus menjadi Garam dan Terang bagi dunia ini. Jika kita hidup selaras dengan Firman Tuhan dan juga dengan kemurnia hati, maka kita akan menjadi Teladan, Solusi dan Inspirasi bagi lingkungan dan komunitas kita.

4. Tuhan
Mat. 10:28  “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”
Ini adalah poin yang terpenting dan yang wajib kepada siapa kita harus memiliki “Nama Baik”. Sebab hal ini yang akan menentukan apakah nama kita ada terdaftar dalam Kitab Kehidupan ataukah tidak (Luk. 10:20; Wah. 20:15; 21:27).
Begitu banyak anak-anak Tuhan memulai catatan kehidupan mereka dengan hal-hal yang buruk (negatif). Tetapi mari kita mengakhirinya dengan hal-hal yang manis dan memuliakan nama Tuhan. Jemaat di Sardis ditegor oleh Tuhan supaya mereka kembali kepada cara hidup yang benar, sebab jika tidak nama mereka akan dihapuskan dari Kitab Kehidupan (Wah. 3:5). Biarlahlah hal ini menjadi peringatan bagi kita.

V. Penutup:

Setiap orang memiliki tanggung jawab secara pribadi untuk menuliskan catatan tentang dirinya di atas 'kertas perjalanan hidup' yang ia lalui dalam kehidupannya. Setiap keputusan, perkataan, tindak tanduk, respon serta reaksi yang salah atau tidak benar akan membuat kita tidak memilki “Nama Baik”.  Satu-satunya solusi yang harus kita ambil adalah PERTOBATAN. Mulailah membuat catatan indah tentang diri kita, bagi diri sendiri, keluarga, komunitas, amat terlebih dihadapan Tuhan. Ada berkat-berkat yang besar yang Tuhan sediakan bagi setiap kita yang memilki “Nama Baik”.

F. Mengampuni vs Menghakimi (DS)

Bacaan: 1Yoh. 4:8-11, Yoh. 3:16

Pertarungan terbesar dalam hidup manusia adalah mengampuni atau menghakimi. Mengampuni adalah sifat dasar Allah sebab Allah dalah kasih dan bentuk kasih adalah mengampuni. Perintah Allah jelas, supaya kita saling mengampuni bukan menghakimi. Allah sudah memberi teladan dengan mengutus AnakNya yang tunggal untuk mengampuni dosa kita. Menghakimi adalah sifat iblis dan bentuk iblis menghakimi adalah dengan mendakwa/menuduh kita (Why. 12:10). Pilihan di tangan kita, mau mengampuni atau menghakimi.
Seperti di pengadilan, seorang pengacara atau pembela akan terus membela kliennya mati-matian supaya dibenarkan dan dibebaskan dari hukuman sedangkan seorang jaksa atau penuntut akan terus menuntut supaya klien dipersalahkan dan mendapat hukuman. Yesus adalah pembela kita sedangkan iblis berusaha menuntut kita (Rom. 8:31-34). Allah mengutus Yesus bukan untuk menghakimi tetapi mengampuni. Jika kita merasa selalu dituduh, dihakimi, jangan berkecil hati karena kita punya pembela yaitu Yesus. Iblis sudah tidak punya kuasa atas kita, iblis hanya bisa mempengaruhi kita. Kuasa ada di tangan kita, keputusan mau mengampuni atau menghakimi ada di tangan kita.

Mengapa sulit mengampuni? (Ibr. 12:15)
1. Tumbuh akar pahit (kekecewaan yang menimbulkan dendam, kebencian, rasa permusuhan, persaingan). Akar pahit digambarkan seperti racun dalam tubuh yang lama-lama membunuh diri sendiri. Belajarlah supaya tidak hidup dalam kebencian.
2. Menjauhkan diri dari kasih karunia Allah. Kasih karunia adalah kita menerima sesuatu yang sebenarnya kita tidak layak menerima yaitu pengampunan. Rahmat adalah kita tidak menerima sesuatu yang sebenarnya harus kita terima yaitu penghakiman. Yesus mati disalib sehingga kita menerima pengampunan dan dibebaskan dari penghakiman.
Mat. 18:23-35 menceritakan tentang seorang hamba yang berhutang 1000 talenta kepada raja dan pasti tidak sanggup membayarnya. Dia memohon ampun kepada raja dan tergeraklah hati raja sehingga semua hutangnya dibebaskan & dihapuskan. Kemudian ia bertemu dengan temannya yang berhutang 100 dinar. Ia segera menagih hutang temannya itu sambil mencekik dan hendak memasukkan ke dalam penjara meskipun temannya bersujud dan memohon belas kasihan. Hamba ini lupa, baru saja ia menerima kasih karunia dan diampuni. Jika kita lupa kasih karunia, “Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu” (ay. 35).

Bagaimana supaya bisa mengampuni:
1. Bebaskan dan hapuskan akar pahit yang ada dalam kehidupan kita.
2. Miliki belas kasihan dan jangan lupa kasih karunia Allah. Tuhan sudah lebih dahulu mengampuni kita. Ampuni maka kita juga akan diampuni.
Luk. 6:27-28, 35-36 mengajarkan kita untuk mengasihi musuh, berbuat baik, mintalah berkat dan berdoalah. Seperti halnya mengampuni, mendoakan dan memberkati yang sering kita diajarkan, itu bukan sekedar slogan. Allah baik kepada orang-orang yang tidak tahu terimakasih dan orang jahat. Siapa tahu dengan kasih yang kita berikan, orang itu diselamatkan.

Mengapa sulit untuk tidak menghakimi (Luk. 6:41)?
Karena kita punya mata dan mata kita lebih suka memperhatikan orang lain daripada diri kita sendiri. Manusia memiliki 5 panca indera untuk menerima informasi dan diteruskan ke pikiran. Ketika mata dan telinga kita menerima sesuatu, jika pikiran kita baik, tidak akan terjadi apa-apa, sebaliknya jika pikiran kita jahat, mulailah kita mengeluarkan kesimpulan-kesimpulan, prasangka.

Kita harus hati-hati dengan apa yang kita dengar dan terlebih lagi dengan apa yang kita lihat karena:
1. Apa yang kita lihat dan dengar belum tentu sebuah kebenaran.
2. Kalaupun benar, tetap saja kita tidak mempunyai hak untuk menghakimi. Menghakimi itu hak Tuhan karena kita menghakimi orang lain menurut standar kita sendiri, sedangkan Tuhan melihat sampai ke dasar hati (Yoh. 8:15-16). Jangan tertipu, tetapi berdoalah meminta Tuhan memberi pengertian karena  hanya Tuhan yang dapat melihat sampai kedalaman hati setiap orang.
Manusia kadang melakukan kesalahan karena tidak sadar, jadi kita tidak tahu seseorang dengan sadar atau tidak saat melakukan kesalahan. Paulus dalam 1Kor. 4:4-5 juga tidak merasa ia benar saat tidak sadar melakukan kesalahan. Tetapi yang berhak menghakimi hanya Tuhan saat Ia datang kedua kali nanti. Jika kita menghakimi, berarti kita mengambil posisi sebagai hakim padahal satu-satunya hakim adalah Tuhan (Yak. 4:11-12). Seperti Saul yang buru-buru mempersembahkan korban padahal itu adalah bagian tugas Samuel, sehingga Saul ditolak untuk selamanya. Jangan sekali-sekali mengambil posisi yang bukan bagian kita.
3. Keluarkan dahulu balok dari matamu (Luk. 6:42b). Perbaiki diri, janganlah sibuk mengurus kesalahan orang lain supaya kita memperlengkapi diri menjadi sempurna saat Yesus datang dan tidak tertinggal.

Dalam Yoh. 8:7, Yesus mempersilahkan orang yang tidak berdosa menjadi yang pertama melempar batu kepada wanita yang kedapatan berzinah. Orang Farisi dan ahli Taurat yang tahu tentang firman tidak melempar batu, lalu siapa kita sehingga kita menghakimi orang lain. Semua orang berdosa, sebab itu jangan menghakimi.

Beberapa quote tentang menghakimi:
- Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu - Mat. 7:1-2
- Jangan menghakimi seseorang hanya karena dia melakukan dosa yang berbeda dari anda.
- Don’t be so quick to judge, you never know when you might just find yourself walking in that person’s shoes (jangan cepat menghakimi karena mungkin saja suatu saat anda akan berada di posisi yang sama seperti orang yang anda hakimi).

Jadi, mulailah mengampuni dan berhentilah menghakimi.

Tuhan Yesus Memberkati.

 

0 komentar:

Posting Komentar