Rabu, 04 Oktober 2017

Long As I Get Paid

Edit Posted by with No comments

Ini bukan sesuatu yang berhubungan dengan MV terbaru Agnes Monica, tapi hanya sekedar judul yang sama :)

Get deepens on my fifth post.

rahasiagadis
 
Mungkin saat ini merasa stuck, bosen, atau frustasi. Dan sebenarnya ngga benci dengan kehidupanmu (Of course NO, i hate my life, but in another story, aku bersyukur bisa menjalani hidup yang sederhana dan semua berkecukupan) tapi menginginkan sesuatu yang lebih (bukan aku yang menginginkan lebih, but another people, especially my family). (re: tuntutan)
Sesuatu yang berarti, entah itu pekerjaan yang lebih menghasilkan, pengalaman yang seru, membuat perbedaan di dunia dengan karya ciptamu sendiri, atau mungkin hanya hal-hal sederhana seperti punya bentuk tubuh yang ideal atau menemukan pasangan yang cocok.

Don’t be afraid to try something new, you’ll never know how it may change your whole life.
Try itu gampang dikatakan, sekali mencoba dan mengalami kegagalan itu bukan hal yang mudah lagi untuk bangkit, sebanyak-banyaknya pengalaman pasti ada rasa sesak atau beban hati yang ngga bisa dikatakan. Am I right?
Sejujurnya, yang membuat kita tertekan selain dari lingkungan juga perasaan exageratted from our minds. Somehow? 

Hidup yang gue jalani, sangat sangat simple.
Pagi bangun , sarapan sehat di herbalife (bukan endorse), mengerjakan pekerjaan rumah, kerja (ngajarin anak orang, dengerin curhatan anak orang, dengerin curhatan para ibu-ibu yang mungkin rewel karena anaknya yang bla-bla-bla). Dan sejauh ini, aku mulai merasakan bahwa kegundahan dari seorang ibu itu hampir sama (ya kecuali kalo ibu yang workaholic ya, ngga ngurus anaknya jungkir balik, pokok ngasi uang saku). Hampir sama, yaitu terlalu menuntut hal yang besar ke anaknya dan berekspetasi tinggi tanpa batas. Sekali anaknya jatuh, pada mencibir kesana kemari. Saya sebagai guru dan anak pun, merasakan hal yang gimana gitu. Ya memang, semua ibu ingin anaknya sukses betul, atau sekiranya bisa melebihi dirinya, tapi jika anak terlalu dikungkung, dan disuru berkembang pada bagian yang ngga pas dengan anaknya, well, that's not easy mom.

Anak perlu adaptasi, perlu waktu, perlu bermain.
Bermain dengan hal yang ngga perlu (dalam waktu yang lama) memang tidak diperkenankan. Tetapi menjalani hidup juga butuh hiburan atau sekedar hobi. Semua berhak hidup sesuai dengan passionnya, bukan karena diatur gini gitu. Setau aku, orang-orang yang sukses bahkan lebih banyak yang tidak tertekan oleh banyak orang. Mereka lebih leluasa mengembangkan pikiran mereka sendiri. Boleh menekan, tapi bukan pada passion, mungkin lebih ke arah attitude.
Jujur saja, i'm glad with my freeday in everyday, like my whole life never get bored, but you make me frustated instead. I just want to kill my self, because i get bullying from my family.
Bagaimana aku bisa maju dengan pikiranku jika anda memaksakan pikiran anda untuk saya jalani?

Thats my life, aku bisa mengatur tindakanku, selama aku tidak merugikan orang bukan?
Terkadang orang salah mengartikan, bahwa jangan seenaknya "ini hidupku" karena kamu dididik dan dibesarkan oleh kami. Well, memang benar, tapi apakah saat kami telah beranjak dewasa, belum tentu kami masih merugikan anda, malah anda butuh kami untuk merawat anda bukan?
Lambat laun, semuanya akan berjalan sesuai gaya hidup generasi masa depan.
Jangan heran, terkadang banyak anak yang sangat ditekan oleh orang tuanya melakukan tindakan ceroboh, semisal suicide, being criminal, and never get back to home.
Semakin kami dewasa, kami memiliki tenaga yang kuat untuk berkembang dengan baik.
Semakin kami dewasa, semakin anda bertambah tua, jika tidak dimanfaatkan dengan baik, bisa jadi anak akan lupa dengan pengorbanan orang tuanya.

Semua yang kamu lakukan , harus mendapat restu kami.
Iya memang, ngga ada yang salah dengan kata ini, semua kesuksesan kita nanti itu pasti dari doa restu orang tua. Itu benar. Tetapi, bukankah Tuhan yang memberikan rencana baik dalam kehidupan umatNya? Saya yakin semua yang anda harapkan pasti yang terbaik, seolah anda bisa melihat masa depan seorang anak nanti bagaimananya.
Tapi apa yang saya yakini adalah pemberian Tuhan lebih indah pada waktuNya.
Orang tua banyak menuntut anaknya untuk melakukan ini itu ini itu, bahkan seolah-olah melihat anak itu robot yang tidak punya perasaan dan hidup. Saya banyak berkorban apa saja untuk mencoba hal yang diinginkan orang lain terhadap saya, tapi hasilnya nihil. Banyak kegagalan saya alami, hingga saya pernah menangis sejadi-jadinya (tanpa saya menceritakan hal ini kepada orang tua, tapi kepada kerabat yang bisa mengerti perasaan saya), karena merasa di awal sudah tau gagal, tapi memaksakan hal yang sejujurnya itu bukan keinginan saya, dan saat proses tiba saya sangat dipermalukan dalam waktu yang sangat lama oleh orang yang hanya mengenal saya selama 2 menit.
Well, apakah itu restu orang tua?
Saya tidak menyalahkan, hanya saja jangan terlalu banyak berharap tinggi-tinggi. Sewajarnya saja.
Karena yang sakit bukan orang tua, tapi anak itu sendiri.
Sampai saya berpikiran untuk pergi dari rumah selamanya.
Tapi saya masih merasa wajib untuk membalas budi dahulu.

Apa yang ada dalam diri anak sudah terlewat istimewa, hanya saja orang tua suka meremehkan.
Ini adalah kritik yang bagi saya memang keterlaluan, bahkan akan mengundang protes bagi sebagian orang tua. Dimana banyak anaknya sukses karena warisan dari pendahulunya.
Tidak terlalu jauh, saya akan bercerita proses hidup saya. Saya adalah orang yang mandiri (bisa hidup sendiri, tidak bergantung oleh orang lain), disiplin, keras kepala (tidak bisa diganggu gugat keputusannya), dan yang lebih parahnya lagi saya mudah tersinggung dan mudah menjauhi orang.
Jika ada orang yang bilang saya miskin kasih sayang, that's true, nobody cares about me except my bestie (dan kebanyakan sahabat saya juga banyak yang nikah dan punya anak), jadi saya semakin terpuruk (tapi yasudahlah, nasib orang beda-beda).
Saya memiliki pendirian yang kuat, karena dididik sangat keras oleh ayah saya.
Bahkan saya pernah melihat dengan mata kepala sendiri, ayah saya pernah merusakkan pensil mekanik saya saat saya memintanya untuk memperbaikinya.
Saya sangat berbeda dengan saudara-saudara saya yang memiliki tubuh ideal, dimana saya lebih berperawakan bongsor (bahkan ngga tanggung-tanggung berat badan pun hampir mencapai kepala 7), banyak orang yang mulai mengkritik saya seperti ini itu, bahkan sejak kecil pun, keluarga saya memanggil nama saya dengan gajah ogleng, hahaha lucu sekali bukan.
Sampai pada akhirnya saya terbiasa dengan hal-hal yang menyudutkan saya mengenai bentuk tubuh saya. Saya tau jika saya hanya bisa bermimpi untuk mendapatkan bentuk tubuh ideal layaknya model.
Dan saya berhenti berharap akan hal semacam itu.
Saya bekerja dan berpenghasilan cukup untuk makan sebulan, bahkan saya bisa menarget gaji yang harus saya tabungkan per bulan (diiringi dengan pengeluaran yang juga besar). Saya suka beli baju set dress, dan itu sangat mahal, karena disesuaikan dengan tubuh saya juga. (bukan maunya sombong, hanya saja saya ingin menunjukkan kelebihan saya dengan yang lain)
Tapi hal itu ternyata tidak memunculkan kepuasan pada orang tua saya, mereka MENUNTUT lebih besar lagi. Jika, tuntutan yang mereka inginkan bisa saya kabulkan atau masih dalam jangkauan saya, saya masih bisa berusaha. Contohnya membelikan perabotan rumah tangga. Tapi kalau udah urusan jodoh pekerjaan atau nikah, sejujurnya itu sangat memberatkan beban hidup saya, karena itu kembali lagi pada keburuntungan dan rejeki dari Tuhan. Saya menjalani hidup penuh dengan keputusasaan (tapi saya bersyukur saya punya Tuhan yang hidup dan tidak pernah tidur mendengar keluh kesah saya, dan sangat yakin pasti ada mujizat yang akan terjadi dalam hidup saya, entah berapa puluh tahun lagi).

Saya sudah berulangkali menjelaskan, dari baik-baik sampai berdebat, tapi kami tetap orang yang keras kepala.
Yang saya inginkan hanya 1 harapan saja, bahwa saya ingin mencoba peruntungan untuk mendapatkan scholarship di Korea. Harapannya, saya ingin jauh dari orang tua saya. Orang tua saya memang tidak membanding-bandingkan dengan yang lain, tapi lebih terinspirasi dengan hal yang tidak saya miliki sekarang, dan menginginkan hal yang bukan keinginan saya terus terang saja. Kalau sudah tidak ingin, pasti yang tidak bukan? Tapi namanya keluarga saya, jika kamu tidak bisa melihat ke bawah dari ketinggian, mau gamau kamu harus terjun supaya kamu bisa melihatnya. Tolong beri saya pengertian akan penjelasan ini. Saya sudah lelah dengan hidup yang sangat diatur, walaupun banyak yang menginginkan kehidupan seperti saya, saya doakan bagi yang menginginkan hidup seperti saya, segera dikabulkan, karena namanya manusia tak akan puas dengan apa yang disediakan Tuhan sebagaimana adanya.


Sincerely, perdebatan akal sehat dan hati yang tak sehat dari saya 😀 
I hope you will get what you want.
Menerima segala kritikan dan masukan dari semuanya.



 

0 komentar:

Posting Komentar